... Kerajinan Sulawesi Tengah: Panduan Praktis dan Inspirasi DIY untuk Keterampilan Sulam

Kerajinan Sulawesi Tengah - Keindahan dan Kreativitas dalam Seni Sulam Tradisional

Jam Kerja, Buka dan Tutup Museum Negeri Provinsi Sulawesi Tengah - Palu

Museum Negeri Provinsi Sulawesi Tengah - Palu adalah salah satu tujuan wisata yang menarik di Kota Palu. Museum ini memiliki jam operasional yang berbeda-beda setiap harinya. Pada hari Rabu, Kamis, Senin, dan Selasa, Museum Negeri Provinsi Sulawesi Tengah - Palu buka mulai pukul 07.30 hingga 16.00. Pada hari Jumat, museum ini buka mulai pukul 07.30 hingga 16.30. Namun, pada hari Sabtu dan Minggu, museum ini tutup. Dengan jam operasional yang jelas, pengunjung dapat merencanakan kunjungan mereka dengan baik. Jangan lewatkan kesempatan untuk menjelajahi koleksi yang menarik di Museum Negeri Provinsi Sulawesi Tengah - Palu!

Day Working Hour
Rabu 07.30-16.00
Jumat 07.30-16.30
Kamis 07.30-16.00
Sabtu Tutup
Senin 07.30-16.00
Minggu Tutup
Selasa 07.30-16.00

Motif Tenun Donggala

Kain sutra Donggala memiliki berbagai variasi motif dan corak. Motif dan corak yang dimiliki sarung tenun Donggala asli kebanyakan adalah menerapkan gambar yang tidak melanggar ajaran Islam.

Motif yang popular adalah motif bunga, motif daun, motif fauna seperti halnya kupu – kupu dan kakaktua. Sedangkan menampilkan motif yang berhubungan dengan manusia yang dianggapnya tabu dan melanggar ajaran Islam. Karena itu, gambar manusia tidak muncul sama sekali pada motif kain ikat di Donggala.

Motif yang terkenal di Donggala adalah motif Buya Bomba atau motif bunga. Motif bunga ini terlihat kecil daripada motif yang lainnya, karena dibentuk dan diproses dari benang pakan yang ditenun di atas benang lungsi. Motif Buya Bomba yang masih banyak diminati wisatawan hingga saat ini adalah motif daun keladi dan juga motif tevanumpule atau daun rambat. Selain itu, ada juga motif lain bernama Buya Sabe yang juga cukup terkenal.

Tradisi dan Kain Tenun Donggala

Suku Donggala sering memakai kain tenun ini untuk keperluan perlengkapan pakaian adat Suku Pamona dan Suku Kaili. Konon, tenun ikat Donggala terlebih dulu ada sebelum Suku Bugis bermigrasi ke Donggala.

Menurut legenda tradisi Donggala zaman dahulu, kain tenun ini adalah hasil kerajinan dari wanita asli Donggala yang mendapat keahlian dari Dewa Tomanurun. Menurut legenda Dewa Tomanurun turun dari langit ke bumi dan mulai mengajarkan beberapa kepandaian – kepandaian yang potensial seperti halnya menenun kain.

Kegiatan menenun ini dilakukan banyak kaum wanita di suku Donggala sebagai selingan saja. Disamping itu juga melakukan kegiatan lain seperti mengasuh anak dan juga mengelola rumah. Para suami mereka melakukan kegiatan melaut dalam jangka waktu yang cukup lama, istri sibuk dengan kegiatan menenun. Aktifitas ini dapat menjadi kegiatan mengisi waktu luang istri yang ditinggal melaut oleh suami mereka.

Dalam tradisi Donggala, kain tenun ini memiliki makna yang mendalam. Karena melalui kegiatan menenun inilah para istri mencurahkan isi hatinya dan emosi mereka selama suami mereka

berlayar. Inilah sebabnya banyak tenun di berbagai daerah yang erat kaintannya dengan kondisi dan situasi tata kehidupan masyarakat setempat.

Penulis : Nur Aziz

Kain Tenun Berkualitas

Donggala memang terkenal sebagai penghasil kain tenun yang berkualitas dan bercorak indah. Karena tenun daerah ini berbahan dasar kain sutra yang diberikan tenunan – tenunan benang perak dan emas. Selembar sarung tenun Donggala asli dibuat dari benang yang halus dan berwarna – warni bak pelangi.

Satu lagi keunikan dari kain ikat Donggala adalah kain tenunnya memiliki motif yang umum atau bersifat universal. Jadi siapa saja baik dari kalangan atas maupun bawah bisa menggunakan kain tenun ikat ini. Jadi dari sini kain Donggala memiliki makna persamaan derajat yang tersimpan. Tidak ada perbedaan atau diskriminasi dari kalangan bawah dan kalangan atas, semua memiliki derajat yang sama di mata Tuhan.

Hal ini sangatlah berbeda dengan kain tenun yang berasal dari daerah lain di Indonesia. Seperti halnya kain ulos atau kain tenun yang berasal dari pulau Nusa Tenggara. Di sana, ada motif kain tenun yang dikhususkan untuk para bangsawan atau pembesar suku.

Baca Juga : Tenun Aceh

Perbedaan yang mendasar ada dari sisi pemakai. Tenun ikat Donggala yang dibuat untuk kaum tua biasanya memiliki motif – motif dengan warna dasar yang cenderung gelap. Sedangkan gambar tenun Donggala untuk kaum muda memiliki motif dengan warna dasar cerah.

Sejarah dan Ciri Khas Kerajinan Kayu Hitam Palu

Kerajinan kayu hitam Palu sudah ada sejak zaman Belanda. Saat itu, kayu eboni banyak diekspor ke Eropa untuk dijadikan bahan mebel dan alat musik. Namun, ada juga kayu eboni yang tidak memenuhi standar ekspor karena bentuknya yang tidak rata atau cacat. Kayu-kayu ini kemudian dimanfaatkan oleh para pengrajin lokal untuk dijadikan produk lain yang lebih bernilai jual.

Kerajinan kayu hitam Palu memiliki ciri khas yang berbeda dari lainnya. Meski hitam, namun kayu tersebut tidak menggunakan cat atau pewarna. Melainkan mengandalkan warna asli dari kayu eboni. Selain itu, dalam membentuk kerajinan juga tidak menggunakan paku atau lem, melainkan mengandalkan teknik sambungan kayu yang kuat. Uniknya lagi, prosesnya tidak menggunakan mesin, cukup mengandalkan keterampilan tangan yang cekatan dari pengrajin.


Tags: kerajinan lawe

`Lihat Lagi
@ 2024 - Tenun Indonesia