... Panduan Lengkap: Telung Benang Bahasa Bali untuk Kerajinan Sulam DIY

"Telung Benang Bahasa Bali - Warisan Budaya yang Kaya"

Kruna lingga yang menggunakan pengater

Ilustrasi kruna lingga yang mendapatkan pengater. (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Pengater adalah Bahasa Bali yang berarti awalan. Yaitu imbuhan yang diletakkan di depan kata dasar. Bahasa Bali terdapat beberapa awalan atau pengater yaitu ma, ka, sa, pa, pi, a, pra, pari, pati, make, saka, dan kuma.

Contoh kruna tiron yang sudah mendapatkan pengater:

  • Kruna lingga saut (jawab) mendapatkan pengater pa menjadi pesaut (jawaban)
  • Kruna lingga tutur (tutur kata) mendapatkan pengater pi menjadi pitutur (nasihat)
  • Kruna lingga gagah (gali) mendapatkan pengater ka menjadi kagagah (digali)
  • Kruna lingga jaum (jarum) mendapatkan pengater kuma menjadi kumajaum (peribahasa yang berarti bulu yang baru tumbuh)
  • Kruna lingga jani (saat ini) mendapatkan pengater pra menjadi prajani (saat ini juga)
  • Kruna lingga jalan (jalan) mendapatkan pengater ma menjadi majalan (berjalan).

Filosofi Upacara Otonan

Upacara Otonan atau pawetonan adalah upacara yadnya yang dimana pada saat kelahiran manusia yang dilaksanakan setiap 6 bulan sekali (210 hari) yang bertujuan untuk memuliakan dan mempersembahkan kesucian lahir batin manusia.

Manawa Dharmasastra, V.109.

adbhirgtatrani suddhyanti manah satyna cuddhyati, widyatapobhyam bhutatma budhir jnanena cuddhyati

Artinya :

Tubuh dibersihkan dengan air, pikiran disucikan dengan kebenaran, jiwa manusia dibersihkan dengan pelajaran suci atau tapa brata, kecerdasan dengan pengetahuan yang benar.

Otonan berasal dari bahasa Jawa Kuno yang berasal dari kata “Wetu” atau metu yang artinya keluar, kemudian berubah menjadi kata oton atau otonan. Dalam filosofi upacara otonan/pawetonan dilakukan pengkajian tentang kelahiran manusia berdasarkan sumber-sumber ajaran agama yaitu : manusia terlahir kedunia adalah berbentuk tiga badan (Tri Angga)

Manawa dharmasastra. II.92

ekadacam mano jneyam swagunenobhayatmakam, yasminjite jitawetau bhawatah pancakau gunau

Artinya :

Alat yang kesebelas adalah pikiran, alat paling dalam yang karena sifatya kedua pasang kelompok itu alat itu merupakan bagian dari padaNya, kalau masing-masing dari kelima jenis alat itu tetap ditundukan

(1) Stula Sarira( Badan Kasar)

Badan ini dibentuk oleh Panca Maha Butha, yang dihidupkan oleh badan atma, dan sebagai badan penggeraknya adalah Roh, sehingga manusia kelihatan hidup dan bisa berkarma.

(2) Suksma Sarira (Badan Halus/Atma)

Badan Suksma Sarira ini dibentuk atma karena atma merupakan percikan dari Sang Hyang Widhi (Parama Alma), kemudian di dalam diri manusia atma bermanifestasi memberi kehidupan kepada jiwa dan jasmani, dan memiliki kemurnian, kesadaran mutlak (Cetana) sesuai dengan kemurnian sang Hyang Widhi.

Bentuk-bentuk sarana Upacara Otonan

Upacara otonan menggunakan beberapa sarana upacara yang memiliki bentuk tertentu.

Bhagawadgita.IX.26 :

Patram puspam phalam to yam yo me bhaktya prayacchati tad aham bhaktyupahrtam asnami prayatatmanah

Artinya :

Siapapun yang dengan kesujudan mempersembahkan pada-Ku daun,bunga,buah-buahan atau air, persembahan yang didasari oleh cinta dan dari hati yang suci, Aku terima sebagai bakti persembahan dari orang yang berhati suci.

Adapun sarana upacara yang membentuk upacara otonan tersebut antara lain sebagai berikut.

(1) Banten Byakala atau Byakaon

(2) Banten Peras

Peras alasnya berupa taledan, diisi raka-raka (buah-buahan) lengkap, kulit peras yang dialasi beras dan di atasnya ditaruh nasi, sirih tampelan, benang dan kojong rangkadan. Dilengkapi dengan sampiyan peras atau pengambeyan, dapat dilengkapi dengan ayam panggang atau tutu dan canang sari. Banten Peras sesuai dengan namanya memohon keberhasilan, sukses atau prasidha (Sidhakarya) nya sebuah yadnya. Di dalamnya juga terkandung permohon kepada Sang Hyang Widhi dalam wujudnya sebagai Tri Murti, guna menyucikan Tri Guna (sifat Sāttwam, Rājas dan Tāmas) pada diri manusia.

(3) Banten Pengambeya

Banten ini memiliki alas berupa taledan, raka-raka (buah-buahan) lengkap dilengkapi dengan jajan bantal pengambeyan, nasi berupa 2 tumpeng yang ditengah-tengahnya disandarkan ketipat pengambeyan, 2 buah tulung pengambeyan yang berisi nasi, kacang saur, kojong rangkadan dan ayam panggang. Sampiyan pengambeyan dan sebuah canang. Kata Ngambe berarti memanggil atau memohon. banten Pengambeyan mengandung makna simbolis memohon karunia Sang Hyang Widhi dan para leluhur guna dapat menikmati hidup dan kehidupan senantiasa berdasarkan Dharma di bawah lindungan dan kendali Sang Hyang Widhi dan para Leluhur. Disini muncul permohonan ketegaran dan ketangguhan untuk menghadapi tantangan hidup dan kehidupan.

Kruna wilangan tan janten

Ilustrasi pasir pantai. (Unsplash.com/Kunj Parekh)

Kruna wilangan tan janten adalah kata bilangan yang menunjukkan jumlah benda yang tidak bisa dihitung. Oleh karena itu, kruna wilangan tan janten ini ditulis dalam kata, bukan berbentuk angka.

Contoh Kruna wilangan tan janten:

  • Liu artinya banyak
  • Abedik atau bedik artinya sedikit
  • Aketek artinya sedikit
  • Agetul artinya satu celupan
  • Adesa artinya satu desa atau menunjukkan jumlah yang banyak
  • Akikit artinya sedikitpun
  • Apaso artinya satu jembung atau panci
  • Bek artinya banyak
  • Begeh artinya banyak.

Otonan : Filosofi, sarana, fungsi, dan makna upacara otonan

BALINESECULTURE – Di Bali, banyak memiliki upacara keagamaan (upacara yadnya). Salah satu upacara yadnya di Bali adalah otonan. Berikut ini kami akan membahas otonan meliputi: filosofi upacara otonan, bentuk sarana upacara otonan, serta fungsi dan makna upacara otonan.

Dalam ajaran agama hindu terlahir menjadi manusia dipercaya masih memiliki karma wasana kehidupan di masa lampau. Kelahiran menjadi manusia dipengaruhi oleh 3 kekuatan yakni Sabda, Bayu, dan Idep atau yang dikenal dengan istilah tri pramana. Sabda adalah kekuatan Suara, Bayu adalah kekuatan nafas, dan Idep adalah kekuatan pikiran (akal). Otonan ini merupakan hari kelahiran bagi umat hindu yang dilaksanakna setiap 210 hari atau 6 bulan sekali, Jatuhnya otonan bertepatan dengan Sapta Wara, Panca Wara dan Wuku yang sama. Pelaksanaan Upacara Otonan di laksanakan dengan menggunakan banten otonan yang dalam agama hindu terdapat beberapa tingkatan dalam melaksanakan upacara yaitu Uttama, Madya, dan Nista, namun aspek kespiritualan dalam pelaksanaannya dilihat dari niat suci dan kepercayaan dalam melaksanakan upacara otonan tersebut.


Tags: benang

`Lihat Lagi
@ 2024 - Tenun Indonesia