... Panduan Langkah demi Langkah untuk Mengukir Kubah Masjid Tembaga: Teknik, Alat, dan Inspirasi DIY!

Rahasia Keindahan Seni Kerajinan Kubah Masjid Tembaga - Panduan DIY dan Keterampilan Sulaman

Ukuran dan Desain Kubah yang dapat Ditentukan Sesuai dengan Kebutuhan.

Muhammad Gallery mengerti bahwa setiap masjid memiliki karakteristik dan kebutuhan yang unik. Oleh karena itu, mereka menawarkan layanan kustomisasi yang memungkinkan pelanggan untuk mengadaptasi ukuran kubah masjid kuningan sesuai dengan keperluan spesifik masjid tersebut. Tidak ada lagi konsep “satu ukuran cocok untuk semua”, karena setiap masjid memiliki bentuk dan ukuran atap yang berbeda.

Pilihan kustomisasi ini juga berdampak langsung pada pengalaman beribadah. Dengan memiliki kubah yang sesuai dengan dimensi dan gaya masjid, kesan visual yang dihasilkan akan lebih menyatu dengan lingkungan sekitarnya. Terlebih lagi, layanan kustomisasi ini menciptakan rasa kepemilikan yang lebih dalam bagi masjid dan komunitasnya. Selanjutnya dalam akhirnya, kubah masjid kuningan bukan hanya merupakan bagian dari arsitektur, tetapi juga simbol kesatuan, identitas, dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi.

Sejarah Kerajinan Tembaga Cepogo Boyolali

Sejarah kerajinan tembaga cepogo ini tidak lepas dari sejarah Desa Cepogo sendiri. Terdapat sebuah dukuh yang disebut Tumang. Tumang berasal dari sebutan Hantu Tumamang yang menurut kepercayaan masyarakat setempat pada waktu itu merupakan roh halus yang tampak saat prosesi pembakaran mayat. Kepercayaan dan prosesi ini masih lekat dengan pengaruh Hindu sebagai kepercayaan sebagaian besar masyarakat pada waktu itu.

Dukuh Tumang berada di Desa Cepogo dan menjadi pusat pemerintahan desa pada waktu itu. Suatu ketika, sekitar tahun 1930 M, penguasa Keraton Surakarta Hadiningrat, Pakoe Boewono X mencari salah satu pusaka keratonnya yang hilang. Menurut penasehat Raja, pusaka keraton ini kemungkinan berada di Tumang.

Para penduduk Tumang pada waktu itu bekerja, salah satunya sebagai jasa perbaikan peralatan rumah tangga. Pada saat itu peralatan rumah tangga seperti alat-alat dapur terbuat semuanya dari tembaga. Dari sinilah kemudian penduduk setempat dikenal sebagai pengrajin tembaga.

Sebelum beranjak, Raja Pakoe Boewono tidak lupa memberikan nasehat kepada penduduk, “WIS TERUSNO, BESUK BAKAL DADI DALAN REJEKIMU”. Nasehat ini dipahami dan mendorong para penduduk untuk mengetahui cara memproduksi kerajinan tembaga bahkan hingga generasi anak cucunya sekarang. Di Desa Cepogo saat ini akan terlihat banyak tempat yang memamerkan produk kerajinan tembaga.

Versi lainnya, Keberadaan Desa Tumang sebagai sentra kerajinan tembaga, tidak lepas dari sosok Pangeran Rogosasi yang merupakan salah satu anak dari Raja Mataram Kuno. Menurut cerita daerah setempat, Pangeran Rogosasi diasingkan ke lereng Gunung Merapi karena memiliki cacat tubuh dengan kondisi wajah yang buruk. Pangeran Rogosasi dititipkan dan dirawat Kyai Wonosegoro hingga dewasa dan dapat hidup mandiri.


Tags: kubah

`Lihat Lagi
@ 2024 - Tenun Indonesia