Pengrajin Barongan Kediri - Seni Tradisional yang Menginspirasi
Sejarah Singkat Seni Barong
Sejarah singkat dari kesenian barongan ini adalah bersumber dari hikayat Panji Asmarabangun, suatu cerita yang diawali dari iring-iringan prajurit berkuda mengawal Raden Panji/Pujonggo Anom dan Singo Barong. Singkst cerita, Prabu Klana Sawandana dari dari Kabupaten Bantarangin jatuh cinta pada Dewi Sekartaji putri dari Raja Kediri.
Baca Juga Dies Natalis 77 HMI: Sebuah Refleksi Perjuangan yang SebenarnyaPada saat yang bersamaan, Raden Panji mengutus dua punokawan dari Kerajaan Jenggala yaitu Lurah Noyontoko dan Untub untuk melamar Dewi Sekartaji. Sesampainya di hutan Wengker mereka juga dihadang oleh Singo Barong. Noyontoko dan Untub kewalahan menghadapi Singo Barong, mereka kemudian meminta bantuan Joko Lodro yang merupakan saudara seperguruan dari Kedung Srengenge.
Singo Barong dapat ditaklukkan dan dibunuh. Namun karena memiliki kesaktian, Singo Barong dapat hidup kembali asal disumbari. Peristiwa tersebut dilaporkan kepada Raden Panji dan dengan perasaan yang murka Raden Panji berangkat untuk menemui Singo Barong.
Sesampainya di alun-alun Kediri pasukan Prabu Klana bertemu dengan pasukan Raden Panji. Pertempuran keduanya tidak bisa terhindari, terjadilah perang antara Raden Panji dan Prabu Klana yang dimenagkan oleh Raden Panji. Kemudian Singo Brong dikutuk oleh Raden Panji tidak akan bisa kembali menjadi wujud manusia kembali (Gembong Amijoyo). Para prajurit dan Bujangganong takluk ditangan Raden panji. Kemudian rombongan melanjutkan perjalanan untuk melamar Dewi Sekartaji. Iring-iringan inilah yang menjadi latarbelakang dari Seni Barongan.
Kisah [ sunting | sunting sumber ]
Adapun Dalam kisah yang digunakan oleh seniman jaranan Kediri yang dikaitkan dengan terjadinya Reog Ponorogo untuk dipergunakan menutupi sejarah bahwa banyaknya anak-anak kecil dari Kediri menjadi Gemblak seorang Warok di Ponorogo sebagai berikut :
Dikisahkan Raja Airlangga memiliki seorang putri yang bernama Dewi Sangga Langit yang memiliki nama lain Kilisuci. Dia adalah orang kediri yang sangat cantik. Pada waktu itu banyak sekali yang melamar, maka dia mengadakan sayembara. Pelamar-pelamar Dewi Songgo Langit semuanya sakti. Mereka sama-sama memiliki kekuatan dan ilmu yang tinggi. Dewi Songgo Langit sebenarnya tidak mau menikah dan dia Ingin menjadi petapa saja. Prabu Airlangga memaksa Dewi Songgo Langit untuk menikah. Akhirnya dia mau menikah dengan satu permintaan. Barang siapa yang bisa membuat kesenian yang belum ada di Pulau Jawa dia akan menjadi suaminya.
Ada beberapa orang yang ingin melamar Dewi Songgo Langit. Diantaranya adalah Klono Sewandono dari Wengker, Toh Bagus Utusan Singo Barong Dari Blitar, kalawraha seorang adipati dari pesisir kidul, dan 4 prajurit yang berasal dari Blitar. Para pelamar bersama-sama mengikuti sayembara yang diadakan oleh Dewi Songgo Langit. Mereka berangkat dari tempatnya masing-masing ke Kediri untuk melamar Dewi Songgo Langit.
Dari beberapa pelamar itu mereka bertemu dijalan dan bertarung terlebih dahulu sebelum mengikuti sayembara di kediri. Pertarungan tersebut dimenangkan oleh Klana Sewandono atau Pujangganom. Dalam pertempuran itu Pujangganom menang dan Singo Ludoyo kalah. Pada saat kekalahan Singo Ludoyo, rupanya singo Ludoyo memiliki janji dengan Pujangganom. Singa Ludoyo meminta jangan dibunuh. Pujangganom rupanya menyepakati kesepakatan itu. Akan tetapi Pujangganom memiliki syarat yaitu Singo Barong harus mengiring temantenya dengan Dewi Sangga Langit ke Wengker.
Stok Darah di PMI Ponorogo Menipis Selama Libur Sekolah, Golongan AB Tinggal 15 Kantong
Dikatakan, perhitungan pajak hiburan yang langsung dikelolanya ini berasal dari penjualan tiket Grebeg Suro, dimana total seluruh penjualan tiket 10 persennya masuk sebagai PAD Pemkab Ponorogo. Sedangkan untuk retribusi pedagang dikelola oleh Disperdakum.
"Itu belum termasuk dari retribusi parkir yang dikelola oleh Dinas Perhubungan (Dishub)," katanya.
Ia mengakui jika dana yang masuk tersebut jauh jika dibandingkan dengan tahun lalu.
Tahun lalu, event Grebeg Suro dikelola langsung oleh Pemkab saat itu mencatatkan pendapatan tiket sebesar Rp420 juta. Sedangkan tahun ini seluruh kegiatan digarap oleh event organizer (EO).
"Jadi secara otomatis seluruh modal dan pemasukan milik EO. Kita cuma dapat pajak penghasilan saja," tegasnya.
Meskipun hanya mendapat Rp35 juta, Sumarno memastikan jika dana tersebut berimbang jika dibandingkan tahun lalu. Sebab tahun lalu pengeluaran untuk Grebeg Suro sekitar Rp4,3 miliar dan mencatatkan pemasukan Rp450 juta.
"Jadi hanya beda banyaknya saja, tapi sebenarnya sama saja. Tahun ini modal kita cuma Rp450 juta dan pemasukan Rp35 juta jadi memang berimbang," kata Sumarno.
Mapolsek Pondok Aren digeruduk oleh rombongan Reog Ponorogo Bersama unsur Forkompimcam. Penggerudukan ini dilakukan untuk memberikan kejutan untuk Polri di hari jadi Bhayangkara ke-78.
Sejarah, Keunikan dan Eksistensi Kesenian Barongan Blora
Barongan menjadi kesenian yang populer di kalangan masyarakat Jawa. Kesenian barongan ini merupakan kesenian khas Jawa Tengah. Namun, dari beberapa kabupaten yang ada di Jawa Tengah, Blora merupakan daerah yang kuantitasnya lebih banyak dibanding dengan daerah-daerah lain seperti Rembang, Pati, Demak dll.
Seni Barong sedikit banyak mencerminkan sifat-sifat yang dimiliki oleh masyarakat Blora diantaranya yaitu : sifat kekeluargaan, kesederhanaan, kekompakan, dan keberanian yang dilandasi oleh kebenaran. Barongan merupakan refleksi dari kesenian dan budaya dari masyarakat Blora yang memiliki sifat kerakyatan dan juga syarat makna.
Kata “barongan” merujuk pada suatu perlengkapan (topeng beserta asesorisnya) yan dibuat menyerupai Singa Barong yang buas sebagai sang penguasa hutan. Kesenian yang merupakan tarian kelompok yang menirukan keperkasaan seekor singa raksasa. Singo Barong menjadi tokoh utama dan dominan dalam kesenian ini.
Tags: