... Panduan DIY: Mengunjungi Pusat Kerajinan Perak di Kota Gede untuk Inspirasi Sulaman

"Menelusuri Keindahan Pusat Kerajinan Perak Kota Gede"

Apa saja aktifitas selama di Kota Gede

Wisata Budaya dan Sejarah

Seperti penjelasan sebelumnya, ada banyak peninggalan-peninggalan bersejarah yang berada di kawasan Kota Gede ini. Sehingga bagi anda yang menyukai dan ingin mempelajari kebudayaan serta sejarah di Indonesia, maka tempat ini akan sangat cocok untuk anda kunjungi. Anda bisa berjalan kaki menyusuri setiap sudut kota sembari menikmati keindahan bangunan bersejarah disini menjadi aktivitas yang bisa anda coba. Anda akan terasa seakan kembali ke masa lampau, karena peninggalan bersejarah disini masih terjaga dengan baik. Jika lelah berjalan kaki tak ada salahnya menggunakan jasa andong untuk berkeliling. Tak hanya berwisata budaya dan sejarah saja, anda juga dapat menambah ilmu pengetahuan terkait sejarah yang ada di tempat ini.

Wisata Religi

Tak hanya berwisata sejarah dan budaya saja, namun disini anda bisa berwisata religi di kawasan Kota Gede. Anda bisa berziarah ke makam dari para Raja-Raja Kerajaan Mataram Islam. Selain itu terdapat pula makan Panembahan Senopati, Ki Gede Pemanahan, dan keluarga yang ada di dalam kompleks pemakaman tersebut. Di sekitaran kompleks makam pengunjung juga bisa mengunjungi Masjid Agung, masjid tertua di Yogyakarta. Masjid ini cukup bersejarah karena merupakan peninggalan dari kerajaan Mataram Islam. Di sekitaran kompleks juga terdapat wisata pemandian Sendang Putri dan Sendang Kakung.

Berburu Cindera Mata Kerajinan Perak

Kota gede memiliki hasil kerajinan perak yang bahkan kini sudah mendunia. Tak akan sulit bagi anda untuk menemukan penjual yang menawarkan hasil kerajinan perak ini. Anda bisa membeli perhiasan seperti gelang dan kalung hingga berbagai peralatan rumah tangga seperti teko, gelas, dan miniature yang bisa anda jadikan oleh-oleh. Kerajinan perak yang dihasilkan di sini sangat indah dan memang sering dicari bahkan hingga wisatawan asing. Jangan lewatkan untuk membawa pulang kerajinan-kerajinan perak ini saat berkunjung di Kota Gede.

Pasar Kota Gede Jogja

Pasar Legi yang sekarang masih berdiri dan hidup dengan segala dinamikanya, diduga kuat dulunya merupakan pasar kota kerajaan Mataram Kotagede. Seperti lazimnya pasar-pasar kerajaan Jawa Islam, berdiri di sebelah utara toponim Alun-alun. Aktivitas pasar yang paling ramai jatuh pada hari pasaran Jawa yang jatuh pada hari Legi. Oleh karena itu pula Pasar Kota Gede sering dikenal juga dengan nama Pasar Legi.

Sisa-sisa struktur benteng Keraton Mataram Kotagede masih dapat dilihat di beberapa bagian (benteng keliling kota Mataram). Sisa struktur benteng yang relatif kelihatan tersebut terdapat di Dusun Dalem dan Kedaton. Dusun ini terletak kira-kira di bagian tengah yang dahulu dikelilingi tembok keliling yang sering disebut cepuri. Tembok keliling (cepuri) ini tidak simetris, pada susut tenggara kelihatan melengkung sehingga membentuk sudut tumpul. Penduduk menamakan sudut benteng ini Bokong Semar.

Toponim Kota Gede Yogya

Di bekas keraton Mataram Kota Gede ini masih tersisa cukup banyak toponim yang menunjukkan aktivitas ekonomi dan sosial pada masanya. Toponim-toponim tersebut di antaranya: Kedaton, Kebon Dalem, Alun-alun, Mandarakan, Jayapranan, Jagalan, Singosaren, Pandean, Sayangan, Kemasan, Samakan, Sareman, Belehan, dan Bumen.

Toponim Kedaton menunjukkan bahwa tempat tersebut pernah digunakan sebagai singgasana/keraton. Toponim Kebon Dalem menunjukkan bahwa tempat tersebut pernah digunakan sebagai dalem ‘kediaman raja/bangsawan’. Toponim Alun-alun menunjukkan bahwa tempat tersebut dulunya merupakan lokasi alun-alun/lapangan. Toponim Mandarakan, menunjukkan bahwa tempat tersebut pernah menjadi tempat kediaman Tumenggung Mandaraka. Toponim Jayapranan, menunjukkan bahwa tempat tersebut pernah menjadi tempat tinggal seseorang/bangsawan yang bernama Jayaprana.

Toponim-toponim yang lain di antaranya Pandean, Sayangan, kemasan, Samakan, Sareman, Bumen, Singosaren, Jagalan, dan Belehan.

Koordinat GPS Kota Gede Yogya : -7°49’40.5″, 110°23’59.2″

Jarak dari Malioboro: 5.4 km.

Sejarah Kota Gede Jogja

Awal Berdirinya Kota Gede Jogja

Kota Gede Jogja adalah salah satu kawasan bersejarah yang terletak di bagian selatan Kota Yogyakarta. Kawasan ini memiliki sejarah panjang yang dimulai sejak abad ke-16, ketika didirikan oleh Panembahan Senopati sebagai ibu kota Kesultanan Mataram Islam.

Kota Gede berarti “kota besar” dan pada masa kejayaannya, kota ini menjadi pusat pemerintahan dan kebudayaan yang penting di Jawa Tengah.

Panembahan Senopati memilih lokasi ini karena letaknya yang strategis dan dekat dengan sumber daya alam yang melimpah. Kota Gede berkembang pesat menjadi pusat ekonomi dan politik yang menghubungkan berbagai wilayah di Jawa.

Kehidupan di Kota Gede pada masa itu sangat dinamis dengan aktivitas perdagangan, budaya, dan keagamaan yang intens.

Masa Kejayaan Kesultanan Mataram

Pada masa kejayaan Kesultanan Mataram, Kota Gede tidak hanya berfungsi sebagai pusat pemerintahan tetapi juga sebagai pusat kebudayaan. Berbagai bangunan megah seperti keraton, masjid, dan pasar dibangun untuk mendukung aktivitas kerajaan.

Keraton Kota Gede menjadi tempat tinggal raja dan keluarganya serta pusat administrasi pemerintahan.

Selain itu, Kota Gede juga dikenal sebagai pusat seni dan kerajinan. Para pengrajin lokal menghasilkan berbagai karya seni seperti batik, perhiasan perak, dan ukiran kayu yang menjadi ciri khas Kota Gede.

Kehidupan budaya yang kaya ini menjadikan Kota Gede sebagai pusat kebudayaan yang dihormati di seluruh Nusantara.

Penurunan dan Kebangkitan Kembali

Banyak bangunan bersejarah yang rusak atau terbengkalai akibat perpindahan pusat pemerintahan ke Yogyakarta.

Meskipun demikian, Kota Gede tetap mempertahankan warisan budaya dan tradisinya.

Pada abad ke-20, Kota Gede mulai mengalami kebangkitan kembali sebagai pusat kebudayaan dan pariwisata.

Restorasi bangunan bersejarah dan promosi pariwisata oleh pemerintah dan masyarakat lokal berhasil menarik wisatawan untuk mengunjungi kawasan ini.


Tags: kerajinan pusat

`Lihat Lagi
@ 2024 - Tenun Indonesia