Keindahan Kerajinan Khas Palembang - Karya Tangan dan DIY
Sejarah [ sunting | sunting sumber ]
Menurut cerita lisan yang berkembang di masyarakat Palembang, awal mula kain songket berasal dari pedagang Cina yang membawa sutra, pedagang India dan timur tengah membawa emas sehingga terciptalah kain songket yang berlapis emas di tangan penduduk asli Melayu di Palembang. Keberadaan tradisi kain songket di Indonesia juga kerap dikaitkan dengan masa kemakmuran dan kejayaan Kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Palembang pada abad ke-7- ke 13.
Songket Palembang dikenal dengan berbagai jenis dan fungsi yang ditampilkan dalam ragam motif dan ragam penggunaan benang. Motif yang tergambar dalam kain songket memiliki makna kehidupan dari masyarakat Palembang. Adapun ragam dan jenis Songket Palembang antara lain: [4]
- Songket Lepus. Songket ini dikenal sebagai songket pertama yang ada di Palembang. Makna harfiah dari lepus ialah menutupi sehingga Songket Lepus berarti kain songket yang tertutupi oleh anyaman benang emas. Hampir seluruh kain Songket Lepus tertutupi oleh benang emas. Songket Lepus dibagi menjadi tiga, dasar pembedaan ini bergantung pada motif dan benang yang digunakan: Lepus Berekam, Lepus Berantai, dan Lepus Penuh.
- Songket Tabur. Sesuai dengan namannya, songket ini dikenal dengan motif tabur yang memiliki ciri bertaburan, menyebar, dan motif dengan bentuk kecil-kecil seperti bunga dan bintang. Dikena tiga jenis yang tergolong dalam songket tabur yaitu: Songket Tawur Lintang, Songket Tawur Nampan Perak, dan Songket Tawur Tampak Magis.
- Songket Bunga. Terdapat dua jenis songket bunga yaitu Songket Bunga Emas dan Songket Bunga Pacik. Kedua jenis songket ini dibedakan atas penggunaan jenis benang. Songket Bunga Emas banyak digunakan oleh penduduk berketurunan Tionghoa sedangkan Songket Bunga Pacik dibuat menggunakan benang kapas putih yang banyak digunakan oleh penduduk berketurunan Arab.
- Songket Limar. Songket ini dikenal dengan jenis songket warna-warni, merujuk pada kata limar yang memiliki makna etimologis warna-warni. Untuk menghasilkan benang yang berwarna-warni, harus dilakukan pencelupan. Motif songket ini juga biasanya digabungkan dengan benang emas.
- Songket Tretes. Songket ini hanya memiliki motif di bagian ujung-ujung kain sedangkan pada bagian tengah dibiarkan kosong tanpa motif. Ada juga kreasi Songket Tretes yang mengisi area kosong ditengah kai dengan sejenis motif tabur.
- Songket Rumpak. Songket ini merupakan bagian dari pakaian pengantin laki-laki Palembang. Motif Songket Rumpak ini hampir sama dengan Songket Tretes, akan tetapi kain yang digunakan sudah memilik dasar motif berbentuk kotak-kotak seperti kain sarung.
Sejarah Kerajinan Songket
Penenunan songket secara sejarah dikaitkan dengan kawasan permukiman dan budaya Melayu, dan menurut sementara orang teknik ini diperkenalkan oleh pedagang India atau Arab. Menurut hikayat rakyat Palembang, asal mula kain songket adalah dari perdagangan zaman dahulu di antara Tiongkok dan India. Orang Tionghoa menyediakan benang sutera sedangkan orang India menyumbang benang emas dan perak, maka, jadilah songket. Kain songket ditenun pada alat tenun bingkai Melayu.
Pola-pola rumit diciptakan dengan memperkenalkan benang-benang emas atau perak ekstra dengan penggunaan sehelai jarum leper.
Tidak diketahui secara pasti dari manakah songket berasal, menurut tradisi Kelantan teknik tenun seperti ini berasal dari utara, yakni kawasan Kamboja dan Siam yang kemudian berkembang ke selatan di Pattani, dan akhirnya mencapai Kelantan dan Terengganu sekitar tahun 1500-an.
Industri kecil rumahan kain songket ini kini masih bertahan di pinggiran Kota Bahru dan Terengganu.
Songket Palembang dikenakan oleh pengantin wanita berbusana pernikahan adat Aesan Gede
Menurut tradisi Indonesia sendiri, kain songket nan keemasan dikaitkan dengan kegemilangan Sriwijaya, kemaharajaan niaga maritim nan makmur lagi kaya yang bersemi pada abad ke-7 hingga ke-13 di Sumatera. Hal ini karena kenyataan bahwa pusat kerajinan songket paling mahsyur di Indonesia adalah kota Palembang.
Songket mungkin dikembangkan pada kurun waktu yang kemudian di Sumatera. Songket Palembang merupakan songket terbaik di Indonesia baik diukur dari segi kualitasnya, yang berjuluk “Ratu Segala Kain”. Songket eksklusif memerlukan di antara satu dan tiga bulan untuk menyelesaikannya, sedangkan songket biasa hanya memerlukan waktu sekitar 3 hari. Mulanya kaum laki-laki menggunakan songket sebagai destar, tanjak atau ikat kepala. Kemudian barulah kaum perempuan Melayu mulai memakai songket sarung dengan baju kurung.
Kerajinan Songket Modern
Ditinjau dari bahan, cara pembuatan, dan harganya songket semula adalah kain mewah para bangsawan yang menujukkan kemuliaan derajat dan martabat pemakainya. Akan tetapi kini songket tidak hanya dimaksudkan untuk golongan masyarakat kaya dan berada semata, karena harganya yang bervariasi, dari yang biasa dan terbilang murah, hingga yang eksklusif dengan harga yang sangat mahal. Kini dengan digunakannya benang emas sintetis maka songket pun tidak lagi luar biasa mahal seperti dahulu kala yang menggunakan emas asli. Meskipun demikian, songket kualitas terbaik tetap dihargai sebagai bentuk kesenian yang anggun dan harganya cukup mahal.
Sejak dahulu kala hingga kini, songket adalah pilihan populer untuk busana adat perkawinan Melayu, Palembang, Minangkabau, Aceh dan Bali. Kain ini sering diberikan oleh pengantin laki-laki kepada pengantin wanita sebagai salah satu hantaran persembahan perkawinan. Pada masa kini, busana resmi laki-laki Melayu pun kerap mengenakan songket sebagai kain yang dililitkan di atas celana panjang atau menjadi destar, tanjak, atau ikat kepala. Sedangkan untuk kaum perempuannya songket dililitkan sebagai kain sarung yang dipadu-padankan dengan kebaya atau baju kurung.
Meskipun berasal dari kerajinan tradisional, industri songket merupakan kerajinan yang terus hidup dan dinamis. Para pengrajin songket terutama di Palembang kini berusaha menciptakan motif-motif baru yang lebih modern dan pilihan warna-warna yang lebih lembut. Hal ini sebagai upaya agar songket senantiasa mengikuti zaman dan digemari masyarakat. Sebagai benda seni, songket pun sering dibingkai dan dijadikan penghias ruangan. Penerapan kain songket secara modern amat beraneka ragam, mulai dari tas wanita, songkok, bahkan kantung ponsel.
15 Referensi Souvenir Khas di Daerah Palembang Yang Unik Ini Wajib Kalian Masukkan Daftar Belanjaan!
Jika mendengar Palembang, apa yang ada dibenakmu? Tentulah makanan khas olahan daging tengiri yaitu Pempek kan? Selain itu apalagi kekhassan Kota terbesar kedua di Sumatera Selatan ini kalau bukan Jembatan Ampera.
Landmark populer ini bisa dibilang serupa dengan yang ada di luar negeri yaitu Golden Gate Bridge di San Fransiso. Keindahan Jembatan Ampera semakin cantik saat malam hari, apalagi jika dilihat dari ketinggian.
Selain dua point diatas, makanan khas dan Landmark Palembang, ternyata ada lagi yang menarik untuk dibahas dan wajib dibeli saat berkunjung ke Kota Pempek ini, yakni oleh-oleh.
Saat memutuskan untuk berkunjung ke Palembang entah itu untuk keperluan pekerjaan maupun sengaja berlibur, jika pulang dengan tangan kosong tidak ada tentengan kantong plastik akan terasa kurang lengkap rasanya.
Untuk membantumu dalam mencari referensi oleh-oleh khas Palembang yang tahan lama, berikut ini kami berikan ide oleh-oleh menarik dan wajib kamu baca sampai tuntas.
Tags: kerajinan