Seni Benang Ratu Majapahit - Keindahan dalam Kerajinan Jarum dan Kerajinan Sendiri
The Rise of the Wealthy and Powerful Majapahit Empire
Raden Wijaya was crowned as the Majapahit Emperor, and the Empire began to expand slowly. Additionally, due to its strategic position on the spice trade route, the Majapahit Empire grew immensely wealthy by levying duties on goods shipped through its area of control. The golden age of the Majapahit Empire, however, is said to have been during the reign of Hayam Wuruk, the fourth ruler of the empire. Hayam Wuruk, who ruled from 1350 to 1389, was assisted by an equally formidable prime minister, Gajah Mada.
Terracotta head believed to be a representation of Gajah Mada, Trowulan, East Java, Indonesia (Wikimedia Commons)
During his premiership, Gajah Mada had successfully added Bali, Java and Sumatra to the Majapahit Empire. Although Gajah Mada died around 1364, the expansion of the empire continued. By 1365, the entire Malay Archipelago, with the exception of Sri-Vijaya and two of its colonies, were conquered by the Majapahit Empire. In 1377, Palembang, the capital of Sri-Vijaya, fell to Hayam Wuruk’s troops. The Kingdom of Singapura, an offshoot of Sri-Vijaya, was also later conquered. Nevertheless, this rival was not entirely destroyed, and its descendants would later return to cause trouble to the Majapahit Empire.

Putri Raden Wijaya Sang Pendiri Majapahit
Tribhuwana Tunggadewi merupakan putri Raden Wijaya, pendiri sekaligus Raja Majapahit pertama dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana (1293-1309 M).
Slamet Muljana dalam Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya (1979) menuliskan, sang ratu menyandang gelar lengkap Sri Tribhuwanottunggadewi Maharajasa Jayawisnuwardhani.
Sebelum bertakhta di Majapahit, namanya adalah Dyah Gitarja. Ibunda Tribhuwana Wijayatunggadewi bernama Gayatri atau Rajapatni, salah satu istri Raden Wijaya yang juga putri Kertanegara, raja terakhir Singasari.
Penerus Raden Wijaya yang wafat pada 1309 M adalah putranya yang bernama Kalagemet. Raja ke-2 Majapahit ini dinobatkan dengan gelar Sri Jayanegara (1309-1328 M). Dyah Gitarja alias Tribhuwana Wijayatunggadewi dan Jayanegara merupakan saudara satu ayah tapi lain ibu.
Semasa era Jayanegara, Dyah Gitarja pernah menjabat sebagai Bhre Kahuripan. Kahuripan (sekarang wilayah Sidoarjo) merupakan salah satu dari 12 wilayah utama atau semacam provinsi terpenting Kerajaan Majapahit yang beribukota di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.
Jayanegara dianggap tidak becus memimpin Kerajaan Majapahit sehingga timbul serangkaian pemberontakan semasa ia berkuasa. Pada akhirnya, raja ke-2 Majapahit ini tewas dibunuh oleh tabib sekaligus pengawalnya sendiri, yakni Ra Tanca, pada 1328.
Gajah Mada yang kala itu adalah anggota Bhayangkara atau pasukan pengawal raja punya peran penting di era Jayanegara yang penuh huru-hara.
Ia pernah menyelamatkan Jayanegara dari pemberontakan Ra Kuti pada 1319. Gajah Mada pula yang mengeksekusi the king slayer, Ra Tanca.
Lantaran Jayanegara tidak punya putra mahkota, yang berhak naik takhta adalah Ratu Gayatri, istri terkasih Raden Wijaya.
Namun, tulis Parakitri Simbolon dalam Menjadi Indonesia: Volume 1 (2006), Gayatri enggan menjadi penguasa, ia sudah melepaskan ambisi duniawi dan memilih jalan religi.

Tags: benang