Keindahan Kerajinan Khas Palembang - Karya Tangan dan DIY
15 Referensi Souvenir Khas di Daerah Palembang Yang Unik Ini Wajib Kalian Masukkan Daftar Belanjaan!
Jika mendengar Palembang, apa yang ada dibenakmu? Tentulah makanan khas olahan daging tengiri yaitu Pempek kan? Selain itu apalagi kekhassan Kota terbesar kedua di Sumatera Selatan ini kalau bukan Jembatan Ampera.
Landmark populer ini bisa dibilang serupa dengan yang ada di luar negeri yaitu Golden Gate Bridge di San Fransiso. Keindahan Jembatan Ampera semakin cantik saat malam hari, apalagi jika dilihat dari ketinggian.
Selain dua point diatas, makanan khas dan Landmark Palembang, ternyata ada lagi yang menarik untuk dibahas dan wajib dibeli saat berkunjung ke Kota Pempek ini, yakni oleh-oleh.
Saat memutuskan untuk berkunjung ke Palembang entah itu untuk keperluan pekerjaan maupun sengaja berlibur, jika pulang dengan tangan kosong tidak ada tentengan kantong plastik akan terasa kurang lengkap rasanya.
Untuk membantumu dalam mencari referensi oleh-oleh khas Palembang yang tahan lama, berikut ini kami berikan ide oleh-oleh menarik dan wajib kamu baca sampai tuntas.

Sejarah Kerajinan Songket
Penenunan songket secara sejarah dikaitkan dengan kawasan permukiman dan budaya Melayu, dan menurut sementara orang teknik ini diperkenalkan oleh pedagang India atau Arab. Menurut hikayat rakyat Palembang, asal mula kain songket adalah dari perdagangan zaman dahulu di antara Tiongkok dan India. Orang Tionghoa menyediakan benang sutera sedangkan orang India menyumbang benang emas dan perak, maka, jadilah songket. Kain songket ditenun pada alat tenun bingkai Melayu.
Pola-pola rumit diciptakan dengan memperkenalkan benang-benang emas atau perak ekstra dengan penggunaan sehelai jarum leper.
Tidak diketahui secara pasti dari manakah songket berasal, menurut tradisi Kelantan teknik tenun seperti ini berasal dari utara, yakni kawasan Kamboja dan Siam yang kemudian berkembang ke selatan di Pattani, dan akhirnya mencapai Kelantan dan Terengganu sekitar tahun 1500-an.
Industri kecil rumahan kain songket ini kini masih bertahan di pinggiran Kota Bahru dan Terengganu.
Songket Palembang dikenakan oleh pengantin wanita berbusana pernikahan adat Aesan Gede
Menurut tradisi Indonesia sendiri, kain songket nan keemasan dikaitkan dengan kegemilangan Sriwijaya, kemaharajaan niaga maritim nan makmur lagi kaya yang bersemi pada abad ke-7 hingga ke-13 di Sumatera. Hal ini karena kenyataan bahwa pusat kerajinan songket paling mahsyur di Indonesia adalah kota Palembang.
Songket mungkin dikembangkan pada kurun waktu yang kemudian di Sumatera. Songket Palembang merupakan songket terbaik di Indonesia baik diukur dari segi kualitasnya, yang berjuluk “Ratu Segala Kain”. Songket eksklusif memerlukan di antara satu dan tiga bulan untuk menyelesaikannya, sedangkan songket biasa hanya memerlukan waktu sekitar 3 hari. Mulanya kaum laki-laki menggunakan songket sebagai destar, tanjak atau ikat kepala. Kemudian barulah kaum perempuan Melayu mulai memakai songket sarung dengan baju kurung.

Kerajinan Songket Palembang
Kerajinan Kain Songket – Kata songket berasal dari istilah sungkit dalam bahasa Melayu dan bahasa Indonesia, yang berarti “mengait” atau “mencungkil”. Hal ini berkaitan dengan metode pembuatannya mengaitkan dan mengambil sejumput kain tenun, dan kemudian menyelipkan benang emas. Selain itu, menurut sementara orang, kata songket juga mungkin berasal dari kata songka, songkok khas Palembang yang dipercaya pertama kalinya kebiasaan menenun dengan benang emas dimulai. Istilah menyongket berarti ‘menenun dengan benang emas dan perak’.
Baca Lainnya
Kerajinan Cangkang Kerang Cilacap Menjanjikan di Pasar Ekspor
Apakah Indonesia termasuk Negara yang kreatif?
Songket merupakan kain tenun mewah yang biasanya dikenakan saat kenduri, perayaan atau pesta. Songket biasa dikenakan melilit tubuh menjadi seperti sarung, atau disampirkan di bahu, atau sebagai destar atau tanjak dan hiasan ikat kepala. Tanjak adalah semacam topi hiasan kepala yang terbuat dari kain songket yang lazim dipakai oleh sultan dan pangeran serta bangsawan Kesultanan Melayu.
Menurut tradisi, kain songket hanya boleh ditenun oleh anak dara atau gadis remaja, akan tetapi kini kaum lelaki pun turut menenun songket. Beberapa kain songket tradisional Sumatra memiliki pola yang mengandung makna tertentu.
Songket harus melalui delapan peringkat sebelum menjadi sepotong kain dan masih ditenun secara tradisional. Karena penenun biasanya dari desa, tidak mengherankan bahwa motif-motifnya pun dipolakan dengan hewan dan tumbuhan setempat. Motif ini seringkali juga dinamai dengan nama kue khas Melayu seperti serikaya, wajik, dan tepung talam, yang diduga merupakan penganan kegemaran raja.

Tags: kerajinan