"Keajaiban Kerajinan Kalimantan Barat - Memperkaya Warisan Budaya Indonesia"
Kebudayaan Kalimantan Barat
Kebudayaan Kalimantan Barat – Sebagai negara yang terdiri dari puluhan bahkan ratusan suku bangsa dan terbagi dalam wilayah negara yang cukup banyak, tak heran jika Indonesia memiliki kebudayaan yang begitu beragam. Seperti di daerah Kalimantan Barat. Provinsi yang memiliki wilayah pemerintahan berbatasan langsung dengan Sarawak Malaysia ini merupakan salah satu wilayah dengan kekayaan budaya terbesar di Indonesia.
Mulai dari rumah adat, pakaian adat hingga berbagai hal yang mengambarkan Kalimantan Barat bisa Anda jumpai dengan mudahnya saat berkunjung ke tempat ini. Apa sajakah macam-macam kebudayaan Kalimantan Barat yang membuktikan betapa kayanya Indonesia? Berikut ini perpustakaan akan bagikan artikel tentang kebudayaan Kalimantan Barat.

Lagu daerah:
- Cik Cik Periook.
- Aek Kapuas.
- Masjid Jami.
- Alon-Alon.
- Kapal Belon.
- Sungai Kapuas.
- Antare Kapuas – Landak.
- Gong/Agukng.
- Tawaq.
- Sapek.
- Balikan/Kurating.
- Kangkuang.
- Keledik/Kedire.
- Entebong.
- Rabab/Rebab.
- Sollokanong.
- Terah Umat.
Bukan hanya dalam bentuk tarian, namun kesenian suatu daerah juga dapat ditampilkan dalam bentuk lagu daerah. Untuk Kalimantan Barat sendiri memiliki Cik-cik Periok sebagai lagu daerahnya. Nah untuk mengiringi pementasan lagu daerah ini tentu tak akan sempurna jika tidak dibarengi dengan iringan musik yang dihasilkan oleh alat musik tradisionalnya seperti Sapek dan Gong.
Sapek yaitu alat musik dari Kapuas hulu yang banyak dijumpai di kalangan masyarakat Dayak Kayaan Mendapam kabupaten Kapuas Hulu. Cara memainkan alat musik ini adalah dengan memetiknya. Kemudian untuk gong sendiri merupakan alat musik yang dimainkan dengan cara dipukul. Bahan dasar dari alat musik yang memiliki nama lain Agukng, Kollatung (Uut Danum) ini adalah kuningan. Menariknya, alat musik ini bahkan bisa digunakan untuk mas kawin atau sebagai pembayaran hukum adat.

Jenis Tenun Ikat Sintang
Berdasarkan teknik pewarnaan jenis kain tenun ikat Dayak dapat terbagi menjadi dua macam yaitu, tenun ikat menggunakan pewarnaan kimia (bahan kimia) dan tenun ikat menggunakan pewarnaan alami (tumbuh-tumbuhan). Dalam proses pewarnaan kain tenun biasanya seorang penenun suku Dayak harus mengenakan kain adat berbentuk tating untuk menghormasti leluhur atau nenek moyang mereka.
Banyak motif tenun ikat yang merupakan buatan masyarakat Dayak. Motif paling banyak beredar adalah motif geometris. Beberapa motif adalah motif sakral dan suci. Karena itu, tidak sembarang orang boleh membuatnya. Hanya orang tua yang sudah banyak berpengalaman yang boleh membuat motif tersebut.
Konon jika terjadi kesalahan dalam membuat motif tersebut dapat mengakibatkan kematian. Motif yang sakral biasanya yang menggambarkan mahluk hidup seperti manusia, naga, dan buaya. Mereka percaya motif tersebut juga harus mendapat “makanan”, yakni melakukan ritual khusus dalam proses pembuatannya.
Berdasarkan hasil pengerjaan, kain tenun ikat sintang terbagi menjadi dua jenis yakni kebat dan kumbu. Tenun kebat merupakan jenis kain tenun yang berukuran agak kecil dan hanya cukup untuk menjadi busana wanita dan anak-anak. Sedangkan tenun ikat kumbu merupakan kain tenu ikat yang berukuran lebih besar sehingga cukup untuk menjadi bahan pakaian dewasa baik pria, wanita, maupun anak-anak.

Tikar Pandan
Tikar Pandan terbuat dari daun pandan yang diolah dengan hati-hati menjadi serat-serat halus, kemudian dianyam secara tradisional oleh para pengrajin terampil.
Proses pembuatan tikar ini melibatkan teknik anyaman yang rumit dan membutuhkan kesabaran serta keahlian yang tinggi.
Tikar Pandan memiliki beragam ukuran dan desain yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan.
Tikar ini sering digunakan sebagai alas duduk, alas tidur, atau hiasan dinding. Kelebihan tikar pandan terletak pada kekuatannya yang tahan lama, serat pandan yang tahan terhadap cuaca, serta tampilan yang indah dan alami.
Kerajinan tangan Tikar Pandan tidak hanya merupakan bentuk seni, tetapi juga merupakan simbol kearifan lokal dalam memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia di sekitar mereka.
Proses pembuatan tikar juga melibatkan nilai-nilai kebersamaan dan kebersahajaan, karena seringkali dilakukan secara gotong royong oleh masyarakat setempat.
Dalam konteks ekonomi, kerajinan tangan Tikar Pandan memberikan manfaat bagi masyarakat lokal sebagai sumber penghidupan dan pelestarian tradisi.
Di sisi lain, tikar pandan juga memiliki daya tarik bagi wisatawan dan kolektor seni karena nilai seni dan keaslian budaya yang terkandung di dalamnya.
Kerajinan tangan Tikar Pandan adalah bukti nyata kekayaan budaya Kalimantan Barat yang perlu dilestarikan.
Melalui karya-karya tikar pandan, para pengrajin tidak hanya menjaga warisan budaya mereka, tetapi juga mempromosikan keindahan dan keunikan seni tradisional Kalimantan Barat kepada dunia.

C. Pakaian Tradisional Daerah Kalimantan Barat
Pakaian suku Dayak bermacam-macam. Zaman dahulu kain pakaian berasal dari kulit kayu yang disebut kulit kapuak. Pakaian dari kulit kapuak ini biasanya berupa rompi dan rok bawahan. Rompi ini dipakai pria dan perempuan. Rok bawahan untuk laki-laki yang disebut kotib ayam, dan untuk perempuan disebut ouwik kbok.
Pakaian adat laki-laki Dayak disebut king baba dan untuk perempuan disebut king bibinge. Suku Dayak taman juga memiliki pakaian untuk keperluan adat. Misalnya, pakaian yang dikenakan dalam acara perkawinan. Ada dua macam pakaian dalam upacara perkawinan yaitu, baju burai king burai yang dikenakan oleh mempelai pengantin, dan baju manik king manik dikenakan oleh pendamping pengantin.

Tags: kerajinan kalimantan