Manfaat yang Didapat oleh Penjahit dalam Dunia Kerajinan Tangan dan DIY
Break Even Point (Titik Impas atau Balik Modal) | Rumus, Contoh Soal dan Jawaban
Pengertian BEP atau Break Even Point adalah total pendapatan yang didapatkan sama dengan biaya yang dikeluarkan. Total keuntungan dan kerugian pada titik BEP adalah 0, artinya di titik ini adalah titik impas, dimana perusahaan dalam posisi netral. Yang dimana perusahaan tidak mengalami kerugian maupun keuntungan.
Rumus Titik Impas (Break Even Point)
Untuk menghitung break-even point dalam satuan menggunakan rumus:
Break Even Point = Biaya Tetap ÷ (Harga Penjualan per Unit – Biaya Variabel per Unit)
Biaya Tetap – Biaya tetap adalah biaya yang biasanya tidak berubah, atau hanya berubah sedikit. Contoh biaya tetap untuk bisnis adalah biaya utilitas dan sewa bulanan.
Harga Jual per Unit– Ini adalah berapa banyak perusahaan akan membebankan konsumen hanya untuk satu produk yang perhitungannya sedang dilakukan.
Biaya Variabel per Unit– Biaya variabel adalah biaya yang terkait langsung dengan produksi suatu produk, seperti tenaga kerja yang disewa untuk membuat produk itu, atau bahan yang digunakan. Biaya variabel sering berfluktuasi, dan biasanya merupakan pengeluaran terbesar perusahaan.
Rumus BEP untuk menghitung berapa unit yang harus dijual agar terjadi BEP
Rumus BEP untuk menghitung berapa unit yang harus dijual agar terjadi Break Even Point ini dapat dihitung dengan cara membagi total biaya tetap produksi (Production Fixed Cost) dengan Harga Jual per Unit (Sales Price per Unit) dikurangi biaya Variabel yang digunakan untuk menghasilkan produk (Variable Cost). Berkut ini adalah persamaan atau Rumus BEP tersebut :
Seorang penjahit akan membuat dua jenis pakaian. Pakaian jenis Imemerlukan 1 m kain polos dan 1 , 5 m kain bermotif, sedangkan pakaian jenis II memerlukan 2 m kain polos dan 0 , 5 m kain bermotif. Bahan yang tersedia adalah 30 m kain polos dan 15 m kain bermotif. Penjahit tersebut mendapatkan keuntungan dari sebuah pakaian jenis I sebesar Rp 15.000 , 00 dan dari sebuah pakaian jenis II sebesar Rp 20.000 , 00 . Keuntungan maksimum yang dapat diperoleh penjahit tersebut adalah .
Seorang penjahit akan membuat dua jenis pakaian. Pakaian jenis I memerlukan 1 m kain polos dan 1 , 5 m kain bermotif, sedangkan pakaian jenis II memerlukan 2 m kain polos dan 0 , 5 m kain bermotif. Bahan yang tersedia adalah 30 m kain polos dan 15 m kain bermotif. Penjahit tersebut mendapatkan keuntungan dari sebuah pakaian jenis I sebesar Rp 15.000 , 00 dan dari sebuah pakaian jenis II sebesar Rp 20.000 , 00 . Keuntungan maksimum yang dapat diperoleh penjahit tersebut adalah .
Penerapan Break Even Point dalam Break Even Analysis
Poin penting tentang break even point, bagaimana menerapkan break even point untuk menghasilkan keuntungan yang kamu inginkan dengan menggunakan break even analysis. Dengan contoh di atas, maka cara menghitungnya akan seperti ini
N unit yang dibutuhkan = (20.000.000 : margin kontibusi) + BEP unit
N unit = (20.000.000 : 20.000) + 2.500
N unit = 1.000 +2.500
Dengan menggunakan korelasi dari metode break even point dan break even analysis, manajer produksi XYZ dapat mengetahui berapa banyak unit yang harus terjual agar perusahaan XYZ mendapat keuntungan yang di inginkan. Dalam contoh kasus ini Perusahaan XYZ harus menjual sebanyak 3.500 unit agar memperoleh keuntungan sebesar Rp.20.000.000.
Rumus titik impas
Anda perlu mengetahui biaya tetap dan variabel bisnis Anda jika Anda ingin menggunakan rumus titik impas.
TR = TC
P x X = TFC + V x V
P x X – V x X = TFC
(P – V) x X = TFC
X = TFC / P – V
- TR: Pendapatan total/Total Revenue
- TC: Biaya total/Total Cost
- TFC: Biaya tetap total/Total Fixed Cost
- P: Harga
- V: Biaya variabel per unit
- dasar nilai
BEP = FC / (1 – VC / P)
- FC: Biaya tetap
- P: Harga jual per unit
- VC: Biaya variabel per unit
Apkah Sistem Upah Borongan Merugikan?
Selain keuntungan, sistem upah borongan juga memiliki beberapa kerugian, seperti:
1. Penurunan Kualitas
Saat karyawan berhasil menyelesaikan banyak pekerjaan dengan cepat, mereka mungkin tidak bisa menjaga kualitas produk dengan baik.
Hal ini bisa membuat produk yang dihasilkan menjadi kurang maksimal, merugikan bisnis, atau harus mengulang pekerjaan, yang akhirnya mengurangi pendapatan karyawan.
2. Kesepakatan Upah
Menentukan jumlah yang cocok untuk pengusaha dan karyawan dapat memakan waktu yang lama dan sulit, karena melibatkan banyak disuksi.
3. Tekanan pada Karyawan
Ketika karyawan dibayar sesuai hasil yang dikerjakan, mereka cenderung terus mendorong diri untuk mencapai target mereka. Beberapa karyawan mungkin bekerja terlalu keras, hingga berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental.
4. Tidak Puas
Beberapa karyawan dapat merasa tidak puas dengan pendapatan yang mereka terima, terutama jika mereka tidak bisa menghasilkan uang yang cukup karena keterlambatan atau alasan lainnya.
Di sisi lain, karyawan yang bekerja cepat dan menghasilkan pekerjaan dengan kualitas tinggi mungkin ingin mendapatkan lebih banyak upah atas hasil kerja mereka yang bagus.
5. Ketakutan Kehilangan Pendapatan
Karyawan yang dibayar berdasarkan berapa banyak pekerjaannya, sering kali merasa cemas tentang kehilangan pendapatan saat mereka sedang tidak bisa bekerja. Misalnya, karena sakita tau alasan lain.
Tags: jahit yang diperoleh