Manfaat yang Didapat oleh Penjahit dalam Dunia Kerajinan Tangan dan DIY
Industri Apa yang Menerapkan Sistem Upah Borongan?
Secara umum, sistem upah borongan digunakan untuk berbagai industri yang pekerjaannya dapat diukur dalam satuan pekerjaan atau produksi tertentu. Berikut beberapa contohnya:
1. Industri Konstruksi
Pekerjaan seperti pemasangan pipa, pengecatan, pemasangan lain, dan sebagainya sering kali menggunakan sistem upah borongan.
Pekerja atau kontraktor akan dibayar berdasarkan berapa banyak pekerjaan yang berhasil diselsaikan, misalnya dengan menghitung berapa banyak meter persegi lantai yang dipasang.
2. Industri Pakaian
Pekerjaan yang berkaitan denngan pakaian biasanya juga menerapkan sistem upah borongan. Para pekerja dibayar berdasarkan jumlah pakaian yang berhasil mereka jahit.
3. Manufatktur Elektronik
Dalam produksi elektronik seperti perakitan komponen atau perangkat elektronik, pekerjaan bisa diukur berdasarkan berapa banya produk yang berhasil dirakit atau diuji.
4. Industri Pertanian
Pekerjaan dalam industri pertanian melibatkan panen buah-buahan, pemetikan tanaman, dan pemangkasan tanaman, sehingga lebih cocok dengan sistem upah borongan. Pekerja dibayar bedasarkan seberapa banyak hasil pertanian yang berhasil mereka garap.
5. Pabrik Makanan dan Minuman
Industri pabrik makanan juga dapat menggunakan sistem upah borongan, misalnya berdasarkan jumlah unit yang berhasil dikemas.
6. Industri Logistik dan Pengiriman
Pekerjaan seperti pemindahan barang, pengemasan, dan pengirimanan bisa menggunakan sistem upah borongan berdasarkan jumlah pekerjaan yang berhasil diselesaikan.
7. Industri Kontraktor dan Renovasi

Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas, bisa dipahami bahwa upah borongan merupakan sistem pengupahan yang dapat diterapkan di berbagai industri yang pekerjaannya diukur berdasarkan satuan hasil, seperti industri kontraktor, pakaian, elektronik, dan sebagainya.
Apabila saat ini perusahaan Anda menerapkan sistem upah borongan, untuk mempermudah perhitungannya, Anda dapat menggunakan Gajihub, sebuah software payroll dan HR yang dengan beragam fitur canggihnya.
Salah satunya, Anda dapat memanfaatkan fitur payroll, yang memungkinkan Anda untuk mengatur nilai gaji, tunjangan, dan THR dengan mudah.
Selain itu, Gajihub juga dapat melakukan proses penggajian terkait seluruh komponen penghasilan hingga pemotongan upah karyawan secara otomatis.
Yuk, coba gratis selama 14 hari dengan klik tautan ini.
Catatan Kaki:

Penerapan Break Even Point dalam Break Even Analysis
Poin penting tentang break even point, bagaimana menerapkan break even point untuk menghasilkan keuntungan yang kamu inginkan dengan menggunakan break even analysis. Dengan contoh di atas, maka cara menghitungnya akan seperti ini
N unit yang dibutuhkan = (20.000.000 : margin kontibusi) + BEP unit
N unit = (20.000.000 : 20.000) + 2.500
N unit = 1.000 +2.500
Dengan menggunakan korelasi dari metode break even point dan break even analysis, manajer produksi XYZ dapat mengetahui berapa banyak unit yang harus terjual agar perusahaan XYZ mendapat keuntungan yang di inginkan. Dalam contoh kasus ini Perusahaan XYZ harus menjual sebanyak 3.500 unit agar memperoleh keuntungan sebesar Rp.20.000.000.
Rumus titik impas
Anda perlu mengetahui biaya tetap dan variabel bisnis Anda jika Anda ingin menggunakan rumus titik impas.
TR = TC
P x X = TFC + V x V
P x X – V x X = TFC
(P – V) x X = TFC
X = TFC / P – V
- TR: Pendapatan total/Total Revenue
- TC: Biaya total/Total Cost
- TFC: Biaya tetap total/Total Fixed Cost
- P: Harga
- V: Biaya variabel per unit
- dasar nilai
BEP = FC / (1 – VC / P)
- FC: Biaya tetap
- P: Harga jual per unit
- VC: Biaya variabel per unit

Contoh Soal dan Jawaban Break Event Point
1. Seorang akuntan manajer perusahaan PT ABC, yang bertanggung jawab dalam operasional produksi dan persediaan supply ingin mengetahui jumlah sales yang diperlukan untuk menutup biaya operasional sebesar Rp.50.000.000 dan menginginkan keuntungan sebesar Rp.20.000.000, Penyabaran biaya yang dikeluarakan untuk operasinya adalah sebagai berikut:
Total biaya tetap = 50.000.000
Biaya variabel per unit = 30.000
Harga jual per unit = 50.000
Keuntungan yang di inginkan = 20.000.000
Pertanyaan: perusahaan harus menjual berapa unit agar tidak mengalami kerugian?
Pertama kita harus mencari nilai BEP-nya terlebih dahulu, saat Anda mencari nilai BEP kamu akan mengetahui juga nilai margin kontribusinya
BEP = 50.000.000 : (margin kontribusi)
BEP = 50.000.000 : (50.000 – 30.000)
BEP = 50.000.000 : 20.000
BEP = 2500 Unit
Artinya perusahaan harus menjual 2500 Unit agar tidak mengalami kerugian, tetapi jika hanya menjual 250 unit perusahaan ABC juga tidak akan memperoleh keuntungan.
2. Sebuah perusahaan yang memproduksi Smartphone ingin mengetahui jumlah unit yang harus diproduksinya agar dapat mencapai break even point (BEP) atau titik impasnya. Biaya Tetap Produksinya adalah sebesar Rp. 500 juta sedangkan biaya variabelnya adalah sebesar Rp. 1 juta. Harga jual per unitnya adalah sebesar Rp. 1,5 juta. Berapakah unit yang harus diproduksi agar dapat mencapai Break Even Point atau titik impasnya?
Diketahui :
Biaya Tetap Produksi : Rp. 500.000.000,-
Biaya Variabel per Unit : Rp. 1.000.000,-
Harga Jual per Unit : Rp. 1.500.000,-
Penyelesaian 1 : menghitung BEP dalam Unit :
BEP (dalam Unit) = Biaya Tetap Produksi / (Harga Jual per Unit – Biaya Variabel per Unit)
BEP (dalam Unit) = 500.000.000 / (1.500.000 – 1.000.000)
BEP (dalam Unit) = 500.000.000 / 500.000
BEP (dalam Unit) = 1.000 unit

Tags: jahit yang diperoleh