Kerajinan Khas Sumatera Selatan - Keindahan Budaya yang Terjaga
Budidaya Tanaman Purun
Budidaya tanaman purun berguna untuk ekologis karena dapat memelihara kondisi asli rawa sehingga fungsi hidrologisnya terjaga sekaligus melestarikan keseimbangan flora, fauna, dan mikroba yang berhabitat di sana.
Dari segi ekonomi, budidaya purun berguna untuk meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian masyarakat lokal dengan usaha bahan kerajinan purun melalui anyaman purun.
Mengutip dari Kompas, cara budidaya purun pun sangat mudah dilakukan. Bahkan sangat didukung oleh pemerintah desa yang menyediakan lokasi budidaya purun di banyak tempat di Sumatera Selatan.
Adapun tata cara membudidayakan purun adalah dengan membuat lubang kecil sedalam 20 cm pada tanah gambut, yang kemudian diletakkan bibit tanaman purun ke dalam lubang tersebut dan dilanjutkan dengan menutup lubang tersebut dengan tanah. Diakhiri dengan mengikat batang purun setinggi hampir 1 meter supaya posisinya tetap tegak saat dipanen nantinya.
Total, LindungiHutan Menanam Lebih Dari 800 RIBU Pohon di 50 Lokasi Penanaman yang Tersebar di Indonesia Bersama 500+ Brand/Perusahaan!
Sejarah [ sunting | sunting sumber ]
Menurut cerita lisan yang berkembang di masyarakat Palembang, awal mula kain songket berasal dari pedagang Cina yang membawa sutra, pedagang India dan timur tengah membawa emas sehingga terciptalah kain songket yang berlapis emas di tangan penduduk asli Melayu di Palembang. Keberadaan tradisi kain songket di Indonesia juga kerap dikaitkan dengan masa kemakmuran dan kejayaan Kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Palembang pada abad ke-7- ke 13.
Songket Palembang dikenal dengan berbagai jenis dan fungsi yang ditampilkan dalam ragam motif dan ragam penggunaan benang. Motif yang tergambar dalam kain songket memiliki makna kehidupan dari masyarakat Palembang. Adapun ragam dan jenis Songket Palembang antara lain: [4]
- Songket Lepus. Songket ini dikenal sebagai songket pertama yang ada di Palembang. Makna harfiah dari lepus ialah menutupi sehingga Songket Lepus berarti kain songket yang tertutupi oleh anyaman benang emas. Hampir seluruh kain Songket Lepus tertutupi oleh benang emas. Songket Lepus dibagi menjadi tiga, dasar pembedaan ini bergantung pada motif dan benang yang digunakan: Lepus Berekam, Lepus Berantai, dan Lepus Penuh.
- Songket Tabur. Sesuai dengan namannya, songket ini dikenal dengan motif tabur yang memiliki ciri bertaburan, menyebar, dan motif dengan bentuk kecil-kecil seperti bunga dan bintang. Dikena tiga jenis yang tergolong dalam songket tabur yaitu: Songket Tawur Lintang, Songket Tawur Nampan Perak, dan Songket Tawur Tampak Magis.
- Songket Bunga. Terdapat dua jenis songket bunga yaitu Songket Bunga Emas dan Songket Bunga Pacik. Kedua jenis songket ini dibedakan atas penggunaan jenis benang. Songket Bunga Emas banyak digunakan oleh penduduk berketurunan Tionghoa sedangkan Songket Bunga Pacik dibuat menggunakan benang kapas putih yang banyak digunakan oleh penduduk berketurunan Arab.
- Songket Limar. Songket ini dikenal dengan jenis songket warna-warni, merujuk pada kata limar yang memiliki makna etimologis warna-warni. Untuk menghasilkan benang yang berwarna-warni, harus dilakukan pencelupan. Motif songket ini juga biasanya digabungkan dengan benang emas.
- Songket Tretes. Songket ini hanya memiliki motif di bagian ujung-ujung kain sedangkan pada bagian tengah dibiarkan kosong tanpa motif. Ada juga kreasi Songket Tretes yang mengisi area kosong ditengah kai dengan sejenis motif tabur.
- Songket Rumpak. Songket ini merupakan bagian dari pakaian pengantin laki-laki Palembang. Motif Songket Rumpak ini hampir sama dengan Songket Tretes, akan tetapi kain yang digunakan sudah memilik dasar motif berbentuk kotak-kotak seperti kain sarung.
Apa itu Tanaman Purun?
Memiliki nama latin Lepironia articulata, dan termasuk ke dalam divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Monocotyledoneae, ordo Cyperales, dan famili teki-tekian (Cyperaceae), tanaman purun adalah sejenis semak yang biasanya tumbuh liar di daerah lahan basah atau rawa gambut yang kerap tergenang air.
Berdasarkan penelitian Suprapto dan Yudha (2019), ciri-ciri dari tanaman purun adalah memiliki batang berongga tegak, dan tidak bercabang. Batangnya tidak berdaun karena daunnya tereduksi menjadi pelepah yang berbentuk buluh bagai membran yang menyelubungi pangkal batang.
Umumnya purun mempunyai panjang sekitar 50-200 cm, dan ketebalan 2-8 mm dengan warna keabu-abuan hingga hijau mengkilap. Selain itu, terdapat bunga bulir berbentuk silinder yang majemuk dan bersifat hermafrodit yang terletak di ujung batangnya, dengan panjang 2-6 cm dan lebar 3-6 mm.
Purun dapat tumbuh dengan baik bahkan sepanjang tahun di habitat lahan yang selalu berair seperti tawar tepian danau, saluran tersier, dan terutama di tanah gambut.
Hal ini karena tanaman purun mampu beradaptasi dengan baik pada lahan bersulfur masam dengan pH rendah seperti pada tanah lempung atau humus dengan Ph 6,9-7,3, lalu juga di dataran rendah dengan ketinggian 0-1.350 m di atas permukaan laut, dan juga pada suhu 30-35°C dengan kelembaban tanah 98-100%.
Songket Palembang
Songket kerap dikaitkan dengan Kemaharajaan Sriwijaya sebagai asal mula tradisi songket berasal, beberapa jenis Songket yang populer pun tak lepas dari lokasi-lokasi yang pernah berada dibawah kekuasaan Sriwijaya, salah satu lokasi dominan yang juga diyakini sebagai ibukota Kemaharajaan Sriwijaya di masa lampau yakni Palembang, yang terletak di Sumatera Selatan. Selain Palembang, beberapa daerah di Sumatra juga menjadi lokasi penghasil Songket terbaik dalam kelasnya, yakni meliputi daerah-daerah di Minangkabau atau Sumatera Barat seperti Pandai Sikek, Silungkang, Koto Gadang, dan Padang. Di luar Sumatra, kain songket juga dihasilkan oleh daerah-daerah seperti Bali, Lombok, Sambas, Sumba, Makassar, Sulawesi, dan daerah-daerah lain di Indonesia.
Karena faktor sejarah kekuasaan Kemaharajaan Sriwijaya, perdagangan, dan perkawinan campuran, Songket pun juga menjadi populer di Kawasan Maritim Asia Tenggara khususnya di negara-negara sekitar Indonesia seperti Brunei, Malaysia, dan Singapura. [2]
Patut diketahui bahwa kain songket memiliki banyak keistimewaan jika dibandingkan kain tenun jenis lain. Salah satunya corak dan ragamnya yang berbeda, masing-masing memiliki makna tersendiri.
Bahan dasar kain songket yang terbuat dari benang emas dan perak membuat harga songket melambung tinggi. Teknik pembuatan kain yang unik dan cenderung rumit membuat songket berbeda dengan kain jenis lainnya.
Dari cara memakainya, songket pria dan perempuan memiliki perbedaan mendasar. Kain songket untuk pria disebut Rumpak (bumpak) dengan motif yang tidak penuh dengan tumpal (kepala kain) berada di belakang badan.
Tags: kerajinan dari