Seni Batik Benang Ratu Jogja dalam Kerajinan Sulam dan DIY
Pemakaian Batik Saat Ini
Memang bukan sebuah kewajiban untuk mengerti filosofi dari setiap motif batik. Namun mengerti proses pembuatan dan makna dari motif batik dapat memberi pemahaman bahwa batik bukan sekadar kain bergambar. Tiap goresan malam pada kain batik tak ubahnya untaian doa. Ungkapan kepada Pencipta berwujud corak dan warna. Harapan dari sang pembuat, untuk sang pemakai.
Ada berbagai macam motif batik klasik yang dulu beredar di yogyakarta, diantaranya adalah
- Motif Perang
- Motif Geometri
- Motif Banji
- Motif Tumbuhan Menjalar
- Motif Tumbuhan Air
- Motif Bunga
- Motif Satwa dalam alam kehidupan
- dan lain-lain.
Itulah bebrapa informasi mengenai batik Yogyakarta. Tentu saja dengan mengetahui nilai sejarah dari batik yang kita gunakan akan membuat kita semakin bangga dengan kerajinan khas nusantara yang kita banggakan ini. Semoga artikel di atas dapat bermanfaat bagi anda. Selamat membaca dan terimakasih.
Jenis-Jenis Batik Yogyakarta
Batik Yogyakarta memiliki beragam jenis yang ditandai dengan pola, warna, dan motif yang khas. Beberapa jenis batik Yogyakarta yang terkenal antara lain:
- Batik Parang: Motif batik Parang ditandai dengan pola yang berulang seperti garis-garis melengkung yang terhubung, menciptakan bentuk geometris yang menarik. Batik Parang melambangkan kekuatan, keberanian, dan keharmonisan.
- Batik Kawung: Motif batik Kawung memiliki pola lingkaran yang saling berhubungan dan menyerupai buah Kawung (buah pisang). Batik Kawung melambangkan keluhuran budi, kebijaksanaan, dan kebaikan hati.
- Batik Sidomukti: Motif batik Sidomukti didominasi oleh bunga teratai dan daun melati yang teratur dan berulang. Batik ini mengandung simbolisme spiritual dan keindahan alam.
- Batik Truntum: Motif batik Truntum memiliki pola ikat yang dihubungkan oleh garis melengkung yang menghasilkan pola bunga yang indah. Batik ini melambangkan kebahagiaan, kestabilan, dan kesetiaan.
- Batik Sekar Jagad: Motif batik Sekar Jagad ditandai dengan pola geometris yang berulang dan simetris. Batik ini melambangkan keindahan alam dan kehidupan yang harmonis.
Melestarikan Batik Yogyakarta
Salah satu upaya pelestarian yang dilakukan adalah melalui pengakuan batik Yogyakarta sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO pada tahun 2009. Pengakuan ini memberikan perlindungan dan pengakuan internasional terhadap nilai-nilai budaya yang terkandung dalam batik Yogyakarta.
Pemerintah juga memiliki peran penting dalam pelestarian batik Yogyakarta. Mereka mendukung perajin batik melalui program-program pelatihan, pameran, dan pengembangan pasar. Selain itu, pemerintah juga melindungi keaslian dan kualitas batik Yogyakarta dengan memberikan sertifikasi resmi kepada produk batik yang memenuhi standar.
Melalui upaya pelestarian yang berkelanjutan, batik Yogyakarta terus mempertahankan kepopulerannya dan terus dihargai baik di dalam maupun di luar negeri. Batik Yogyakarta tidak hanya menjadi busana tradisional, tetapi juga menjadi inspirasi bagi desainer fashion modern. Keindahan dan keunikan batik Yogyakarta terus memikat hati banyak orang dan terus menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan budaya Indonesia.
Dalam kesimpulan, batik Yogyakarta merupakan salah satu jenis batik Indonesia yang memiliki pola, motif, dan sejarah yang khas. Melalui upaya pelestarian yang berkelanjutan, batik Yogyakarta terus hidup dan berkembang, memancarkan keindahan dan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam setiap helai kainnya. Kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan seni batik ini agar tetap lestari dan menjadi warisan yang berharga bagi generasi mendatang.
Pada masa kini, batik Yogyakarta juga semakin mengalami inovasi dan adaptasi dengan tren modern. Para perajin batik berusaha menggabungkan motif tradisional dengan sentuhan desain yang lebih kontemporer. Hal ini dilakukan untuk menarik minat generasi muda dan menjaga relevansi batik dalam era modern.
Sejarah Singkat Batik Yogyakarta
Keberadaan batik khas Yogyakarta sendiri tidak terlepas dari sejarah berdirinya kebangkitan Kerajaan Mataram Islam yang dibangun oleh Panembahan Senopati. Selama perjuangan mendirikan Mataram, Panembahan Senopati sering bertapa melakukan pengembaraan dan laku spiritual di sepanjang pesisir selatan Pulau Jawa.
Pada tahun 1755 Perjanjian Giyanti memecah bagi Kasultanan Mataram menjadi dua, yaitu Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Seluruh harta kerajaan yang ada, termasuk warisan budaya, dibagi ke dua wilayah tersebut. Khusus kelengkapan busana Keraton Mataram, termasuk batik, seutuhnya menjadi milik Keraton Yogyakarta. Kekhasan itu masih dipertahankan hingga sekarang, baik motif maupun warnanya. Corak batik yang didominasi warna tanah ini kemudian menjadi cikal bakal batik khas Yogyakarta.
Perkembangan batik awalnya memang masih terbatas di lingkungan keraton. Kegiatan membatik merupakan bagian dari pendidikan putri bangsawan di dalam lingkup tembok keraton. Pengenalan estetika paling halus, hingga penguasaan teknik membatik yang rumit. merupakan bentuk pendidikan olah rasa, kesabaran, maupun ketekunan.
Saat itu, laku membatik hanya dilakukan oleh para ratu dan putri kerajaan yang dibantu oleh para Abdi Dalem perempuan. Lambat laun, pekerjaan membatik yang belum selesai mulai boleh dibawa keluar keraton untuk dilanjutkan di rumah masing-masing. Karena dikerjakan hampir setiap hari, keinginan membuat batik untuk diri sendiri pun muncul dari para Abdi Dalem ini.
Bersamaan dengan itu, kegiatan membatik pun semakin meluas pada keluarga keraton lainnya, termasuk istri Abdi Dalem dan prajurit. Di lapisan masyarakat, rakyat yang kerap melihat keluarga keraton mengenakan batik pun mulai tertarik untuk menirunya.
Tags: benang jogja