Menjelajahi Pabrik Benang Trosobo - Hati Pencinta Kerajinan dan DIY
Teknologi Terbaru dalam Industri Garmen
Industri garmen terus mengalami perubahan dan transformasi yang signifikan seiring dengan perkembangan teknologi.
1. Pemrosesan Digital dan Cetak 3D
Hal ini memungkinkan desainer dan produsen untuk menguji dan mengembangkan desain baru dengan lebih mudah, mengurangi biaya dan waktu yang diperlukan untuk menghasilkan prototipe fisik.
Pemrosesan digital juga memainkan peran penting dalam pemetaan pola dan pemotongan kain yang lebih efisien, mengurangi pemborosan dan biaya produksi.
2. Teknologi Pakaian Cerdas
Pakaian cerdas dilengkapi dengan sensor, pengukur, dan teknologi terkait lainnya yang memungkinkan pengguna untuk memantau kesehatan mereka, aktivitas fisik, dan bahkan lingkungan sekitar.
Selain itu, teknologi ini juga memungkinkan pakaian untuk beradaptasi dengan suhu dan kondisi lingkungan tertentu, memberikan kenyamanan dan kinerja yang lebih baik.
3. Internet of Things (IoT) dalam Garmen
Sensor IoT dapat digunakan untuk memantau mesin produksi, mengoptimalkan kinerja produksi, dan mengurangi risiko kerusakan mesin.
Selain itu, IoT juga digunakan untuk mengelola rantai pasok dan inventaris dengan lebih efisien, memungkinkan produsen untuk memantau stok bahan baku dan produk jadi dengan lebih akurat.
4. Teknologi Manufaktur Berkelanjutan
Industri garmen semakin berfokus pada praktik produksi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Teknologi manufaktur berkelanjutan meliputi penggunaan bahan ramah lingkungan, proses pewarnaan yang ramah lingkungan, dan pengelolaan limbah yang lebih efisien.
Teknologi ini juga termasuk pengembangan bahan-bahan baru seperti serat organik atau serat daur ulang, serta penggunaan proses produksi yang lebih efisien dalam penggunaan energi dan air.
5. Kecerdasan Buatan (AI) dalam Desain dan Produksi
Dengan bantuan AI, desainer dapat menganalisis tren pasar dan preferensi konsumen dengan lebih akurat, membantu mereka merancang produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan.

Benang Katun Susu (Milk Cotton)
Contoh katun susu dari supplier benang rajut
Material | 20% milk fiber, 80% katun |
Jenis | DK, Light Worsted |
Panjang/Berat | +-72 meter / 46 gram |
Ukuran | Fingering/socks |
Jarum Rajut | US 7-8 /4,5-5 mm (knitting), no 4-4.5mm (crochet) |
Deskripsi Benang:
Seperti namanya, benang katun susu berasal dari kandungan kasein dalam limbah susu yang diproses lebih lanjut di pabrik benang rajut.
Umumnya benang katun susu di pasaran berasal dari campuran katun susu dan katun biasa. Benang rajut ini lebih sulit dicari daripada jenis benang lain karena produksinya memang tidak banyak. Apalagi jika benang katun susu tersebut murni 100% milk cotton, biasanya akan sangat mahal harganya.
Secara karakteristik, benang katun susu sangat lembut, lebih hangat dari benang katun biasa, tapi tidak panas. Ia juga ringan, tapi tahan lama seperti benang akrilik.
Benang milk cotton cocok untuk:
- Karya ukuran besar misalnya selimut dan sweater. Benang ini bobotnya jauh lebih ringan dari katun, sehingga karya jadi yang berukuran besar akan lebih enteng dibanding memakai benang jenis lain.
- Produk yang dipakai/wearable (syal, sweater, topi, kaos kaki, sarung tangan dan lain-lain). Karya yang akan menyentuh kulit akan nyaman dipakai karena tekstur benang katun susu yang lembut.
- Produk bayi misalnya baju bayi, booties, bonnet dan lain-lain. Benang milk cotton adalah salah satu benang rajut paling cocok untuk bayi karena lembut dan tidak panas saat dipakai.

Tenun Jepara, Warisan Budaya dari Desa Troso
TENUN.id – Jepara merupakan salah satu daerah penghasil tenun di Indonesia. Kerajinan daerah ini terkenal dengan nama kain Tenun Troso karena proses pembuatan yang terletak di desa Troso, Kecamatan Pecangaan.
Kita akan mengenal tenun berasal dari daerah pesisir utara Pulau Jawa yaitu Jepara. Seperti namanya, kain tenun Jepara memang awalnya hanya melibatkan masyarakat desa yang terletak 15 KM dari kota Jepara ini. Namun kini, kain Jepara tidak hanya melibatkan pengrajin desa Troso saja, namun juga mulai merambah desa sekitar. Cara pembuatan kain tenun yang mereka gunakan sebagian besar masih tradisional.
Sebagai salah satu warisan budaya, tenun Troso Jepara tetap terjaga eksistensinya. Terlihat dengan adanya produksi tenun yang terus berlangsung hingga saat ini di daerah Troso. Sejak pertama kali pembuatan pada tahun 1935, kerajina tenun Troso terus bertahan dari generasi ke generasi.
Seiring berkembangnya zaman dan teknologi, pembuatan tenun Troso Jepara mengalami beberapa perkembangan terutama pada motif yang menjadi ragam hias. Meskipun demikian, tenun Troso masih mempertahankan keaslian proses tradisionalnya. Hal yang membuat kain tenun ini tetap eksis bersama kain-kain tenun dari daerah lainnya seperti tenun rangrang Nusa Penida dan Tapis Lampung.

Dompet Dhuafa dan UPZ DK Permata Bank Syariah Gelar Kick off Kampung Herbal
“Untuk itu PT Triton Manufactures menjalin kerjasama dengan beberapa lembaga penelitian, asosiasi dan universitas untuk melakukan beberapa penelitian yang sudah diterbitkan di jurnal international,” papar Mario Apriliansyah.
Kemudian Mario Apriliansyah mengatakan, Triton Award sebagai bentuk tanggung jawab sosial kemasyarakatan (Corporate Social Responsibility/CSR) dilakukan secara berkelanjutan, bertujuan untuk memacu para tenaga kesehatan dalam meningkatkan mutu pelayanan serta melakukan inovasi di bidang kesehatan, manajemen, produk jasa maupun peralatan/sarana/prasarana guna menghadapi era globalisasi, serta bertujuan untuk memberikan nuansa baru bagi pelayanan prima di kamar bedah di Indonesia.
“Selanjutnya meningkatkan daya saing dan kinerja tenaga kesehatan di Indonesia, dan melakukan sharing ide dan pembelajaran diantara para tenaga kesehatan kamar bedah di Indonesia,” tandasnya.

Proses Pembuatan Tenun Ikat
Meski alat yang pengrajin gunakan masih sederhana, proses pembuatan tenun Troso terbilang cukup rumit. Benang-benang sebagai bahan utama pembuat kain sebelumnya harus melalui proses pewarnaan terlebih dahulu kemudian berlanjut proses jemur untuk mengeringkan pewarnaan pada benang. Proses ini bernama menter atau pewarnaan.
Jika warna benang sudah kering, benang kemudian digulung dan dipasang pada ATBM. Jika benang sudah terpasang dan tertata, maka proses menenun bisa mulai berjalan. Kerumitan proses tersebut berlanjut dengan proses pewarnaan yang berjalan secara manual. Namun, justru hal ini membuat motif pada kain tenunan memiliki keunikan tersendiri.
Alat yang masih tradisional serta cara pembuatan tenun Troso yang sangat rumit menghasilkan kain yang tahan lama dengan motif yang indah dan detail. Penggunaan kain tenun ini pun cukup luas karena bisa dipakai oleh semua wanita dari berbagai kalangan tanpa adanya batas atau aturan adat.
Penulis: Tutla Ayuhanna, alumni Universitas Negeri Semarang. Tinggal di Jepara

Tags: benang trosobo