Menyelusuri Keterkaitan Dalam "Benang Merah"
Hasil akhir BERVARIASI pada setiap orang
Selalu nih, disclaimer di setiap treatment adalah final result may varies. Alasannya, balik lagi ke kondisi tubuh setiap orang itu berbeda-beda. Usia, komposisi lemak dan otot wajah, kegiatan rutin yang orang tersebut jalani pasca treatment, skill dokter yang memberikan treatment, merk benang yang digunakan, dan lain-lain, semuanya itu berkontribusi dalam memberikan hasil akhir treatment yang bervariasi pada setiap orang.
Ngerti sih hasil akhir bervariasi pada tiap orang, tapi hasil akhir itu sesuatu yang bisa kita kontrol, lho! Caranya adalah dengan memahami dan melaksanakan hal-hal yang sudah gue sebutkan di atas! 🙂 Cari dokter yang skillful di klinik terpercaya, pastikan produknya berizin Kemenkes, lakukan post-treatment care dengan baik, dsb. Hal-hal tersebut mendukung kamu supaya mendapatkan final result that you want!
Oke teman-teman, itu tadi 9 hal yang WAJIB kamu ketahui sebelum tarik benang. Semoga artikel ini membantu kamu yang lagi cari informasi terkait treatment tersebut, ya! Untuk yang sudah pernah tarik benang, ada yang gue kelewat ga nih dari 9 poin tadi? Boleh dibagi di comment yaa ilmunya!
Mia
Mia is the founder of Miareveals, a platform for you to explore about beauty, health, and lifestyle. Mia holds a Master of Science in Biomedical Engineering from University of Pittsburgh, USA, and pharmacist license (Apoteker) from Bandung Institute of Technology (ITB), Indonesia.
Apa itu Red String Theory? Kepercayaan Tentang Jodoh dari Tiongkok
ilustrasi red string (pexels.com/cottonbro studio)
Buat Swifties pasti gak asing dengan lagu Taylor Swift yang berjudul Invisible String? Selain lirik dan instrumennya yang easy listening, lagu ini punya makna mendalam. Di dunia ini ada sebuah fenomena tak terduga tentang jodoh yang tersembunyi dan tidak disadari keberadaannya. Tapi sebenarnya saling terhubung satu sama lain.
Ternyata lagu ini juga relate dengan sebuah kepercayaan dari Tiongkok yakni Red String Theory. Belakangan istilah ini semakin banyak dikenal, salah satunya karena banyak orang yang merasakannya juga.
Sebenarnya apa itu Red String Theory dan bagaimana hal ini bisa berkaitan dengan jodoh? Simak ulasan selengkapnya di sini.
Asal usul Red String Theory
ilustrasi sepasang kekasih (pexels.com/Jasmin Wedding Photography)
1. Mitologi Jepang
Konsep benang merah pertama kali muncul dalam mitologi Jepang, yang mengaitkannya dengan ikatan takdir atau pertemuan yang sudah ditentukan sejak awal. Dalam mitos Jepang, dikatakan bahwa dewa cinta dan pernikahan, disebut "Akai Ito" (benang merah), mengikat jari-jemari orang-orang yang sudah ditakdirkan untuk bertemu sebagai pasangan hidup.
2. Kepercayaan Tiongkok
Di Tiongkok, terdapat konsep serupa yang disebut "Yuanfen", yang berarti hubungan takdir atau nasib. Konsep ini juga mencakup keyakinan bahwa orang-orang yang berhubungan oleh Yuanfen atau benang merah ini akan bertemu dalam kehidupan mereka.
3. Pengaruh Budaya Populer
Selain akar-akar mitologis dan kepercayaan tradisional, Teori Benang Merah juga mempengaruhi budaya populer di berbagai negara Asia Timur dan kemudian menyebar ke seluruh dunia melalui media, sastra, dan film. Konsep ini sering diadaptasi dalam cerita cinta atau hubungan penting antar karakter dalam karya fiksi.
Editor’s picks
Secara umum, Teori Benang Merah mencerminkan keyakinan akan ikatan takdir atau hubungan yang lebih besar daripada kebetulan semata. Meskipun tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat, konsep ini tetap memiliki daya tarik yang kuat juga.
Di mana sebenarnya bentuk visualisasi bagaimana hubungan antar individu dapat dianggap sebagai bagian dari rencana semesta atau nasib yang sudah ditentukan. Seperti istilah yang berkembang di Indonesia, banyak yang mengatakan "kalau jodoh pasti gak kemana" yang ternyata relate juga dengan ini.
Tags: benang