Kerajinan Tangan Etnis Kalimantan Selatan - Seni Merenda dan DIY yang Memukau
Kain Sasirangan
Sasirangan adalah salah satu kerajinan tangan yang paling terkenal dari adat Suku Banjar. Kain sasirangan dahulunya dipakai oleh Kesultanan Banjar untuk menghadiri upacara adat maupun upacara lainnya. Seiring dengan berkembangnya zaman, kain sasirangan banyak dijumpai dimanapun bahkan dipakai oleh siapapun.
Pada zaman sekarang kain sasirangan juga sering diolah menjadi tas, fashion, acara resmi, dan souvenir. Namun kain sasirangan memiliki nilai jual yang fantastis, bahkan orang yang memakai kain sasirangan terlihat lebih elegant dan berwibawa.
Motif sasirangan yang paling terkenal ialah kambang raja, bayam raja, daun jajuru, san kambang tanjung. Kerajinan tangan mengolah sasirangan juga dapat anda temui di daerah Pangeran Samudera dan Martapura.
Purun. Kearifan Lokal Suku Banjar yang Terus Lestari
Udara panas luar biasa menerjang wajah dan seluruh tubuh, saat saya melangkah masuk ke dalam mobil. Perut kenyang mengiringi karena kebetulan, di saat yang sama, saya, Yossie dan Yanna baru saja makan heboh di Rumah Makan Pondok Garuda yang berada di tengah kota Banjarbaru. Obrolan kami di dalam mobil pun tersendat-sendat karena rasa kantuk yang mendadak menyerang. Bagai sebuah panggilan alam. Makan, kenyang, ngantuk dan tidur.
Tapi niatan untuk tidur sejenak batal dengan sendirinya saat saya mendengarkan penjelasan Yossie tentang tempat yang sedang kami tuju. Ibu dua orang putri tersebut lancar, lincah dan semangat mengurai rinci tentang Kampung Purun Alam yang berada di Desa Guntung Manggis, Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Sebuah desa/kampung yang sepanjang jalan isinya adalah para produsen, perajin dan UKM yang berkonsentrasi pada kerajinan anyaman purun.
Ocehan Yossie saya dengarkan dengan penuh perhatian meskipun mata mulai mengerjap-ngerjap tak jelas.
Bagi saya, yang juga adalah seorang pejuang produk kreatif, mendengarkan kisah sukses sebuah UKM adalah satu hal yang patut disimak. Ada banyak pelajaran hidup dan geliat usaha yang pantas untuk dilamati, dihormati dan dihargai. Apalagi, lewat uraian Yossie, saya mendapatkan informasi bahwa kerajinan menganyam ini dikuasai oleh semua warga kampung. Sebuah ketrampilan yang mengikat semua ibu-ibu untuk saling bergotong royong dan membantu usaha suami demi mengepulnya asap dapur.
Yossie juga menjelaskan bahwa menganyam sesungguhnya adalah bukti nyata dari filosofi Bauntung. Sebuah filosofi urang Banjar (suku Banjar) yang bermakna bahwa orang Banjar harus memiliki ketrampilan hidup. Sedari kecil mereka diajarkan ketrampilan tertentu agar dapat hidup mandiri, seperti halnya mengayam purun yang diwariskan secara turun temurun.
Lakuer (Leker)
Kerajinan tangan Lakuer, atau dikenal juga sebagai Leker, merupakan salah satu warisan budaya dari Sumatera Selatan yang memiliki keunikan dan keindahan tersendiri.
Leker merupakan topi tradisional yang terbuat dari anyaman daun pandan atau ilalang, dengan bentuk yang melengkung dan berukuran kecil.
Proses pembuatan Leker dimulai dengan memilih daun pandan yang berkualitas tinggi, kemudian daun tersebut dipotong dan direndam dalam air untuk membuatnya lebih fleksibel.
Leker memiliki fungsi praktis sebagai pelindung dari sinar matahari dan angin, serta memberikan kesejukan pada kepala penggunanya.
Selain itu, Leker juga memiliki makna budaya yang dalam. Topi ini sering digunakan dalam acara-acara adat dan upacara tradisional, sebagai simbol status sosial atau tanda penghormatan terhadap leluhur.
Kerajinan tangan Lakuer dari Sumatera Selatan merupakan bukti keahlian tangan para pengrajin dalam menghasilkan karya seni yang unik dan bernilai tinggi.
Leker tidak hanya menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Sumatera Selatan, tetapi juga menjadi daya tarik bagi wisatawan yang tertarik untuk mengenal lebih dalam tentang budaya dan seni kerajinan tradisional Sumatera Selatan.
Tags: kerajinan tangan kalimantan