"Seni Membuat Huruf Sunda - Keindahan dan Kreativitas"
4. Aksara Pegon
Aksara Pegon adalah aksara Arab yang digunakan untuk menulis teks berbahasa Sunda dan juga bahasa Jawa. Jadi sudah tentu penggunaannya lebih dahulu diadakan penyesuaian dengan tatafonem kedua bahasa tersebut. Berdasarkan katalog naskah Sunda diperoleh gambaran bahwa Naskah Sunda yang menggunakan Aksara Arab atau Aksara Pegon jauh lebih banyak , jika dibandingkan dengan naskah-naskah Sunda yang menggunakan jenis aksara yang lainnya.
Perkiraan digunakannya aksara Arab untuk menuliskan naskah-naskah Sunda sesudah agama Islam menjadi anutan masyarakat di wilayah Sunda, mengingat Islam sangat konsisten memelihara kitab suci Al-Our’an yang ditulis dengan aksara Arab. Sejak itulah masyarakat sunda mengenal dan mempelajari serta mengembangkan keterampilan dalam menulis aksara Arab atau aksara Pegon.
Umumnya, aksara pegon dalam khazanah naskah Sunda memakai tanda vokalisasi, baik yang menggunakan bahasa Sunda maupun bahasa Jawa. Jika ada naskah Sunda yang ber-aksara Pegon dan atau bahasa Arab tanpa tanda vokalisasi, maka aksaranya disebut aksara Gundil atau aksara Arab-Gundul .
Dari segi bentuk, aksara Pegon sama saja dengan aksara Arab, tambahannya hanya berupa lambang-konsonan g, c, ng, ny, dan penanda vokal e dan eu yang merupakan kreasi dari orang Sunda.
2. Aksara Jawa Kuno
Aksara Jawa Kuno pada dasarnya merupakan perkembangan dari aksara tipe Palawa Lanjut yang mengacu kepada model aksara Pali yang berkembang sejak pertengahan abad ke-8 hingga abad ke-13 dan banyak ditemukan sebagai tulisan pada prasasti di Jawa Timur, seperti pada prasasti Dinoyo dan Prasasti Sukabumi dekat Kediri yang sekaligus dipandang sebagai prasasti pertama yang menggunakan bahasa Jawa Kuno.
Aksara Jawa Kuno digunakan juga di Jawa Barat seperti pada Prasasti Sanghyang Tapak, teks prasasti ini berbahasa Jawa Kuno dan dipahatkan pada empat buah batu (Kode: D.73, D.96, D.97, dan D.98) yang ditemukan dari aliran Sungai Cicatih dan Bukit Pangcalikan, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi.
Selain itu ada Prasasti Batutulis di Bogor dan Prasasti Hulu dayeuh di Cirebon yang ditulis menggunakan Bahasa Sunda, Prasasti Kebon kopi II yang berbahasa Melayu Kuno, dan prasasti Mandiwunga yang berbahasa Jawa Kuno ditulis dengan menggunakan aksara Jawa Kuno. Jadi, penggunaan jenis aksara ini di Jawa Barat tidak banyak dan bentuk aksaranya diambil sepenuhnya dari hasil kreasi masyarakat Jawa.
Tags: kerajinan