Manfaat yang Didapat oleh Penjahit dalam Dunia Kerajinan Tangan dan DIY
Seorang penjahit akan membuat dua jenis pakaian. Pakaian jenis Imemerlukan 1 m kain polos dan 1 , 5 m kain bermotif, sedangkan pakaian jenis II memerlukan 2 m kain polos dan 0 , 5 m kain bermotif. Bahan yang tersedia adalah 30 m kain polos dan 15 m kain bermotif. Penjahit tersebut mendapatkan keuntungan dari sebuah pakaian jenis I sebesar Rp 15.000 , 00 dan dari sebuah pakaian jenis II sebesar Rp 20.000 , 00 . Keuntungan maksimum yang dapat diperoleh penjahit tersebut adalah .
Seorang penjahit akan membuat dua jenis pakaian. Pakaian jenis I memerlukan 1 m kain polos dan 1 , 5 m kain bermotif, sedangkan pakaian jenis II memerlukan 2 m kain polos dan 0 , 5 m kain bermotif. Bahan yang tersedia adalah 30 m kain polos dan 15 m kain bermotif. Penjahit tersebut mendapatkan keuntungan dari sebuah pakaian jenis I sebesar Rp 15.000 , 00 dan dari sebuah pakaian jenis II sebesar Rp 20.000 , 00 . Keuntungan maksimum yang dapat diperoleh penjahit tersebut adalah .
Penerapan Break Even Point dalam Break Even Analysis
Poin penting tentang break even point, bagaimana menerapkan break even point untuk menghasilkan keuntungan yang kamu inginkan dengan menggunakan break even analysis. Dengan contoh di atas, maka cara menghitungnya akan seperti ini
N unit yang dibutuhkan = (20.000.000 : margin kontibusi) + BEP unit
N unit = (20.000.000 : 20.000) + 2.500
N unit = 1.000 +2.500
Dengan menggunakan korelasi dari metode break even point dan break even analysis, manajer produksi XYZ dapat mengetahui berapa banyak unit yang harus terjual agar perusahaan XYZ mendapat keuntungan yang di inginkan. Dalam contoh kasus ini Perusahaan XYZ harus menjual sebanyak 3.500 unit agar memperoleh keuntungan sebesar Rp.20.000.000.
Rumus titik impas
Anda perlu mengetahui biaya tetap dan variabel bisnis Anda jika Anda ingin menggunakan rumus titik impas.
TR = TC
P x X = TFC + V x V
P x X – V x X = TFC
(P – V) x X = TFC
X = TFC / P – V
- TR: Pendapatan total/Total Revenue
- TC: Biaya total/Total Cost
- TFC: Biaya tetap total/Total Fixed Cost
- P: Harga
- V: Biaya variabel per unit
- dasar nilai
BEP = FC / (1 – VC / P)
- FC: Biaya tetap
- P: Harga jual per unit
- VC: Biaya variabel per unit
Apa yang Dimaksud dengan Upah Borongan?
Upah borongan atau piece rate adalah cara membayar karyawan berdasarkan berapa banyak hasil kerja atau proyek yang mereka kerjakan. Hal ini tentu berbeda dari sistem pembayaran pada umumnya, yang dihitung berdasarkan berapa lama mereka bekerja.
Pengertian mengenai upah borongan juga tercantum dalam rincian PER-16/PJ/2016, bahwa upah borongan merupakan upah yang diterima atau diperoleh pergawai yang terutang atau dibayarkan berdasarkan penyelesaian suatu jenis pekerjaan tertentu.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lukmanasari dkk (2016) upah pekerja merupakan komponen yang cukup besar, yaitu sekitar 30% di dalam nilai konstruksi. Oleh karena itu, perusahaan atau pemberi kerja wajib mengelola upah borongan dengan baik.
Biasanya, perusahaan akan membayar pekerja dengan tarif standar untuk setiap unit produk yang mereka kerjakan.
Contohnya, perusahaan tekstil yang mempekerjakan para penjahit dengan sistem upah borongan, yaitu Rp1.500 untuk setiap pakaian yang berhasil dijahit. Maka, apabila terdapat seorang penjahit yang berhasil menghasilkan 120 pakaian, ia akan memperoleh upah sebesa Rp180.000.
Apakah Sistem Upah Borongan Menguntungkan?
Ya, sistem upah borongan menguntungkan baik dari sisi produsen maupun pekerja. Berikut adalah beberapa keuntungan dari menggunakan sistem pembayaran upah borongan (per piece):
1. Peningkatan Produksi dan Efisiensi
Sistem pembayaran borongan dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas karyawan dengan memastikan mereka bekerja keras untuk mencapai tujuan mereka.
Sebab, karyawan tahu bahwa mereka bisa mendapatkan pembayaran lebih tinggi jika melaksanakan tugas dengan efisien dan cepat.
2. Pengawasan Minimal
Dalam sistem borongan, karyawan memerlukan sedikit atau bahkan tidak memerlukan pengawasan saat menjalankan tugas. Sebab, sistem ini mendorong karyawan untuk mandiri dan bekerja dengan cepat agar pendapatan mereka meningkat.
3. Perhitungan Gaji Lebih Mudah
Sistem ini membuat pembayaran lebih mudah, karena pengusaha sudah setuju terkait jumlah unit yang harus diselesaikan karyawan, dan karyawan sudah setuju mengenai tarif bayar per unit.
4. Terhindari dari Pemborosan Waktu
Berbeda dari sistem satuan waktu, karyawan dalam sistem borongan hanya menerima upah untuk tugas yang mereka selesaikan, sehingga jika mereka tidak bekerja maka mereka tidak akan mendapat upah.
Akibatnya, karyawan dalam sistem borongan dapat menghindari pemborosan waktu, yang dapat mempengaruhi pendapatan mereka.
5. Peningkatan Produksi
Sifat mandiri dari sistem borongan membuat karyawan selalu bekerja lebih keas untuk mencapai tujuan terkait pendapatan mereka. Dengan demikian, biaya produksi pun akan berkurang, sementara tingkat produksi meningkat.
6. Evaluasi Diri Karyawan
Secara umum, karyawan akan menentukan tujuan mereka dan berusaha mencapainya.
Ini memungkinkan mereka untuk mengevaluasi diri sendiri dan menentukan apakah akan mempertahankan atau mengubah target mereka, tergantung pada kemmapuan dan tanpa campur tangan dari pengusaha.
Tags: jahit yang diperoleh