Kerajinan Suku Baduy - Kekayaan Budaya yang Memukau
Suku Baduy Dalam dan Suku Baduy Luar :
Suku Baduy Dalam dan Suku Badui Luar memiliki beberapa perbedaan yang signifikan bagi beberapa orang. Seperti misalnya, Suku Baduy Dalam tidak mau berinteraksi sama sekali dengan pihak asing baik itu masyarakat lokal maupun internasional. Sementara Suku Badui Luar sudah mulai membiasakan diri dengan adanya pengaruh luar seperti misalnya mata uang. Anak Badui Luar sudah mengenal mata uang yang bisa ditukarkan dengan barang yang mereka inginkan, tidak seperti Anak Baduy Dalam. Badui Luar juga mulai menunjukkan diri biasanya dengan berjalan kaki di pemukiman warga di luar area Suku Baduy.
Perbedaan ini harus dipahami agar para wisatawan yang hendak bertemu atau melihat suku ini bisa menyesuaikan diri. Hal ini dilakukan agar kedua belah pihak mendapatkan rasa nyaman dan menghindari adanya perselisihan. Untuk membedakan kedua jenis suku ini, bisa dilihat dari pakaian yang mereka gunakan. Baduy Dalam akan menggunakan pakaian serba putih dan juga ikat kepala berwarna putih untuk kegiatan sehari-hari. Sementara Baduy Luar akan menggunakan pakaian serba hitam dalam keseharian yang mereka jalani.
Baca juga: Sejarah Suku Dayak Yang perlu Anda ketahui
Persamaan antara jenis kedua suku ini adalah hobi berjalan kaki, baik bagi Badui Dalam maupun Baduy Luar. Biasanya yang terlihat adalah aktivitas Badui Luar yang berjalan kaki dan enggan menggunakan alat transportasi. Untuk kepercayaan, Badui Dalam dan Baduy Luar masih menganggap nenek moyang dan leluhur sebagai penjaga alam semesta. Keterbukaan Baduy Luar haruslah di apresiasi, namun keinginan mengisolasi diri oleh Badui Dalam tidak bisa dihakimi. Mereka memiliki pilihan hidup masing-masing yang harus dihargai sebagai salah satu suku yang hidup di Indonesia.
Lihat juga: Kebudayaan dan Keberadaan Suku Mante

Dibangun menghadap arah mata angin
Rumah Suku Baduy yang dibangun juga harus menghadap Utara-Selatan.
Untuk rumah di beberapa perkampungan Baduy, biasanya diberi tanda dari bambu dan ijuk dengan bentuk lingkaran atau tanduk.
Tanda di bagian atas atap itu memiliki arti khusus.
Tanda bentuk lingkaran berarti penghuninya belum pernah melanggar larangan adat dan memberikan arti ketentraman.
Sedangkan, tanda berupa tanduk menandakan penghuninya pernah berurusan dengan peradilan adat atau pernah melanggar larangan adat.
Seluruh rumah adat Baduy berbentuk panggung karena dipengaruhi kondisi lingkungan setempat yang kerap basah dan lembab.
Dalam membangun rumah ini, warga Baduy tidak mencangkul tanah untuk meratakan, namun bentuk rumah mengikuti dengan kontur tanah.
Ini dilakukan karena ada aturan adat yang melarang warga Baduy untuk merusak alam.
Ukuran rumahnya juga rata-rata hampir sama sekira 9x12 meter.
Rumah ini hanya memiliki satu pintu dan tanpa jendela.

Kehidupan Sehari-hari Suku Baduy: Memasak, Berkebun, dan Berdagang
Dalam kehidupan sehari-hari, suku Baduy menjalani beragam aktivitas yang mencerminkan hubungan mereka dengan alam dan cara hidup tradisional mereka. Suku Baduy memasak dengan menggunakan bahan-bahan alami yang mereka dapatkan dari alam sekitar, seperti kayu bakar dan batu bara. Mereka juga menggunakan bahan-bahan alami untuk membuat bumbu dan rempah-rempah, seperti daun pandan, serai, dan jahe. Suku Baduy memiliki sistem pertanian yang berbasis pada kepercayaan terhadap alam dan nenek moyang. Mereka memanfaatkan sumber daya alam seperti tanah, air, dan hutan untuk menanam padi, sayuran, dan buah-buahan untuk kebutuhan sehari-hari. Suku Baduy juga terlibat dalam kegiatan berdagang, dimana mereka menjual hasil pertanian dan kerajinan tangan mereka di pasar-pasar tradisional. Mereka juga menjual hasil kerajinan tangan seperti tikar dan anyaman bambu. Sebelum ramai dikunjungi wisatawan, warga Suku Baduy hidup sebagai petani. Kini sebagian warganya ada yang bekerja sebagai pemandu wisata hingga pedagang. Hal ini terjadi karena banyaknya pengunjung yang datang, sehingga dimanfaatkan oleh warga Baduy sebagai peluang lain. Kepala Desa Kanekes, menyampaikan bahwa ada sejumlah mata pencaharian yang digeluti oleh warga Suku Baduy saat ini, berikut di antaranya:
Mayoritas warga Baduy bermata pencaharian sebagai petani, terutama warga Baduy Dalam. Mereka berkebun atau menanam padi di ladang atau Huma untuk memenuhi kebutuhan hidup keseharian. Selain padi, mereka juga menanam jahe dan kencur untuk kemudian dijual ke pasar. Disamping berkebun, petani Baduy juga membuat gula dari aren serta mencari sarang lebah hutan untuk diambil madunya. Komoditas utama dari sektor pertanian di Baduy antara lain, kencur, jahe, gula aren, durian dan madu.
2. Pemandu Wisata
Sejak wisatawan banyak datang ke Desa Adat Baduy, pekerjaan sebagai pemandu wisata mulai dijalani oleh mayoritas anak-anak muda di Baduy. Tugas mereka mengantar wisatawan yang hendak berkunjung ke Baduy Dalam. Diketahui, wisatawan diwajibkan menggunakan pemandu dari warga lokal untuk menghindari tersesat atau sebagai penerjemah saja dalam berkomunikasi dengan warga Baduy Dalam. Jumlah warga asli Baduy yang bermata pencaharian sebagai pemandu wisata kini mencapai sekitar 30 orang. Saat saya melakukan perjalanan dengan teman-teman saya, kami sempt ditawarkan untuk membeli tongkat agar memudahkan selama penanjakan yang memakan waktu selama kurang lebih 1,5 jam.

Tradisi Suku Baduy yang Masih Dilestarikan oleh Suku Baduy Luar
Dari tata cara berpakaian, tak terlihat perbedaan yang menonjol antara Baduy Luar dan Baduy Dangka, kecuali kehidupan Suku Baduy Dangka yang cenderung lebih longgar dibandingkan Baduy Luar.
Secara umum, masyarakat Suku Baduy terbagi ke dalam tiga tingkatan, yaitu Baduy Dalam, Baduy Luar, dan Baduy Dangka. Baduy Dalam adalah masyarakat yang paling patuh terhadap peraturan adat yang diberlakukan sejak zaman leluhur. Ciri khasnya adalah mengenakan pakaian berwarna putih alami dan biru tua, serta memakai ikat kepala putih.
Sedangkan Baduy Luar adalah mereka yang tinggal di berbagai kampung yang mengelilingi wilayah Baduy Dalam. Mengenakan pakaian dan ikat kepala berwarna hitam. Sedangkan tingkatan yang terakhir adalah Baduy Dangka yang hidup berdampingan dengan Baduy Luar. Dari tata cara berpakaian, tak terlihat perbedaan yang menonjol antara Baduy Luar dan Baduy Dangka, kecuali kehidupan Suku Baduy Dangka yang cenderung lebih longgar dibandingkan Baduy Luar.

Tags: kerajinan