... Pengrajin Sepatu Cibaduyut: Panduan DIY dan Keterampilan Sulaman

Pengrajin Sepatu Cibaduyut - Seni Merajut dan DIY yang Memikat

Strategi Pengrajin Sepatu Cibaduyut di Tengah Gempuran Impor

foto: Humas Kota Bandung

M asuknya produk-produk sepatu kulit impor memang membuat Cibaduyut sebagai sentra kerajinan sepatu kulit di Indonesia, cukup tertekan. Bahkan dalam waktu sepuluh tahun sejak 2010, pamor sepatu Cibaduyut terus menurun yang akhirnya diperburuk pandemi COVID -19. Syamsuludin selaku salah satu pengrajin sepatu di Cibaduyut pun kepada Republika menjelaskan jika masa kejayaan bisnisnya terasa di tahun 2000an.

Memulai bisnis pada tahun 2006, Syamsuludin tak menampik kalau kebijakan impor membuat pamor sepatu kulit Cibaduyut perlahan meredup lantaran gempuran sepatu-sepatu kulit luar negeri yang harganya cenderung lebih murah. Meski begitu, bukan pengrajin Cibaduyut namanya jika cepat menyerah. Mereka yang sudah menjalankan bisnis konvensional secara bertahun-tahun pun mempelajari digital marketing . Memilih jalur penjualan online , sepatu Cibaduyut pun dikenal oleh generasi-generasi yang lebih muda.

Strategi jualan online baik lewat e-commerce atau media sosial juga dialami oleh Dindin Kurniadi. Generasi kedua pengrajin sepatu kulit yang kini berusia 42 tahun itu mengaku kepada Kompas kalau dirinya sudah menjadi pengrajin selama sejak tahun 2007, sehingga membuat tekadnya untuk terus bertahan makin besar. Bahkan saat ada yang memberi ulasan negatif jika sepatu-sepatu kulit Cibaduyut cepat rusak, Dindin berusaha mempertahankan kualitas produknya.

“Penurunan penjualan itu mulai terasa tahun 2014 dan sampai pandemi. Dulu usaha saya bisa membuat ribuan pasang sepatu tiap Minggu dengan pekerja mencapai 35 orang. Tapi waktu pandemi terpaksa berhenti produksi, bahkan sampai mau bangkrut. Selama dua tahun pandemi itu sangat berat, tapi di 2023 kami mencoba bangkit lagi,” cerita Dindin.

Beruntung bagi Dindin dan para pengrajin sepatu kulit Cibaduyut lainnya, pemerintah Kota Bandung memberikan pendampingan penuh untuk upskilling mulai dari pemasaran produk secara online , dilibatkan dalam sejumlah pameran dan pelatihan kualitas produksi. Dirinya tak menampik kalau pilihannya untuk go online sejak tahun 2019 memberikan dampak efektif. Jika sebelumnya para pembeli datang ke toko, kini sepatu-sepatu Dindin dijual online .

Sebarkan ilmu pembuatan sepatu yang berorientasi ekspor

IDN Times/Istimewa

Koku Footwear sendiri belum terlalu lama muncul sebagai salah satu jenama sepatu kulit di Cibaduyut. UMKM ini baru berkecimpung sejak 13 tahun lalu dengan membuat produk di tempat perajin lainnya.

Melihat kondisi para perajin yang kekurangan pemasukan karena produknya kalah bersaing dengan sepatu pabrikan, Indra memutar otak mencari cara agar dia bisa merekrut para perajin dan menghasilkan produk bermutu dengan harga jual tinggi.

"Kebetulan di lingkungan sekitar saya di Cibaduyut ini akan banyak perajin sepatu kulit. Tapi kesejahteraan mereka kurang. Dari situ saya bertekad membuat sepatu sendiri yang tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan perajin, juga melestarikan yang namanya tradisi sepatu kulit handmade Cibaduyut," ujar Indra.

Dalam membuat sepatu dengan tangan tanpa bantuan mesin canggih memang tidak mudah dan membutuhkan waktu. Untuk sepatu kulit ada tiga cara yang digunakan, yaitu hand welting, blake stitch, san crispino, dan stitch down. Masing-masing mempunyai tingkat kesulitannya sendiri, tapi bisa memengaruhi kualitas dan harga jual.

Ilmu-ilmu seperti ini yang ingin disebarkan Indra dari satu perajin ke perajin lainnya di kawasan Cibaduyut. Harapannya, teknik pemasangan sepatu ini tidak semakin terdegradasi seiring waktu dan permintaan yang terus bertambah.

"Jadi perajin ini ada yang mengajarkan dari ahlinya. Nah karyawan saya diminta agar bisa mendidik perajin lainnya. Mudah-mudahan teknik membuat sepatu handmande ini terus berlanjut dan tidak mati," kata dia.

Sepatu yang dibuat tangan punya nilai jual tinggi

IDN Times/Istimewa

Koku Footwear adalah satu dari sekian para pelaku pembuat sepatu di Cibaduyut. Memprioritaskan memproduksi sepatu dengan cara klasik, nyatanya tak membuat alas kaki dari UMKM ini turun kelas.

Justru permintaan sepatu yang dibuat secara manual sekarang makin meningkat. Dalam satu bulan Koku Footwear mampu memproduksi sepatu hingga 300 pasang. Sekitar 10 persen dari total pembuatan berhasil tembus pasar ekspor khususnya di kawasan Asia Tenggara.

Meski tidak murah, pembeli sepatu kulit handmade masih ada dan banyak. Bahkan untuk pasar ekspor pembelinya tak mempersoalkan harga asalanya barangnya memang bagus dan kuat.

"Kalau pasar luar itu mereka lebih menghargai produk yang dibuat manual. Ada teman saya yang buat sepatu juga di Indonesia malah tidak terkenal, terkenalnya justru di luar negeri. Jadi peminat sepatu handmade ini masih banyak kok," paparnya.

Yang jadi persoalan sekarang yaitu banyak juga pelaku usaha di Cibaduyut yang punya barang bagus tapi tidak tahu cara menjualnya. Mereka tak paham mencari pasar di dalam negeri atau ekspor. Alhasil mayoritas pengrajin di Cibaduyut ini memasarkan produknya secara lokal. Padahal pangsa pasar di luar negeri untuk sepatu kulit yang dibuat secara manual masih tinggi.


Tags: sepatu cibaduyut

`Lihat Lagi
@ 2024 - Tenun Indonesia