Kerajinan Jarum Tradisional dari Sumatera Barat - Eksplorasi Kreatif dan Kesenian DIY
Oleh-oleh khas Sumatera Barat Terbaik
Biasanya rendang dimasak langsung menggunakan bumbu rempah. Namun ada olahan rendang yang unik, di Kota Padang terdapat satu produsen oleh-oleh khas Padang tahan lama dengan nama ‘Roti Randang Ninur’. Sesuai namanya produk ini berupa roti yang mencampurkan dengan daging rendang.
Memang terdengar aneh, melihat rasa rendang yang cenderung pedas berserat dan kontras dengan rasa roti yang lembut dan manis. Namun kombinasi dua komponen tersebut justru melahirkan inovasi baru dan menimbulkan keunikan tersendiri. Rasa dan aroma rendangnya masih kuat. Sehingga aroma rendang dengan citarasa yang pedas gurih akan terasa pada saat gigitan pertama.
Untuk menambah kelezatan, di bagian atas rotinya terdapat taburan daun oregano kering, daun bawang, dan keju mozarela. Dengan porsi yang tak terlalu besar, sepotong kue randang menjadi pilihan pas untuk menu sarapan yang mengenyangkan. Apa lagi harganya tak terlalu mahal, satu roti berukuran sedang dapat Anda dapatkan dengan harga Rp6.000.
Jika Anda ingin membelinya bisa datang langsung ke outletnya yang ada di Jalan Proklamasi, atau cabang lainnya di Bandara Minangkabau. Tersedia tiga varian yang bisa Anda pilih yaitu rendang ayam, rendang sapi, dan yang paling unik rendang kacang merah. Jika untuk oleh-oleh, kami sarankan membeli yang versi randang gulung karena berukuran lebih besar. Harganya cuma Rp60.000.
Randang paku Dharmasraya
Randang paku merupakan masakan tradisional khas Kabupaten Dhamasraya. Proses pembuatannya hampir sama dengan rendang daging, tetapi keunikan kuliner ini adalah bahan bakunya yang berupa ikan dan sayur paku (pakis). Paku merupakan tumbuhan semak yang tumbuh di kaki bukit bersuhu lembap.
Kabupaten Dhamasraya yang berada di pinggir Sungai Batanghari membuat masyarakatnya mudah mendapatkan ikan. Untuk membuat randang paku, bumbu yang diperlukan antara lain, santan, cabai merah, cabai rawit, bawang merah, bawang putih, jahe, kunyit, lengkuas, serai, daun salam, daun kunyit, daun jeruk, daun ruku-ruku.
Semua bahan dimasak sekitar enam jam sampai kering serupa abon. Hingga saat ini, proses memasak randang paku masih tradisional menggunakan tungku dan kayu bakar.
Sejarah [ sunting | sunting sumber ]
Pada awalnya, selendang bersulam Koto Gadang hanya dipakai oleh orang Koto Gadang dan tabu apabila dipakai oleh orang di luar Koto Gadang. Bahkan, keterampilan menyulam tidak diajarkan kepada orang yang bukan asli Koto Gadang. Sulaman Koto Gadang mulai terkenal sejak berdirinya Kerajinan Amai Setia pada 1911. Didirikan oleh Roehana Koeddoes, sekolah tersebut mengajarkan berrnacam-macam keterampilan rumah tangga untuk perempuan, termasuk menyulam, baik untuk perempuan Koto Gadang maupun dari luar Koto Gadang. Lama kelamaan, selendang bersulam Koto Gadang dikenal oleh orang dan bahkan banyak pesanan akan selendang tersebut. Salah seorang rekan Roehana yang seorang saudagar, Hadisah memasarkan hasil sulaman Koto Gadang ke istri pejabat-pejabat Belanda untuk dipakai atau dikirimkan ke kolega mereka di luar Minangkabau, yakni Eropa. [13] [2] Sementara itu, rekan Roehana yang lain, Rukbeny memperkenalkan selendang bersulam Koto Gadang ke luar daerah Sumatera Barat. [14]
Sejak Kerajinan Amai Setia berdiri, kegiatan menyulam menjadi pekeijaan yang digemari perempuan Koto Gadang. Selain dapat menghasilkan uang, pekerjaan menyulam bagi perempuan dianggap sebagai pekerjaan yang mulia. [13] Perempuan dapat bekerja di dalam rumah sambil mengurus keluarga. Saat ini, sulaman Koto Gadang menjadi produk yang diincar perempuan Paris dan Belanda. Meski tak seperti abad ke-19, perempuan Koto Gadang masih menghasilkan kain bersulam aneka motif dan cara pengerjaan. [2]
Penyebutan sulaman kadang disamakan dengan bordir karena memiliki persamaan. Perbedaannya terletak pada hasil dan cara pengerjaannya. Menurut Ernatip, peneliti Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPSNT) Padang, penyebutan bordir di Minangkabau identik dengan sebuah kain yang memiliki hiasan yang dibuat oleh teknologi mesin, sedangkan apabila hiasan dikerjakan dengan keterampilan tangan rnaka lebih dikenal dengan sebutan sulaman. [13] Baik sulaman maupun bordir masih tetap eksis dalam masyarakat Minangkabau sebagai salah satu warisan masa lampau. [7]
Tags: kerajinan dari