Kerajinan Khas Sunda - Keindahan Seni Sulam dan Kreativitas DIY
Anyaman Rajapolah
Rajapolah adalah nama dari sebuah kecamatan yang ada di Tasikmalaya. Di sana banyak sekali toko-toko kerajinan tangan di sepanjang jalan. Tidak heran jika tempat ini dijadikan sebagai pusat industry rumahan khususnya untuk kerajinan anyaman dan kompor.
Produk yang ditawarkan pun berbagai macam mulai dari tas, dompet, miniatur becak, miniatur mobil, gelang, wadah pensil, topi, dll. Hal yang menarik adalah kerajinan-kerajinan tersebut dijual dengan harga murah namun dapat bertahan lama.
Bahan baku yang digunakan pu cukup unik seperti mendong yaitu rerumputan yang ada di sekitar rawa-rawa. Warga memanfaatkan tanaman liar ini menjadi sesuatu yang berguna dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu bahan baku anyaman lainnya yaitu bambu, pandan, dan enceng gondok. Saat ini setidaknya ada 50 kios yang menjual anyaman-anyaman tersebut.

Batik Khas Jawa Barat
Batik merupakan warisan budaya Indonesia yang berasal dari wilayah Jawa khususnya Jawa Tengah. Namun Jawa Barat juga mempunya batiknya sendiri. Batik Jawa Barat mempunyai corak yang berbeda dengan batik dari daerah lainnya.
Batik Jawa Barat memilki corak flora dan fauna dengan warna-warni yang umumnya cerah. Derah-daerah yang terkenal sebagai penghasil batik di Jawa Barat antara lain Cirebon, Indramayu, Ciamis, Garut, Sumedang, Tasikmalaya, dan Kuningan.
Batik di Jawa Barat sudah ada sejak zaman kerajaan yaitu pada masa penyebaran agama Islam pada tahun 1422. Diketahui budaya batik ini di bawa oleh orang-orang yang berasal dari Jawa Tengah yang akan menuju ke Batavia.

Ukiran dan kerajinan kayu Desa Cipacing dan Cibeusi
Kerajinan pertama adalah ukiran dan kerajinan kayu yang terdapat di Desa Cipacing dan Cibeusi. Sentra kerajinan ini bisa dibilang paling tua di tanah Sunda, yaitu sudah berdiri sejak tahun 1970.
Namun sentra kerajinan ini baru populer dan dikenal masyarakat luas sekitar tahun 1990-an yaitu ketika para pengrajin dari Desa Cipacing mendapat pelatihan dari Tanti Supiarno seorang mantan DPR tahun 1992 untuk membuat dan mengembangkan berbagai kerajinan kayu.
Pada saat itu para pengrajin Desa Cipacing diajarkan untuk membuat berbagai kerajinan yang berasal dari kayu, mulai dari aneka patung sampai alat musik yang berasal dari luar negeri. Tidak mengherankan jika sejak saat itu para pengrajin bisa membuat berbagai kerajinan dengan kualitas terbaik.
Hingga saat ini beragam produk ukiran dan kerajinan kayu masih diproduksi, mulai dari aneka souvenir, topeng, patung, rebana, marawis, wayang golek, gendang, busur panah, perkakas rumah tangga. Hingga berbagai kesenian khas Sunda seperti kendang jaipong, angklung arumba dan kecapi.
Selain memproduksi beberapa kerajinan diatas, para pengrajin di Desa Cipacing juga memproduksi beberapa kerajinan yang berasal dari luar tanah Sunda, bahkan luar negeri, seperti ukiran suku Dayak, patung suku Asmat, serta kerajinan internasional seperti boomerang, jimbe, dan didgeridoo yang merupakan kerajinan khas Aborigin Australia.
Ada ciri khas dari kerajinan yang dibuat para pengrajin Desa Cipacing, yaitu terdapat sebuah tambahan ukiran pada bagian kerajinan berupa lukisan titik-titik cat yang mempunyai warna kontras dan terang.
Untuk membuat berbagi kerajinan diatas para pengrajin Desa Cipacing menggunakan bahan kayu Mahoni dan Albasia. Waktu yang dibutuhkan untuk membuat berbagai kerajinan tersebut para pengrajin setidaknya membuatuhkan waktu 2 hari atau lebih, tergantung pada kerumitan kerajinan yang dikerjakan.

Sandal Cibaduyut
Cibadyut berada di bagian selatan kota Bandung. Tempat ini menjadi sentra industi sepatu Jawa Barat. Warga Cibaduyut mayoritas bekerja sebagai pengrajin sepatu sejak zaman sebelum kemerdekaan.
Dahuluterdapat pabrik sepatu di sana namun pabrik tersebut bangkrut. Berbekal dengan keahlian selama bekerja, para mantan pegawai pabrik sepatu tersebut membuka usaha sendiri yaitu dengan memproduksi sepatu.
Usaha mereka dilakukan di rumah masing-masing. Tak disangka sepatu produk mereka menarik banyak orang. Mereka sampai kewalahan memenuhi pesanan konsumen. Untuk itu mereka merekrut tenaga kerja.
Pengrajin sepatu di Cibaduyut pun semakin bertambah hingga berjumlah 89 unit pengrajin pada tahun 1940 dan 150 unit pada 1950. Hingga pada tahun 1978 tempat ini dianggap sebagai sentra industri kerajina sepatu bahkan menjadi destinasi wisata pada 1989.
Tidak hanya sepatu, Cibaduyut pun mulai memproduksi berbagai macam aksesoris yang terbuat dari kulit. Mereka memproduksi tas, jaket dan sebagainya.
Pengrajin sepatu Cibaduyut ini meredup ketika krisis moneter melanda negeri ini tahun 1998. Namun usaha mereka segera bangkit dan kembali bersinar pada tahun 2000 an. Kini Cibaduyut kembali menjadi destinasi wisata baik mancanegara maupun domestic.
Kualitas sepatu Cibaduyut tidak kalah bagus dengan merek-merek terkenal lainnya. Terdapat banyak macam sepatu dengan berbagai bentuk bahkan konsumen bisa memesan sepatu sesuai dengan keinginannya.
Harga sepatu yang ditawarkan pun bervariasi. Jika kamu pandai menawar kamu akan mendapat harga termurah namun jika tidak kamu akan mendapat harga termahal.

Payung Geulis
Payung geulis adalah souvenir khas dari daerah Tasikmalaya. Payung ini digunakan digunakan dalam berbagai acara seni tradisional di Jawa Barat. Payung ini juga seringkali digunakan sebagai dekorasi ruangan. Bahkan pada tahun 1926 para noni Belanda banyak yang menggunakan payung ini.
Geulis dalam bahasa Sunda berarti “cantik” sehingga payung geulis memiliki arti payung cantik. Payung geulis terbuat dari bahan kertas dan kain yang bermotif. Motifnya terbagi menjadi dua macam yaitu motif geometris dan non geometris.
Pada motif geometris gambar yang menonjol adalah gambar garis lurus, lengkung, dan patah-patah. Sedangkan motif non geometris menonjolkan gambar seperti manusia, tumbuhan, ataupun manusia. Rangka dari payung ini terbuat dari bambu.
Untuk menambah kesan menarik bagian dalam payung diberi benang warna-warni. Namun payung ini mengalami penurunan peminat pada tahun 1955 hingga 1968. Pada saat itu Indonesia menganut sistem ekonomi terbuka.
Dengan begitu produk-produk luar negeri dapat masuk ke Indonesia termasuk produk payung import. Hal ini menggeser posisi payung geulis dan membuat pengrajin payung geulis mengalami kebangkrutan.
Mengetahui hal pemerintah kota Tasikmalaya tidak tinggal diam. Para pengrajin diberi bantuan berupa peralatan dan bahan untuk meningkatkan kualitas produk payung geulis mereka.
Payung geulis pun berangsur-angsur mulai kembali diminati pada tahun 1980 an. Hingga saat ini belum ada inovasi maupun modifikasi terhadap payung geulis sehingga bentuk payung ini masih sangat asli.

Tags: kerajinan