... Kota Yogyakarta: Pusat Pengrajin Logam Terbaik untuk Kerajinan DIY Anda

Kota Yogyakarta - Surga Pengrajin Logam bagi Penggemar Kerajinan Tangan dan DIY

Ekonomi

Produk domestik regional bruto (PDRB) Kota Yogyakarta pada tahun 2020 mencapai Rp35,76 triliun. Dari angka PDRB tersebut, struktur perekonomian kota ini didominasi oleh lima lapangan usaha, yaitu industri pengolahan (13,07 persen), informasi dan komunikasi (12,52 persen), penyediaan akomodasi dan makan minum (10,92 persen), administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib (10,38 persen), dan jasa pendidikan (10,04 persen).

Di sektor industri pengolahan, jumlah industri kecil dan menengah (IKM) di Kota Yogyakarta tercatat sebanyak 2.704 unit pada tahun 2018. Menurut jenis usahanya, 59 persen (1.592 unit) IKM merupakan industri pangan, 21 persen (580 unit) industri sandang dan kulit, 9 persen (236 unit) adalah industri kimia dan bahan bangunan, 7 persen (188 unit) industri kerajinan, dan 4 persen (108 unit) industri logam dan elektronik.

Sebagai kota pelajar, kontribusi dari sektor jasa pendidikan termasuk lima besar dari total nilai PDRB Kota Yogyakarta. Kontribusinya mencapai Rp3,59 triliun pada tahun 2020.

Di sisi keuangan daerah, pada tahun 2020, dari total pendapatan sebesar Rp1,69 triliun, kontribusi dari pendapatan asli daerah (PAD) senilai Rp563,17 miliar. Adapun dana perimbangan dari pemerintah pusat sebesar Rp818,76 miliar dan pendapatan lain-lain sebesar Rp317,81 miliar.

Di sektor pariwisata, Kota Yogyakarta termasuk Daerah Tujuan Wisata (DTW) utama di Indonesia. Kota ini hanya kalah bersaing dengan Pulau Bali. Terdapat beragam destinasi wisata di kota ini yang menarik banyak wisatawan.

Keberadaan Keraton Yogyakarta yang masih kental dengan budaya Jawa, merupakan salah satu keunikan yang mampu menarik minat wisatawan untuk berkunjung di Kota Yogyakarta. Pasar tradisional seperti Pasar Beringharjo dan jalan Malioboro juga menjadi sasaran utama bagi wisatawan yang ingin membeli berbagai kerajinan.

Di samping itu, terdapat pula tempat yang menyajikan makanan khas Kota Yogyakarta seperti gudeg, bakpia pathuk, dan yangko. Bagi wisatawan yang ingin mengetahui sejarah di kota Yogyakarta terdapat beberapa museum di antaranya Museum Sono Budoyo, Benteng Vredeburg, dan Museum Sasmita Loka.

Sejarah pembentukan

Asal usul nama Yogyakarta hingga kini masih diselimuti misteri karena belum ditemukan bukti sejarah yang secara eksplisit menjelaskan asal-usul dan arti nama Yogyakarta dalam bentuk peninggalan tertulis yang sezaman dengan pendirian Kota Yogyakarta pada pertengahan abad ke-18. Hal itu dikemukakan oleh sejarawan Darmosugito, dalam buku Sedjarah Kota Jogjakarta yang diterbitkan tahun 1956.

Namun demikian, terdapat beberapa hipotesis dari para ahli sastra Jawa tentang asal-usul nama Yogyakarta. Sejarawan Peter Carey dari Inggris dalam bukunya Asal-Usul Nama Yogyakarta dan Malioboro (2015) menjelaskan bahwa nama Ngayogyakarta kemungkinan berasal dari kata “Ayodhyâ” dalam bahasa Sansekerta. Ayodhyâ menurutnya merupakan ibu kota Kerajaan Kosala yang diperintah oleh Rama dalam epos Ramayana.

Gagasan Carey tersebut diperkuat dalam buku Thomas Stamford Raffles, History of Java, yang terbit tahun 1871. Dalam bukunya, Raffles menegaskan bahwa kota ini diberi nama oleh pendirinya menurut nama Ayudhya, ibu kota Rama yang terkenal, yang kemungkinan hanya didengar Raffles dari tradisi tutur orang Jawa yang ditemuinya.

Jacobus Noorduyn, ahli linguistik asal Belanda, mengatakan hal berbeda. Menurut Noorduyn, berdasarkan dokumen-dokumen yang dikumpulkan, nama Ayogya/Yogya sudah ada sebelum kota ini dibangun tahun 1755--1756 oleh Mangkubumi. Penulisan nama Jogja, Djokjo, Djokja, Jogjo, Djokdjo sudah termuat dalam tulisan-tulisan yang dibuat oleh Belanda sejak tahun 1743.

Bahkan menurutnya, jauh sebelum peristiwa "Palihan Nagari" atau Perjanjian Giyanti yang memisahkan Surakarta dan Yogyakarta tahun 1755. Ejaan yang belum dibakukan dalam catatan-catatan Belanda itulah yang memunculkan variasi penulisan Yogya atau Jogja, karena huruf “J” dalam bahasa Belanda dibaca “Y”.

Inilah Deretan Daerah Penghasil Kerajinan Kuningan Populer Di Indonesia

Ada beberapa daerah penghasil kerajinan kuningan yang tersebar di Indonesia. Khususnya pecinta seni ini sudah tidak asing dengan beberapa daerah tersebut. Namun, bagi Anda yang awam akan hal tersebut setidaknya harus tahu daerah mana saja di Indonesia yang terkenal sebagai penghasil kerajinan kuningan.

Sebelum itu, alangkah baiknya jika Anda berkenalan lebih jauh tentang apa itu kuningan. Begitu juga tentang keunggulan dari kuningan dan barang apa saja yang bisa dihasilkan dari jenis logam ini.

Kuningan merupakan jenis logam paduan yang terdiri dari tembaga dan seng, seringkali ditambahkan dengan timah dan nikel untuk meningkatkan sifat-sifat tertentu. Logam kuningan memiliki warna kuning kecoklatan dan digunakan secara luas dalam pembuatan berbagai produk, termasuk kerajinan, barang seni, peralatan musik, dan hiasan rumah.

Keunggulan kuningan antara lain keuletan, ketahanan terhadap korosi, dan kemampuan untuk diolah dengan mudah, membuatnya populer dalam dunia manufaktur dan kerajinan.


Tags: jenis logam yogya

`Lihat Lagi
@ 2024 - Tenun Indonesia