Kerajinan Sulawesi Utara - Keindahan dan Kreativitas dalam Kesenian Sulam Tradisional
Mapalus
Mapalus merupakan bentuk gotong royong yang ada di Minahasa. Kegiatan ini suatu kebersamaan dalam satu kelompok masyarakat bekerja secara berganti-ganti dengan dasar kerja sama untuk mencapai suatu maksud. Mapalus merupakan fenomena sosial orang Minahasa sejak dahulu hingga sekarang.
Setiap anggota mapalus merasa bersatu dan dipersatukan oleh tujuan, yakni kesejahteraan dan kemakmuran bersama. Mereka juga merasa terikat oleh kaidah yang ditimbulkan oleh jiwa persaudaraan dan mereka sadar bahwa kepentingan umum di atas segala-galanya melebihi kepentingan pribadi.
5. Batifar
Batifar merupakan salah satu aktivitas masyarakat yang dilakukan kaum lelaki dewasa untuk menyadap atau mengambil air tuak atau saguer dari pohon enauatau aren atau pohon seho. Pohon seho adalah salah satu pohon yang mendapat posisi khusus dalam sejarah dan kebudayaan Minahasa karena manfaatnya yang beraneka ragam mulai dari batang, daun dan buah sampai dengan ijuknya.
Maka dari itu, orang Minahasa mengganggap pohon enau itu adalah pohon yang paling berharga. Anak laki-laki dipersiapkan oleh ayahnya untuk dapat mengenal lapangan pekerjaan, seperti batifar selain pekerjaan lainnya.
Batifar berasal dari kata Portugis, yakni tifar. Material-material yang digunakan dalam menyadap buah nira atau batifar dapat dikategorikan dalam sistem teknologi tradisional karena menggunakan bahan-bahan yang tradisional dan tersedia di alam sekitar seperti bambu atau bulu, ijuk atau gomutu dan tali serta parang yang biasa dibawa oleh petani.
Bambu yang diikat menggantung digunakan sebagai tempat menampung saguer saat menetes keluar dari mayang pohon enau dan bambu panjang digunakan sebagai tangga naik dan turun yang disebut totooren. Ijuk digunakan untuk mengikat (dibuat tali) dan tempat saringan juga untuk melindungi bambu tempat penampungan.
Upacara Adat Kabasaran di Watu Pinawetengan
Upacara adat ini biasa diselenggarakan di kawasan megalit Watu Pinawetengan dan Watu Tumotowo di Desa Pinabetengan, Kecamatan Tompaso, Kabupaten Minahasa. Desa Pinabetengan merupakan suatu desa megalit yang berada sekitar 50 kilometer arah selatan dari Kota Manado. Tujuan dari pelaksanaan ritual tahunan ini adalah untuk melakukan “pembersihan” dari semua yang jelek di tempat pelaksanaan ritual tahunan ini.
Dalam upacara ini tampak iring-iringan pasukan berkuda lengkap dengan segala peralatan perang, seperti: tombak besi, pedang tebal panjang (kolaborasi samurai dan peda – pedangnya orang Minahasa), dan terompet (sebagai alat perintah/penanda).
Selain itu, iring-iringan pasukan tersebut juga membawa simbol-simbol ilmu gaib, antara lain tengkorak kain merah, mulut burung taon (burung alo), dan bendera yang menghiasi pakaian pimpinan para pasukan Kabasaran dari sembilan etnis Minahasa.
Palelat
Palelat adalah salah satu budaya khas masyarakat muslim Bolaang Mongondow Utara sejak 1920-an. Kehadirannya dalam rangka memperingati hari kelahiran Rasulullah Nabi Muhammad SAW tanggal 12 Rabiul awal dalam penanggalan tahun hijriah.
Nantinya, Imam pelaku adat dan ibu-ibu dengan penuh antusias menyusun untaian kue tradisional, buah dan bendera lima tiang di dalam wadah palelat sembari mengumandangkan Shalawat Nabi dan Berjanji. Selesai penataan, palelat di arak dalam ruang masjid dan diletakkan di tengah empat tiang masjid, di atas empat tiang masjid dihamparkan kain, yang disebut langit-langit yang bertuliskan Asma Allah dan Rasulullah.
Tags: kerajinan lawe