"Sulawesi Tengah - Pusat Produksi Kerajinan dari Bahan Alam"
Contoh Kerajinan Bahan Keras: Pengertian, dan Jenisnya
Contoh Kerajinan Bahan Keras – Kerajinan bahan keras adalah kerajinan yang menggunakan bahan dasar yang bersifat keras, pejal, kuat, padat, tahan lama, tidak mudah terurai, dan tidak mudah berubah bentuk. Produk tersebut dapat dibuat dari bahan alam dan buatan.
Kehadiran kerajinan ini memiliki daya pikat dan keunggulan tersendiri, terutama untuk konsumen yang mengejar keindahan klasik, misalnya wilayah Jepara. Indonesia banyak menghasilkan kerajinan ukir kayu dari wilayah tersebut dan memikat pangsa dunia dengan mahakaryanya yang luar biasa indah dengan segala kerumitan detailnya.
Indonesia memang kaya budaya benda-benda kerajinan sebagai hasil budaya daerah. Selain itu, negeri ini juga menghasilkan banyak bahan alam yang dicari-cari oleh bangsa asing, sehingga kerajinan bahan keras dapat menjadi alat untuk memperkenalkan keragaman budaya Nusantara.
Oleh karena itu, sudah sewajarnya bagi kita untuk memanfaatkan dan melestarikan daya tarik dari benda kerajinan setiap daerah yang memiliki corak dan bentuk berbeda-beda. Kita dapat melestarikan budaya dan turut serta memajukan perekonomian bangsa melalui berbagai kerajinan yang ada.
Table of Contents

Blog
- Post author: bpnbsulut
- Post published: Mei 17, 2015
- Post category: Opini & Artikel
Oleh : Rim
Peneliti Museum Palu Sulawesi Tengah
BAHAN DAN ALAT
Pada dasarnya ada enam jenis kayu yang menjadi bahan pembuatan kain kulit kayu, yang kesemuanya dikelompokkan sebagai kayu beringin, berupa :
– Pohon Nunu Towula, yaitu sejenis beringin putih yang banyak digunakan oleh masyarakat Kulawi dan termasuk jenis kain kulit kayu terbaik dalam proses pembuatan pakaian.
– Pohon Nunu Lero, yaitu pohon beringin biasa dan mudah didapatkan. Saat ini jenis beringin ini banyak ditanam oleh masyarakat Kulawi di halaman rumah.
– Pohon Nunu Wiroe, yaitu jenis beringin yang hanya diambil pada bulan-bulan muda karena keadaan kulitnya agak tebal, sehingga mudah memisahkan kulit ari dengan jangatnya, sedangkan pada bulan tua kulitnya menipis
– Pohon Nunu Tea Tonohera, yaitu jenis pohon beringin yang menyerupai pohon sukun dan jenis tumbuhan hutan yang sulit didapat, sehingga jarang diproses untuk pembuatan kain kulit kayu.
– Pohon Nunu Malo/Mao, yaitu jenis pohon beringin yang paling banyak digunakan masyarakat Kulawi dan Pandere sebagai bahan pembuatan kain kulit kayu. Kain yang dihasilkan berwarna putih dan mudah di dapat.
– Pohon Nunu Ivo, yaitu jenis kayu yang terbanyak digunakan sebagai bahan pembuatan kain kulit kayu oleh masyarakat Kulawi dan Pandere serta kualitas kainnya lebih bagus dibanding jenis beringin yang lain.
Bahan lain yang digunakan dalam proses pembuatan kain kulit kayu sebagai berikut :
– Abu dapur, memiliki fungsi mempermudah dalam proses pembusukan (mudah bersenyawa), menetralisir jamur dalam proses pembusukan, dan menetralisir bau.
– Air, berfungsi merebus kain kulit kayu yang diperam lalu dimasak dengan abu dapur. Digunakan sebagai pelembab dan pembasah selama proses pembuatan kain kulit kayu.
– Bahan pewarna, terdiri dari :
1. Pohon Ula Vua, sejenis pohon yang buahnya berwarna merah muda yang digunakan sebagai pewarna dan pengawet pakaian.
2. Lumpur, bahan pewarna untuk mendapatkan warna hitam dan coklat.
3. Kayu Lehutu, bahan pewarna untuk warna coklat kemerah-merahan dan agar lebih tahan (tidak luntur) digunakan getah pohon langsat. Untuk warna lebih terang digunakan Ula Vua serta untuk berbau wangi dicampur dengan rumput Munte (sejenis daun mawang).
Alat-alat yang digunakan selama proses pembuatan kain kulit kayu, dari awal hingga akhir adalah :
– Pengalas Landasan (Paulu), yaitu pengalas landasan yang terbuat dari dua potong kayu atau batang pisang. Fungsinya adalah untuk meninggikan tatau atau landasan selama pembuatan. Berukuran panjang 40 cm dan lebarnya kurang lebih 15 cm.
– Landasan (Tatua), yaitu potongan kayu yang berukuran panjang 2 m dan lebarnya 30 cm serta tebalnya 15 – 20 cm. Tatua terbuat dari kayu yang tidak mudah pecah dan keras.
– Pemukul pertama (Pola), yaitu jenis palu kayu yang terbuat dari pangkal batang enau yang bagian belakang berbentuk agak cembung. Digunakan untuk menumbuk kulit kayu pada tahap awal agar kulit kayu dapat dengan mudah bersenyawa satu dengan lainnya.

Kerajinan Anyaman Daun Silar
Anyaman daun silar merupakan kerajinan tangan dari Palu yang diprakarsai dan dikembangkan oleh masyarakat lokal. Silar merupakan bahasa Minahasa untuk pohon gebang, yakni sejenis pohon palem yang banyak tumbuh di daerah dataran rendah dengan batang yang besar dan tinggi. Umumnya, daun silar yang sudah mengering hanya berakhir di tempat pembuangan sampah atau dibakar untuk mengurangi tumpukannya.
Namun, dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, masyarakat Palu dan sekitarnya mulai memanfaatkan dan mengembangkan daun silar kering menjadi kerajinan tangan bernilai jual tinggi. Produk-produk hasil kerajinan ini bahkan diumumkan oleh Pemerintah Kota Palu sebagai salah satu produk unggulan dari ibu kota Sulawesi Tengah ini.
Demikian ulasan mengenai sejumlah kerajinan tangan dari Palu, Sulawesi Tengah, yang tidak hanya memiliki nilai seni, tetapi juga menyimpan nilai manfaat yang tinggi. Dengan pengelolaan yang baik dan efektif, berbagai produk kerajinan tangan tersebut juga memiliki nilai jual dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber mata pencaharian. Tentu saja, hal ini dilakukan tanpa mengurangi unsur budaya dan tradisional yang dimilikinya.
Read next

Tags: kerajinan bahan keras hasil lawe