... Kerajinan Kapal dari Bambu: Panduan DIY dan Tips Rajut yang Menakjubkan

Seni Membuat Kapal Bambu - Eksplorasi Kreatif dalam Kerajinan Tangan dan DIY

Kukusan bambu yang semakin terpinggirkan

Kukusan bambu menjadi salah satu alat dapur konvensional yang sudah ada sejak zaman dahulu. Konon, alat masak yang mirip topi penyihir ini dulunya ditemukan oleh nenek moyang saat melakukan perjalanan melewati hutan rimba. Agar kebutuhan para pejalan terpenuhi, mereka kerap memanfaatkan kekayaan alam yang ada di sekitarnya, salah satunya pohon bambu.

Melihat banyaknya bambu di sekitar, kemudian para pejalan berinisiatif untuk membuat alat masak menggunakan anyaman bambu, yang kini dikenal dengan nama kukusan. Konon, pada zaman dahulu alat ini digunakan untuk mengukus berbagai bahan makanan, seperti singkong, ubi jalar, dan umbi-umbi lainnya.

Tidak hanya sarat akan nilai-nilai sejarah, kukusan bambu juga memiliki makna dan filosofi yang cukup mendalam. Menurut sesepuh di desa saya, Arjo Suroto (67), nasi sendiri diibaratkan gejolak jiwa atau perasaan manusia. Jika gejolak jiwa tidak dikontrol akan meluap dan memunculkan sikap berlebihan yang tidak baik.

Pria yang akrab disapa Mbah Arjo itu menambahkan, bahwa rongga-rongga yang ada pada kukusan diasumsikan sebagai penyaring atau filter nafsu manusia. Apabila nafsu ini tidak dikontrol dan dikelola dengan baik, akan menimbulkan angkara murka. Hal ini tentu sesuai dengan ajaran agama mana saja, di mana setiap manusia harus memiliki sikap kontrol diri atau yang dalam agama Islam disebut mujahadah an nafs.

Sayangnya, kini masyarakat di pedesaan sudah mulai meninggalkan peralatan dapur tradisional dan menggantinya dengan alat-alat yang modern. Padahal, kukusan bambu merupakan peninggalan nenek moyang yang harus tetap dijaga kelestariannya.

Tidak hanya sarat akan nilai-nilai sejarah, tradisi dan budaya, serta baik untuk kesehatan, kukusan bambu juga memiliki nilai ekonomis bagi para pengrajin bambu. Untuk itu, sudah seyogyanya semua lapisan masyarakat, terutama pihak-pihak terkait, untuk selalu mengampanyekan penggunaan kukusan yang kian terpinggirkan ini.

Lonceng Angin dari Bambu

Lonceng angin dari bambu adalah contoh kerajinan dari bahan bambu yang dapat menghasilkan bunyi yang merdu dan menenangkan saat ditiup angin. Anda membutuhkan beberapa potong bambu dengan diameter dan panjang yang berbeda-beda, tali, benang, jarum, gunting, dan hiasan sesuai dengan selera Anda, misalnya manik-manik, kancing, atau daun kering. Berikut adalah langkah-langkah untuk membuat lonceng angin dari bambu:

  • Pertama, potong bambu dengan panjang yang berbeda-beda, misalnya 5 cm, 10 cm, 15 cm, dan 20 cm. Pastikan Anda memotong di antara ruas bambu agar tidak bocor.
  • Kedua, lubangi bambu dengan jarum di bagian tengahnya. Anda dapat menggunakan paku atau bor jika jarum tidak cukup kuat. Buat lubang sekecil mungkin agar bambu tidak pecah.
  • Ketiga, masukkan tali ke dalam lubang bambu dan ikat di ujungnya. Buat simpul yang kuat agar bambu tidak lepas. Ulangi langkah ini untuk semua potong bambu.
  • Keempat, susun bambu dengan tali secara vertikal dengan panjang yang berurutan dari yang terpendek hingga yang terpanjang. Jarakkan bambu sekitar 2 cm satu sama lain agar dapat berbunyi saat bersentuhan. Ikat ujung tali di atas bambu terpendek dengan simpul yang kuat.
  • Kelima, buat lingkaran dari tali dengan diameter sekitar 20 cm. Ikat ujung tali dengan simpul yang kuat. Anda dapat melilitkan tali dengan benang atau kain untuk membuatnya lebih cantik.
  • Keenam, ikat tali yang menggantung bambu ke lingkaran tali dengan jarak yang sama. Pastikan bambu terpusat di tengah lingkaran. Anda dapat menambahkan hiasan seperti manik-manik, kancing, atau daun kering di antara bambu dengan menjahitnya dengan benang dan jarum.
  • Ketujuh, buat gantungan dari tali dengan panjang sesuai dengan keinginan Anda. Ikat gantungan ke lingkaran tali dengan simpul yang kuat. Anda dapat menambahkan hiasan di ujung gantungan jika Anda mau.
  • Kedelapan, lonceng angin dari bambu siap digantung di tempat yang terkena angin, misalnya di teras, jendela, atau pohon. Nikmati bunyi yang dihasilkan oleh lonceng angin saat ditiup angin.

Tralis

Adanya tanaman rambat dalam komposisi tanaman di taman adalah sebuah kewajiban. Tergantung media rambatnya, tanaman rambat dapat menghadirkan nuansa baru untuk spot-spot di tamanmu yang terlihat membosankan, seperti dinding atau pagar.

Caranya cukup mudah, yakni menyediakan beberapa bambu dengan ukuran yang sama, lalu disusun sedemikian rupa seperti tralis, lalu diikat tali atau kawat agar kuat. Untuk jenis tanaman rambatnya, anda bisa mencoba tanaman sirih merah, mandavela, morning glory, bougenvil, melati irian, bunga clementis, atau bunga air mata pengantin.

60+ Kerajinan Dari Bambu dan Strategi Pengembangan Usahanya

Kerajinan Dari Bambu – Grameds pasti sering menjumpai kerajinan dari bambu di tempat-tempat tertentu. Mulai dari pasar tradisional hingga toko oleh-oleh yang dekat dengan objek pariwisata. Keberadaan kerajinan dari bambu tersebut memang sudah ada sejak zaman nenek moyang yang kemudian berkembang menjadi kerajinan lokal dan didesain secara modern mengikuti zaman.

Bahkan, kerajinan dari bambu ini tidak hanya ada di Indonesia saja lho, tetapi dari berbagai negara terutama Asia yang memang memiliki sumber daya bambu dalam jumlah banyak. Terlebih lagi, kerajinan bambu ini tidak hanya digemari oleh masyarakat setempat saja, tetapi juga negara-negara di belahan bumi lainnya.

Tak jarang, kerajinan bambu ini dijadikan sebagai penugasan kepada siswa dalam mata pelajaran Seni dan Budaya. Maka dari itu, keberadaan kerajinan bambu pasti sudah menjadi hal yang lumrah untuk ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Lantas, bagaimana saja sih contoh kerajinan dari bambu yang mungkin dapat Grameds buat?

Bagaimana pula strategi pengembangan usaha kerajinan bambu yang ternyata dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat lokal? Yuk, simak ulasan berikut ini supaya Grameds memahami hal-hal tersebut!

Table of Contents

Kerajinan kapal dari bambu

Seiring berjalannya waktu, kini penggunaan kukusan semakin jarang ditemukan. Umumnya, masyarakat di desa saya menggunakan alat dapur tradisional ini untuk mengukus nasi pada acara-acara tertentu saja, seperti pesta pernikahan, mitoni, sunatan, dan acara hajatan lainnya.

Saat ini, mayoritas masyarakat di desa saya, Gunungkidul, lebih memilih menggunakan magic com atau rice cooker. Sementara, untuk mengukus makanan seperti nasi tiwul, nasi putih, singkong, dan lainnya, menggunakan panci soblok. Jenis panci ini lebih dipilih oleh masyarakat karena dinilai lebih praktis dan barangnya mudah ditemukan di pasaran.

Banyaknya produk peralatan dapur modern di pasaran, pengrajin kukusan bambu pun semakin langka. Di desa saya sendiri, hanya ada satu orang yang menekuni profesi ini, Partiyem (51). Warga Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Gunungkidul itu, sehari-hari membuat kerajinan kukusan bambu di rumahnya.

Perempuan yang akrab disapa Bu Parti ini, sudah menekuni profesinya sejak 1996. Biasanya, Bu Parti hanya akan membuat kukusan jika ada orang yang memesan saja. Adapun harga kukusan akan disesuaikan dengan jenis dan ukurannya. Untuk ukuran kecil biasanya dihargai Rp3.000, sementara untuk ukuran besar berkisar Rp7.000-Rp25.000 per biji.

“Nek riyen katah tiang mendet terus disade teng peken. Nek sak niki damel kukusan nek wonten tiyang pesan mawon, kados nek onten tangga tiyang ajeng hajatan niku, kadang nggih suk pesen mriki (Kalau dulu banyak yang ngambil terus dijual di pasar. Sekarang, bikin kukusan cuma kalau ada orang pesan saja, seperti jika ada tetangga yang mau hajatan biasanya pesan di sini,” tutur Bu Parti.

Bu Parti mengakui, bahwa permintaan kukusan bambu semakin hari semakin menurun. Selain maraknya pengukus modern yang mudah ditemukan di pasaran, saat ini warga yang menggunakan kukusan bambu juga semakin berkurang. Hal ini yang kemudian membuat permintaan kerajinannya juga semakin menurun.


Tags: kerajinan dari

`Lihat Lagi
@ 2024 - Tenun Indonesia