... Gelang Tridatu: Rahasia Benang yang Digunakan untuk Karya Rajut DIY

Seni Kreatif - Mengenal Bahan-bahan di Balik Keindahan Gelang Tridatu

Referensi [ sunting | sunting sumber ]

  1. ^Monier-Williams (1899), Sanskrit-English Dictionary, London: Oxford University Press
  2. ^ ab Drs. I Made Sila, M.Pd (2021), Nilai-nilai Ketuhanan dalam Pemanfaatan Benang Tridatu, Denpasar: Universitas Dwijendra
  3. ^ abc I Putu Suyatra, ed. (19 November 2017). "Ini Makna, Tujuan dan Cara Penggunaan Benang Tri Datu". Bali Express (dalam bahasa Indonesia). Jawa Pos. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 Mei 2019 . Diakses tanggal 8 Oktober 2023 . Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
  4. ^ abc I Putu Suyatra, ed. (19 November 2017). "Non Hindu Pakai Tri Datu karena Suka Warnanya, Berharap Aura Positif". Bali Express (dalam bahasa Indonesia). Jawa Pos. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 Mei 2019 . Diakses tanggal 8 Oktober 2023 . Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
  5. ^ Redaksi (30 Januari 2017), Makna Gelang TriDatu, Denpasar: Denpasar Kota , diakses tanggal 6 Oktober 2023

Artikel bertopik agama Hindu ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

BRIDA Bali Didorong Tingkatkan Ekosistem Inovasi Berbasis Riset, Maksimalkan Peran OPD

Ketiga warna benang yang digunakan dalam pembuatan gelang tridatu menjadi manifestasi Ida Sang Hyang Widhi. Tiga warna benang tersebut melambangkan kesucian Tuhan dalam manifestasinya, yaitu sebagai Brahma (pencipta) yang dilambangkan dengan warna merah, Wisnu (pemelihara) yang dilambangkan dengan warna hitam, dan Dewa Siwa (pelebur) yang dilambangkan dengan warna putih.

Selain itu, gelang tridatu juga melambangkan Tri Kona yang merupakan tiga perjalanan hidup di dunia, yaitu lahir, hidup dan mati. Dengan mengenakan gelang tridatu, diharapkan manusia akan semakin mawas diri tentang perjalanan hidup dan selalu ingat akan Tuhan sebagai Sang Pencipta.

Gelang tridatu memiliki sejarah tersendiri, sehingga sangat spesial bagi masyarakat Hindu di Bali. Gelang tridatu muncul pada abad ke-14 dan 15 ketika berada di bawah kekuasaan kerajaan Majapahit dengan Dalem Waturenggong sebagai rajanya.

Kala itu, Raja Gelgel melakukan penyerangan ke Nusa Penida dengan mengirim Ki Patih Jelantik untuk melawan Ki Dalem Bungkut. Kekalahan Ki Dalem Bungkut membuat membuat ia terpaksa melakukan kesepakatan dengan Raja Gelgel.

Keributan ini membuat Ratu Gede Mecaling memutuskan untuk melindungi umat Hindu yang masih taat dan berbakti pada leluhur. Sedangkan bagi yang sudah lalai dan melanggar berbakti kepada leluhur akan dihukum oleh Ratu Gede Mecaling.

Gelang tridatu dibuat untuk menandai warga yang taat dan bakti kepada leluhur, sehingga tidak dikenakan hukuman. Sejak saat itu gelang tridatu dipercaya merupakan anugerah untuk menjauhkan diri dari bahaya.

Sedangkan, dalam kitab kuno lontar agastya parwa, gelang tridatu digunakan sebagai sarana perlindungan dari kekuatan negatif. Tujuannya agar manusia bisa terhindar dari hal-hal negatif dan bisa berpikir lebih bijaksana.

Keistimewaan gelang tridatu juga terdapat pada jalinan benangnya yang tidak dibuat secara sembarangan. Jalinan benang tridatu dapat dikatakan benar bila ukuran benangnya sama dan dijalin saling ikat, dan tidak terlepas begitu saja.

Benang Tridatu dalam Upacara Agama Hindu

Penggunaan benang Tri Datu sering ditemukan dalam upakara dan upacara agama Hindu. Dalam upacara Bhuta Yadnya, benang Tri Datu dipakai pemogpog atau pelengkap atas kekurangan persembahan yang dilaksanakan. Pada pelaksanaan upacara Rsi Yadnya, benang Tri Datu yang digunakan sebagai selempang pada tubuh yang di diksa atau winten sebagai pawitra dari nabe kepada sisya. Sedangkan pada upacara Manusa Yadnya, benang Tri Datu digunakan sebagai lambang panugrahan. Dalam upacara Dewa Yajna, benang Tri Datu difungsikan sebagai sarana nuntun Ida Sang Hyang Widhi dengan segala manifestasinya. Selain itu, benang Tri Datu juga digunakan sebagai alat atau media penghubung antara pemuja dan yang dipuja.

Memakai benang pawitra berwarna Tri Datu juga bermakna pengikatan diri terhadap norma-norma agama. Walau begitu, pemakaian gelang Tridatu khas Bali memang tidak terbatas hanya boleh dikenakan untuk umat Hindu saja. Para penganut agama lain juga diperbolehkan untuk mengenakan gelang ini, hanya saja harus memperhatikan cara mengenakannya yang tidak bisa sembarangan. Salah satunya dilarang mengenakan gelang Tridatu di pergelangan kaki, karena bisa menjadi salah satu bentuk pelecehan terhadap simbol agama bagi masyarakat Hindu. Sumber:
denpasarkota.go.id
undwi.ac.id
sonora.id


Tags: dari benang

`Lihat Lagi
@ 2024 - Tenun Indonesia