Kerajinan Sulawesi Utara - Keindahan dan Kreativitas dalam Kesenian Sulam Tradisional
Kebudayaan Sulawesi Utara
Masyarakat Sulawesi Utara secara garis besar terbagi menjadi beberapa bagian suku besar diantaranya yaitu:
- Suku Sangihe dan talaud
- Suku Minahasa
- Suku Bolaang monggondow.
Ketiga suku atau etnis besar tersebut mempunyai bagian suku yang mempunyai bahasa dan tradisi yang cukup berbeda-beda.
Masyarakat Sulawesi Utara memegang semboyan “torang samua basudara” yang berarti kita semua bersaudara, mereka hidup rukun dan berdampingan meskipun berbeda-beda keyakinan. Masyarakat yang ada di Sulawesi Utara ini menganut beberapa agama yakni:
Masyarakat Sulawesi Utara memegang semboyan “torang samua basudara” yang berarti kita semua bersaudara
Bahasa Daerah Sulawesi Utara
Karena Sulawesi Utara ini mempunyai beragam suku tak heran jika Sulawesi Utara memiliki beberapa bahasa daerah, berikut ini berbagai macam bahasa daerah yang ada di Sulawesi Utara
- Bahasa Toulour
- Bahasa Tombulu
- Bahasa Tonsea
- Bahasa Tontemboan
- Bahasa Tonsawang
- Bahasa Ponosakan
- Bahasa Bantik (dari Suku Minahasa),
- Bahasa Sangie Besar
- Bahasa Siau
- Bahasa Talaud (dari Sangihe dan Talaud) dan Mongondow,
- Bahasa Bolaang
- Bahasa Bintauna
- Bahasa Kaidipang (dari Bolaang Mongondow)
Berikut ini berbagai macam kebudayaan yang ada di Sulawesi Utara, mari kita bahas satu per satu secara singkat padat dan jelas.

5 Karya Warisan Budaya Takbenda Indonesia Asal Sulawesi Utara
Karya budaya dari Sulawesi Utara turur ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia. Apa saja?
Diperbarui 14 Des 2021, 08:03 WIB Diterbitkan 14 Des 2021, 08:03 WIB
Liputan6.com, Jakarta - Keberagaman budaya Nusantara tercermin dalam karya budaya yang hadir beriringan dengan kehidupan masyarakat di daerah tertentu. Begitu pula dengan karya budaya asal Sulawesi Utara yang ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2021.
Ada sebanyak lima karya budaya Sulawesi Utara yang masuk daftar, seperti keterampilan dan kemahiran kerajinan tradisional, adat istiadat masyarakat, ritus, dan perayaan, hingga tradisi lisan dan ekspresi. Simak rangkuman selengkapnya seperti dikutip dari laman Warisan Budaya Kemdikbud, Senin (13/12/2021), berikut ini.
3 Karya Warisan Budaya Takbenda Indonesia Asal Jambi
4 Karya Warisan Budaya Takbenda Indonesia Asal Bengkulu
6 Karya Warisan Budaya Takbenda Indonesia Asal DKI Jakarta
1. Nasi Jaha Minahasa
Nasi Jaha merupakan salah satu sajian khas di Minahasa. Sajian ini dapat disantap sebagai penganan atau kue pelengkap minuman teh atau kopi, namun, masyarakat juga dapat juga menyajikannya dengan lauk lainnya.
Keunikan dari Nasi Jaha ini adalah proses pembuatannya dimasak dan dipanggang melalui wadah bambu. Di daerah lain atau luar Minahasa menamakan jenis masakan ini dengan nasi bulu (bambu).
2. Saguer Minahasa
Saguer adalah fermentasi alami dan produk pertama air sadapan dari mayang pohon nira. Oleh warga lokal, pohon ini dikenal dengan pohon seho atau pohon saguer.

Upacara Adat Kabasaran di Watu Pinawetengan
Upacara adat ini biasa diselenggarakan di kawasan megalit Watu Pinawetengan dan Watu Tumotowo di Desa Pinabetengan, Kecamatan Tompaso, Kabupaten Minahasa. Desa Pinabetengan merupakan suatu desa megalit yang berada sekitar 50 kilometer arah selatan dari Kota Manado. Tujuan dari pelaksanaan ritual tahunan ini adalah untuk melakukan “pembersihan” dari semua yang jelek di tempat pelaksanaan ritual tahunan ini.
Dalam upacara ini tampak iring-iringan pasukan berkuda lengkap dengan segala peralatan perang, seperti: tombak besi, pedang tebal panjang (kolaborasi samurai dan peda – pedangnya orang Minahasa), dan terompet (sebagai alat perintah/penanda).
Selain itu, iring-iringan pasukan tersebut juga membawa simbol-simbol ilmu gaib, antara lain tengkorak kain merah, mulut burung taon (burung alo), dan bendera yang menghiasi pakaian pimpinan para pasukan Kabasaran dari sembilan etnis Minahasa.

Terompet Bambu
Supaya terompet tahan lama dan berkualitas bagus, terlebih dahulu galah bambu direndam dalam air yang mengalir. Biasanya galah bambu itu direndam di sungai selama sekitar tiga bulan. Kemudian, bambu tersebut dikeringkan dengan cara ditempatkan pada papan di atas nyala api kecil selama sekitar empat bulan. Hanya dengan cara itu bambu siap untuk diolah menjadi terompet.
Kain tenun bentenan merupakan harta peninggalan yang bernilai tinggi. Pertama kali ditemui dan ditenun terkahir di daerah Ratahan pada tahun 1900. Kain itu disebut kain tenun bentenan karena dihubungkan dengan Desa Bentenan yang terletak di pesisir pantai timur Minahasa Selatan, termasuk Ratahan dan Ponosakan.
Sampai saat ini (menurut penelitian), hanya terdapat 28 lembar kain bentenan yang tersisa di dunia. Empat di antaranya terdapat di Museum Nasional Jakarta, empat helai di Tropen Museum Amsterdam, tujuh helai di Museum Wereld Rotterdam, dua helai di Museum Jerman, empat helai di Ethnographical Museum Dresden, dan satu helai di Indonesia Ethnografisch Museum Delf.
Pada mulanya pembuatan kain tenun bentenan sangat sakral. Sebelum benang-benang ditenun, biasanya di penenun menyanyikan lagu Ruata. Ruata artinya Tuhan (meminta kepada Tuhan yang Maha Esa supaya kain tenun itu dapat ditenun dengan sebaik-baiknya), karena kain tenun bentenan pada saat itu khusus ditenun untuk kepala-kepala upacara keagamaan yang disebut Walian dan Tonaas.
Serat kain tenunnya sangat halus dan terbuat dari benang kapas dengan warna-warna yang cerah dan sangat bervariasi. Panjang kain tenun bentenan sekitar 1,67 meter dan lebar 82 centi meter.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Eksplorasi Warisan Seni Budaya di Sulawesi Utara, Kearifan Lokal yang Terus Dilestarikan
Provinsi Sulawesi Utara memiliki kondisi alam dan budaya unik yang tidak dimiliki oleh provinsi lain. Namun demikian, ada beberapa kreasi budaya yang hampir sama atau memiliki kesamaan dengan budaya provinsi lain. Hal ini karena adanya latar belakang yang hampir sama dengan provinsi tersebut.
Hasil kreasi budaya masyarakat Provinsi Sulawesi Utara diwujudkan dalam bentuk yang beraneka ragam, seperti arsitek bangunan, seni pertunjukan, dan upacara adat. Hasil budaya tersebut ada yang asli tanpa pengaruh budaya luar dan ada pula hasil kreasi perpaduan budaya asing dan budaya tradisional. Semua produk budaya tersebut menjadi salah satu wisata budaya yang diminati banyak wisatawan.
Kawan GNFI, berikut warisan seni budaya dari Provinsi Sulawesi Utara!

Tags: kerajinan lawe