... Kerajinan Khas Maluku Utara: 10 Ide DIY Sulam dan Rajut yang Memukau

Kerajinan Jarum Tradisional Maluku Utara - Keindahan dan Kreativitas dalam Karya DIY

Kerajinan Tempat Pinang dan Sirih (kabilano)

Kerajinan Tempat Pinang dan Sirih (Kabilano) adalah salah satu kerajinan tangan khas Maluku Utara yang terbuat dari bahan dasar kayu. Kayu yang digunakan untuk membuat kerajinan ini biasanya berasal dari jenis kayu Nantu yang hanya tumbuh di daerah Maluku Utara.

Proses pembuatan Kerajinan Tempat Pinang dan Sirih (Kabilano) dimulai dengan memilih kayu yang berkualitas dan dipotong dengan ukuran tertentu.

Kerajinan Tempat Pinang dan Sirih (Kabilano) dihiasi dengan berbagai motif tradisional seperti motif daun, bunga, dan binatang laut yang berasal dari kearifan lokal masyarakat Maluku Utara.

Kerajinan Tempat Pinang dan Sirih (Kabilano) memiliki nilai estetika yang tinggi dan merupakan bagian dari tradisi adat dan budaya Maluku Utara. Tempat pinang dan sirih merupakan simbol dari kesatuan, persatuan, dan keharmonisan dalam kehidupan masyarakat Maluku Utara.

Oleh karena itu, Kerajinan Tempat Pinang dan Sirih (Kabilano) menjadi salah satu produk unggulan yang menarik minat wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut.

Selain itu, kerajinan ini juga dapat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat lokal karena dijadikan sebagai produk komersial yang dijual di pasar lokal maupun internasional.

Motif Tenun Tanimbar

Berikut ragam jenis motif kain tenun Tanimbar Maluku :

  • Tais Matan. Motif yang identik dengan motif utama di ujung kain, sedangkan sisanya sebagian besar berupa oleh garis.
  • Tais Anday. Motif ini memiliki bagian ujung yang berhias garis hitam-putih dan motif utama yang berada di tengah.
  • Tais Maran. Motif yang menampilkan garis di bagian tengah dan motif utama di ujung.
  • Ule Rati. Motif yang berbentuk ulat yang tersebar di seluruh kain.
  • Lelemuke. Motif lelemuke menjadikan bunga anggrek sebagai salah satu motif utamanya. Bagi masyarakat Tanimbar, bunga anggrek adalah lambang kecantikan, keagungan, dan keuletan.
  • Sair. Motif yang merupakan simbol semangat orang Tanimbar dalam berkarya, menekuni kehidupan, mempertahankan identitas, membela, serta melindungi wanita.
  • Tunis atau anak panah. Motif tunis merefleksikan kesigapan orang Tanimbar terhadap ancaman. Bagi wanita Tanimbar, motif tunis juga bisa bermakna kekuatan dan kesiapan mental untuk menghadapi ringangan hidup.
  • Motif Lain. Motif-motif lain adalah motif ikan (arabil ira), anjing (siaha), kembang dengan jambangan, lebah (niri), sarang lebah, perahu (abo), ruas bambu/temar akar, dan bulan sabit (wulan lihir). Selain itu, ada juga motif ular cincin/ular fangat, kembang enau, kuncup/tandan enau, kenari (iwar ihin), katak/kodok, bunga luang kecil, hias sula (laor), lipan/kaki seribu, tali tiga, jagung, tali sembilan, kain kapas hingga motif tulang ikan.

Sejarah Kain Tenun Tanimbar

Sejak dulu, masyarakat di Tanimbar sudah mengetahui cara menenun. Awalnya, mereka mengolah daun lontar dan seratnya dianyam. Hasil akhirnya menyerupai kain yang berguna sebagai penutup tubuh.

Berbeda dengan daerah Maluku lainnya, leluhur orang Tanimbar sudah mengenakan anyaman daun lontar untuk menutupi tubuh mereka. Seiring perkembangan waktu, mereka memakai kapas. Mereka dapat memintal benang untuk menenun. Pada waktu itu, banyak pohon kapas tumbuh di berbagai wilayah Pulau Yamdena.

Berdasarkan catatan sejarah, Pastor Guertjens pada tahun 1919-1921 menulis tentang pertenunan orang-orang Tanimbar. Dalam tulisannya, Guertjens menyebut penenunan dilakukan oleh semua wanita sebagai kerajinan rumah, dalam bentuk pintalan-pintalan dan ikat celup yang aneh.

Saat ini, penenun di Tanimbar lebih banyak memakai benang yang terdapat di pasaran. Alasannya, benang pasaran yang sudah jadi lebih praktis untuk menenun. Sehingga kain yang dibuat lebih cepat selesai dan cepat bisa dijual, dipakai sendiri atau digunakan untuk keperluan adat.

Sebagai tambahan, informasi tentang keberadaan tenun ikat pada masyarakat di Kepulauan Tanimbar sekarang ini terbukti dengan adanya kelompok-kelompok penenun yang tersebar di seluruh wilayah Tanimbar. Contohnya, di Kecamatan Tanimbar Selatan terdapat kelompok pengrajin tenun Jikar Sembilan, Taisfian, Badar Melar dan Tenun Ampera. Kelompok pengrajin tenun tersebut merupakan gabungan keluarga atau marga. Selain itu, ada pula yang dilakukan oleh marga tertentu yang lebih cenderung melakukan aktifitas penenunan berdasar pada motif kain pusaka mereka sendiri.


Tags: kerajinan maluku

`Lihat Lagi
@ 2024 - Tenun Indonesia