Bahan Dasar Kerajinan Cobek - Panduan Lengkap untuk Keterampilan Jahit dan DIY
Cobek Batu, Kerajinan Tangan Anak Bangsa Turun-temurun
Indonesia menyimpan beragam kerajinan hasil karya tangan-tangan anak bangsa sendiri. Salah satu yang tidak kalah menarik yaitu kerajinan cobek batu asli.Di tengah menjamurnya peralatan dapur modern, produksi cobek batu asli yang dibuat secara manual masih dipertahankan sebagai warisan turun-temurun, bahkan menjadi matapencaharian.
Terik matahari mengiringi perjalanan menuju Dusun Petung Wulung, Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Memasuki kawasan tersebut, di kiri dan kanan jalan hampir selalu dijumpai tumpukan batu gunung, dengan ukuran yang bervariasi. Dari kejauhan, terdengar suara seperti batu yang sedang dipukul-pukul menggunakan alat berat. Benar saja, suara tersebut ternyata berasal dari aktivitas warga Dusun Petung Wulung yang sedang membuat cobek batu.
Bagi anda pencinta sambal, pasti sudah tidak asing lagi dengan alat dapur yang satu ini. Cobek atau yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan mortar, merupakan alat dapur yang sudah ada sejak zaman purbakala dan biasa digunakan untuk menghaluskan ataupun mencampurkan bumbu masakan.
Kata lain dari cobek ini adalah pirang batu yang dibuat ulek.
Namun demikian, di Dusun Petung Wulung, warga masih kokoh mempertahankan produksi cobek batu asli yang langsung dibuat dengan tangan manusia. Kerajinan membuat cobek batu tersebut menjadi ciri khas dari kawasan yang kemudian dikenal dengan desa cobek tersebut.
Membuat Cobek Sebagai Matapencaharian
Produksi cobek di Dusun Petung Wulung asli berbahan baku batu asli berjenis batu goa tanpa menggunakan campuran semen. Adi menjelaskan, batu goa dibeli dari para penambang pasir di dusun tersebut dengan harga Rp350.000,- per pick up. Berbeda dengan cobek semen pasir, cobek batu memiliki ketahanan yang lebih lama, sehingga permukaannya tidak cepat aus.
Dalam sehari, Adi bisa menghasilkan 10 cobek dengan kisaran waktu kerja 8,5 jam, dimulai pukul 6.30 – 15.00 WIB. “Tapi tergantung pesanannya, kalau banyak ya bisa buat lebih banyak dalam sehari,” imbuhnya. Untuk pemasaran, biasanya Adi langsung mengirimnya ke tengkulak. Lalu, dari sana cobek akan dipasarkan. Pemasaran tidak terbatas pada wilayah Jawa saja, tetapi juga sampai ke daerah luar Jawa seperti Kalimantan dan Bali bahkan sampai ke luar negeri seperti Malaysia, Singapura dan Australia.
Cobek batu siap dihaluskan
Harga Cobek Batu
Harga cobek buatan Adi ini bervariasi, tergantung diameternya. Ia menjelaskan, cobek berdiameter 15 cm dijual dengan harga Rp. 10.000. Sedangkan cobek dengan diameter 20 cm di dijual dengan harga Rp12.500. Lain lagi dengan cobek berdiameter 40 cm yang dipasang dengan harga Rp.80.000. Menurutnya, harga tersebut jauh lebih murah jika dibandingkan dengan harga cobek di pasaran.
Di tengah zaman yang serba canggih ini, cobek bisa saja dicetak dalam skala besar menggunakan mesin pencetak. Dengan begitu, manusia tidak perlu turun tangan secara langsung. Namun, cobek batu warisan zaman kerajaan Singosari ini akan kehilangan nilainya. Atau, bisa saja orang meninggalkan cobek dan beralih pada teknologi canggih seperti blender. Namun, cita rasa makanan yang dihasilkan akan berbeda. Oleh karena itu, cobek batu khas desa cobek ini patutlah dipertahankan sebagai salah satu warisan budaya Indonesia.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
Tags: kerajinan bahan