Kerajinan Jarum Tradisional dari Sumatera Barat - Eksplorasi Kreatif dan Kesenian DIY
Randang paku Dharmasraya
Randang paku merupakan masakan tradisional khas Kabupaten Dhamasraya. Proses pembuatannya hampir sama dengan rendang daging, tetapi keunikan kuliner ini adalah bahan bakunya yang berupa ikan dan sayur paku (pakis). Paku merupakan tumbuhan semak yang tumbuh di kaki bukit bersuhu lembap.
Kabupaten Dhamasraya yang berada di pinggir Sungai Batanghari membuat masyarakatnya mudah mendapatkan ikan. Untuk membuat randang paku, bumbu yang diperlukan antara lain, santan, cabai merah, cabai rawit, bawang merah, bawang putih, jahe, kunyit, lengkuas, serai, daun salam, daun kunyit, daun jeruk, daun ruku-ruku.
Semua bahan dimasak sekitar enam jam sampai kering serupa abon. Hingga saat ini, proses memasak randang paku masih tradisional menggunakan tungku dan kayu bakar.
Kue Sapik
Namun pada kenyataannya dua makanan tersebut berbeda. Dari bentuknya kue semprong berbentuk gulungan, sementara kue sapik berbentuk segitiga. Kedua makanan tersebut sering ada dalam momen perayaan Idul Fitri ataupun acara besar lainnya seperti arisan, pengajian, atau nikahan.
Kue Sapik bisa Anda jadikan sebagai buah tangan karena rasanya yang enak dan lezat. Sesampinya di rumah Anda bisa berikan oleh-oleh khas Sumatera Barat ini kepada kerabat ataupun tetangga sekitar. Kue Sapik banyak tersedia di seluruh toko oleh-oleh Sumatera Barat. Silahkan minta driver dari layanan rental bus Padang murah untuk mengantarkan ke pusat oleh-oleh Padang terkenal.
Kawa daun Pariangan
Kawa daun biasa disajikan dalam tempurung kelapa dibelah dua menyerupai mangkuk, mengingat zaman dahulu tidak tersedia gelas sebagai tempat minum. Kawa daun juga dapat dinikmati dengan gula dan berbagai kudapan.
Pariangan yang berada di lereng Gunung Marapi, Kabupaten Tanah Datar, merupakan salah satu tempat untuk mencoba minuman kawa daun. Untuk membuat kawa daun, daun kopi dikeringkan dan dijadikan bubuk untuk kemudian diseduh.
Prof. Gusti menjelaskan bahwa masyarakat Minangkabau sejak awal memang tidak mengonsumsi biji kopi untuk minuman. Baru pada akhir abad ke-18, seorang saudagar dari Amerika datang dan membeli biji kopi. Kejadian ini akhirnya menyadarkan masyarakat bahwa biji kopi memiliki nilai tinggi daripada yang mereka kenal sebelumnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
Tags: kerajinan dari