... Panduan Kerajinan DIY: Pusat Kerajinan Bahan Keras Alam di Sulawesi Tengah

"Sulawesi Tengah - Pusat Produksi Kerajinan dari Bahan Alam"

Blog

  • Post author: bpnbsulut
  • Post published: Mei 17, 2015
  • Post category: Opini & Artikel

Oleh : Rim
Peneliti Museum Palu Sulawesi Tengah

BAHAN DAN ALAT
Pada dasarnya ada enam jenis kayu yang menjadi bahan pembuatan kain kulit kayu, yang kesemuanya dikelompokkan sebagai kayu beringin, berupa :
– Pohon Nunu Towula, yaitu sejenis beringin putih yang banyak digunakan oleh masyarakat Kulawi dan termasuk jenis kain kulit kayu terbaik dalam proses pembuatan pakaian.
– Pohon Nunu Lero, yaitu pohon beringin biasa dan mudah didapatkan. Saat ini jenis beringin ini banyak ditanam oleh masyarakat Kulawi di halaman rumah.
– Pohon Nunu Wiroe, yaitu jenis beringin yang hanya diambil pada bulan-bulan muda karena keadaan kulitnya agak tebal, sehingga mudah memisahkan kulit ari dengan jangatnya, sedangkan pada bulan tua kulitnya menipis
– Pohon Nunu Tea Tonohera, yaitu jenis pohon beringin yang menyerupai pohon sukun dan jenis tumbuhan hutan yang sulit didapat, sehingga jarang diproses untuk pembuatan kain kulit kayu.
– Pohon Nunu Malo/Mao, yaitu jenis pohon beringin yang paling banyak digunakan masyarakat Kulawi dan Pandere sebagai bahan pembuatan kain kulit kayu. Kain yang dihasilkan berwarna putih dan mudah di dapat.
– Pohon Nunu Ivo, yaitu jenis kayu yang terbanyak digunakan sebagai bahan pembuatan kain kulit kayu oleh masyarakat Kulawi dan Pandere serta kualitas kainnya lebih bagus dibanding jenis beringin yang lain.

Bahan lain yang digunakan dalam proses pembuatan kain kulit kayu sebagai berikut :
– Abu dapur, memiliki fungsi mempermudah dalam proses pembusukan (mudah bersenyawa), menetralisir jamur dalam proses pembusukan, dan menetralisir bau.
– Air, berfungsi merebus kain kulit kayu yang diperam lalu dimasak dengan abu dapur. Digunakan sebagai pelembab dan pembasah selama proses pembuatan kain kulit kayu.
– Bahan pewarna, terdiri dari :
1. Pohon Ula Vua, sejenis pohon yang buahnya berwarna merah muda yang digunakan sebagai pewarna dan pengawet pakaian.
2. Lumpur, bahan pewarna untuk mendapatkan warna hitam dan coklat.
3. Kayu Lehutu, bahan pewarna untuk warna coklat kemerah-merahan dan agar lebih tahan (tidak luntur) digunakan getah pohon langsat. Untuk warna lebih terang digunakan Ula Vua serta untuk berbau wangi dicampur dengan rumput Munte (sejenis daun mawang).
Alat-alat yang digunakan selama proses pembuatan kain kulit kayu, dari awal hingga akhir adalah :
– Pengalas Landasan (Paulu), yaitu pengalas landasan yang terbuat dari dua potong kayu atau batang pisang. Fungsinya adalah untuk meninggikan tatau atau landasan selama pembuatan. Berukuran panjang 40 cm dan lebarnya kurang lebih 15 cm.
– Landasan (Tatua), yaitu potongan kayu yang berukuran panjang 2 m dan lebarnya 30 cm serta tebalnya 15 – 20 cm. Tatua terbuat dari kayu yang tidak mudah pecah dan keras.
– Pemukul pertama (Pola), yaitu jenis palu kayu yang terbuat dari pangkal batang enau yang bagian belakang berbentuk agak cembung. Digunakan untuk menumbuk kulit kayu pada tahap awal agar kulit kayu dapat dengan mudah bersenyawa satu dengan lainnya.

Prinsip Kerajinan Bahan Keras

Pengetahuan dalam keragaman bahan dan alat serta teknik yang digunakan dalam pembuatan kerajinan bahan keras merupakan cermin dari kepiawaian perajin dalam penciptaan karyanya. Salah satu pengetahuan umum dan mendasar yang harus diketahui untuk menciptakan kerajinan bahan keras adalah prinsip kerajinan bahan keras.

Kerajinan ini memiliki beberapa prinsip sebagai berikut.

1. Keunikan Bahan Kerajinan Bahan Keras

Seperti kerajinan bahan lunak, keunikan bahan kerajinan masih menjadi salah satu prinsip yang harus diperhatikan dalam membuat kerajinan bahan keras. Bahan yang dapat digunakan untuk menciptakan kerajinan bahan keras dapat dibuat dari bahan alam, bahan buatan, dan bahkan bahan limbah seperti bahan limbah organik, dan bahan limbah anorganik.

Tampak bahwa bahan dapat didapatkan dari mana saja. Seorang perajin hanya memerlukan ketekunan untuk dapat menciptakan sebuah produk kerajinan yang dapat dinikmati banyak orang dan bernilai jual. Selain itu, keunikan bahan kerajinan akan menambah nilai ekonomis dan daya tarik. Meskipun bahan fosil kayu atau kayu jati premium tampak sangat menggugah, bahan murah seperti limbah juga dapat memberikan daya tarik tersendiri berupa semangat pelestarian alam.

2. Keragaman Muatan Nilai dalam Produk Kerajinan Bahan Keras

Banyaknya macam bentuk produk kerajinan tidak lepas dari gagasan atau ide manusia yang dapat berawal dari suatu pemikiran dan kehendak melalui tindak cipta karsa. Selanjutnya, cipta karsa tersebut menghasilkan seperangkat karya secara fisik namun mengandung muatan pesan tertentu pula. Oleh sebab itu pesan yang dapat kita ciptakan atau picu (dirasakan penikmatnya) dapat dipilah menjadi:

Batik Bomba

Batik Bomba adalah kerajinan tangan yang berasal dari suku Kaili, salah satu suku adat yang mendiami wilayah Kota Palu. Kata bomba sendiri berasal dari bahasa Minahasa yang dimaknai sebagai keterbukaan atau kebersamaan, dua nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Palu.

Proses pembuatan batik Bomba tidak banyak berubah sejak dahulu. Dengan menggunakan kain sutra pilihan, batik ditenun menggunakan alat tenun tradisional. Untuk menggambarkan corak atau motifnya, tinta yang digunakan pun adalah pewarna alami yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Sementara itu, alat-alat membatik seperti canting dan cetakan kayu juga digunakan dalam proses pembuatan batik khas Palu ini.

Kain batik biasanya dihias dengan berbagai bentuk motif yang menggambarkan kebudayaan Kota Palu, Donggala, dan Provinsi Sulawesi Tengah pada umumnya. Motif batik Bomba yang banyak dibuat meliputi motif bunga cengkih, rumah adat souraja, burung maleo, rumah adat Kalli, lekatu, serta motif sambulugana yang merupakan perpaduan tumbuhan pinang dan sirih.

Batik Bomba kerap digunakan sebagai simbolis dalam berbagai perayaan dan upacara adat, termasuk dalam acara pernikahan. Batik Bomba dengan motif sambulugana, misalnya, biasa digunakan sebagai persembahan simbolis untuk meminang pengantin wanita.

Proses Produksi Kerajinan Bahan Keras

Selain memiliki banyak pilihan bahan, teknik yang digunakan untuk menciptakan kerajinan bahan keras juga sangat bervariasi. Beberapa teknik yang dapat digunakan untuk membuat kerajinan bahan keras di antaranya adalah teknik pahat/ukir, cukil, anyam, potong sambung, lukis, batik, tatah, dan sebagainya.

Beragam benda kerajinan dari bahan keras alam dan buatan dapat diciptakan dan dibuat berdasarkan bentuk dan bahan yang digunakan. Semua disesuaikan dengan jenis bahan yang digunakan, kemanfaatan, dan rancangan produk kerajinan.

Oleh karena itu, proses produksi kerajinan bahan keras sangat bergantung pada produk apa yang akan dibuat. Untuk itu, berikut adalah beberapa proses produksi yang meliputi teknik, alat, bahan, dan langkah pembuatan kerajinan bahan keras berdasarkan bahan dan produk yang akan dibuat, dimulai dari kerajinan bahan keras alam.

1. Kerajinan Bahan Keras Alam

Indonesia memiliki hutan tropis yang banyak menyimpan kekayaan alam kayu terbesar di dunia. Kayu-kayu yang dihasilkan pun banyak macamnya, di antaranya adalah kayu jati, kayu mahoni, kayu pinus, kayu sawo, kayu hitam, kayu nangka, kayu kelapa, dan sebagainya. Produk kerajinan yang dihasilkan dari kayu juga bervariasi, mengikuti teknik pembuatan dan tekstur kayunya.

2. Kerajinan Bahan Keras Buatan

Beragam benda kerajinan dari bahan buatan dapat diciptakan dan dibuat berdasarkan bentuk dan bahan yang digunakan. Bahan-bahan yang digunakan bisa berupa kaleng, kaca, logam, dan sebagainya. Teknik yang digunakan juga sangat bervariasi, diantaranya bisa berupa lukis ataupun dipotong dan dirakit, dicor dan teknik lainnya.

Bahan alam yang termasuk dalam kategori logam juga banyak macamnya, seperti emas, perak, perunggu, aluminium, besi, dan kuningan. Kamu perlu untuk mengetahuinya. Namun berbagai logam ini harus diolah terlebih dahulu, dan sebagian logam akan dicampurkan satu dengan lainnya untuk membuat logam buatan jenis baru yang memiliki berbagai keunggulan tertentu.

Kerajinan Anyaman Daun Silar

Anyaman daun silar merupakan kerajinan tangan dari Palu yang diprakarsai dan dikembangkan oleh masyarakat lokal. Silar merupakan bahasa Minahasa untuk pohon gebang, yakni sejenis pohon palem yang banyak tumbuh di daerah dataran rendah dengan batang yang besar dan tinggi. Umumnya, daun silar yang sudah mengering hanya berakhir di tempat pembuangan sampah atau dibakar untuk mengurangi tumpukannya.

Namun, dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, masyarakat Palu dan sekitarnya mulai memanfaatkan dan mengembangkan daun silar kering menjadi kerajinan tangan bernilai jual tinggi. Produk-produk hasil kerajinan ini bahkan diumumkan oleh Pemerintah Kota Palu sebagai salah satu produk unggulan dari ibu kota Sulawesi Tengah ini.

Demikian ulasan mengenai sejumlah kerajinan tangan dari Palu, Sulawesi Tengah, yang tidak hanya memiliki nilai seni, tetapi juga menyimpan nilai manfaat yang tinggi. Dengan pengelolaan yang baik dan efektif, berbagai produk kerajinan tangan tersebut juga memiliki nilai jual dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber mata pencaharian. Tentu saja, hal ini dilakukan tanpa mengurangi unsur budaya dan tradisional yang dimilikinya.

Read next

Tags: kerajinan bahan keras hasil lawe

`Lihat Lagi
@ 2024 - Tenun Indonesia