Seni Anyaman Rotan - Kearifan Lokal yang Berkembang di Berbagai Daerah
Kebijakan Perlindungan
Sebelum kebijakan ekspor rotan diberlakukan pada tahun 1986, banyak batang yang dipanen secara komersial untuk dikirim ke Singapura, Hongkong, Jepang, Amerika serta negara-negara kawasan Eropa. Ketika itu, Indonesia merupakan negara penghasil rotan terbesar dunia, meskipun industri pengolahan nasional belum berkembang.
Pembatasan ekspor dari Indonesia ke pasar dunia memberikan dampak negatif terhadap negara-negara penghasil rotan yang tidak memiliki pengawasan. Akibatnya, negara-negara tersebut kehilangan cadangan hutan dari alam.
Contohnya adalah industri pengolahan rotan di Taiwan dan Eropa mengandalkan pasokan bahan baku dari Indonesia banyak yang mengalami kebangkrutan dan mengalihkan usahanya ke Indonesia, khususnya di daerah Cirebon.
Dalam perkembangan selanjutnya, larangan ekspor bahan baku rotan dibuka kembali pada tahun 2005, yaitu dengan dikeluarkannya SK Menteri Perdagangan No. 12/M-DAG/PER/6/2005 tentang Ketentuan Ekspor Rotan. Surat keputusan ini memberi hambatan terhadap industri pengolahan nasional.
Dampaknya adalah pengangguran meningkat, kredit macet, berkurangnya perolehan devisa dan menurunnya kontribusi industri pengolahan rotan nasional dalam pembentukan PDB. Sebaliknya, negara-negara pesaing seperti China, Taiwan dan Italia kembali mengalami perkembangan yang cukup pesat.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan beberapa tindakan yaitu:
Pada tahun 2007, pernah terselenggara Pameran Produk Furniture Rotan dan Kerajinan Rotan di Indonesia sebagai upaya memperkenalkan, promosi dan pemasaran hasil produksi dan desain ke dunia internasional. Pameran tersebut diikuti oleh berbagai produsen di Indonesia yang tergabung dalam ASMIN dan AMKRI demi bangkit dan berkembangnya industri furnitore rotan tanah air.

Manfaat Rotan
Rotan merupakan komoditas hasil hutan yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Batangnya dapat digunakan untuk pembuatan kerajinan dan produk rumah tangga. Selain itu, batangnya yang besar juga dapat digunakan sebagai tongkat penyangga berjalan dan senjata atau alat cambuk yang diterapkan sebagai hukum adat didaerah tertentu.
baca juga: Pantai dan Pesisir - Pengertian, Perbedaan, Fungsi dan ManfaatBatang muda yang masih berwarna hijau dapat diolah menjadi sayuran oleh masyarakat Suku Dayak, di kalimantan Tengah. Pucuk muda rotan juga kerap dimanfaatkan sebagai sayuran atau lalapan oleh masyarakat Suku Mandailing di Sumatera Utara. Rotan muda juga menjadi makanan favorit bagi badak.
Rotan juga menghasilkan potensi obat-obatan herbal tradisional yang diperoleh dari batang muda, buah dan akarnya, seperti yang diambil dari jenis Calamus Hookerianus, Calamus metzianus, dan Calamus thwaitesii.
Cadangan air dalam batang rotan juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber air minum ketika berada di tengah hutan untuk bertahan hidup. Pada bagian tangkai bunga rotan menghasilkan getah yang disebut dengan “darah naga”. Getah ini bisa dimanfaatkan untuk bahan baku pewarna industri keramik, farmasi, serta pewarna kayu yang diterapkan pada alat musik gitar atau biola.

6 Daerah Penghasil Rotan di Indonesia
Daerah penghasil rotan di Indonesia tidak hanya di Pulau Jawa, tapi juga di Cirebon Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Aceh dan lainnya.
Mengingat, Indonesia adalah satu penghasil dan eksportir rotan terbesar di dunia.
Rotan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, misalnya sebagai furniture, perlengkapan rumah tangga, karya seni dan lain sebagainya.
Karena memiliki daya jual, membuat permintaan akan tanaman ini menjadi lumayan tinggi.
Baca Juga:
Daerah Penghasil Rotan di Indonesia – Photo by Okezone
Sifat tanaman rotan yang unik, membuatnya menjadi produk yang paling banyak diminati selain kayu.
Selain itu, rotan juga termasuk sangat kuat dan mudah diolah menjadi berbagai jenis produk untuk berbagai kebutuhan.
Dari segi kualitas bahan pun, rotan juga sudah tidak perlu diragukan, terbukti dari permintaan pasar yang tidak pernah turun.
Daftar Isi Contents