"Toko Mesin Jahit Singer Portable di Solo, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah"
Asal-usul Nama Sukoharjo
Nama Sukoharjo diyakini berasal dari dua kata dalam bahasa Jawa, yaitu suka dan harja, yang berarti daerah yang mendatangkan kesejahteraan. Nama Sukoharjo ini awalnya muncul saat Susuhunan Pakubuwono II sedang mencari daerah baru untuk keraton.
Daerah baru dicari karena Keraton Mataram di Kartasura sudah hancur akibat peristiwa pemberontakan yang terjadi. Beberapa tokoh kerajaan diajak berembug oleh Pakubuwono II, seperti Kiai Yosodipuro, Kiai Tohjoyo, hingga Pangeran Wijil. Saat itu, Kiai Tohjoyo mengusulkan daerah yang akan menjadi pusat pemerintahan harus bersifat Sukoraharjo, atau dapat mendatangkan kemakmuran dan kesejahteraan. Maka, dibentuklah tim untuk mencari daerah yang diyakini memiliki sifat seperti yang disampaikan Kiai Tohjoyo. Salah satu tim yang diperintahkan itu terdiri dari Raden Tumenggung Honggowongso dan Tumenggung Tirtowiguno. Keduanya berhasil menemukan daerah yang tepat karena memiliki beberapa unsur yang pas untuk keraton. Unsur itu antara lain bacira ngayun (alun-alun depan), bacira pungkuran (alun-alun belakang), tempat pande besi, tempat pembuatan warangka keris (mranggen), hingga tempat para istri raja, serta tempat untuk kandang gajah raja. Awalnya daerah itu akan dipilih. Namun tidak jadi karena pertimbangan strategis, yaitu terlalu dekat dengan markas Pangeran Sambernyawa yang sedang berkonfrontasi dengan Pakubuwono II. Sejarah mencatat, pada akhirnya istana baru itu didirikan di Desa Sala, yang kemudian menjadi Keraton Kasunanan Surakarta.
Meski tidak jadi dipilih, daerah yang ditemukan itu tetap berkembang dan sekarang menjadi wilayah Sukoharjo. Daerah itu terdapat Desa Begajah yang akan dijadikan kandang gajah, lalu ada Desa Pandean tempat banyak pande besi, hingga Desa Mranggen tempat kerajinan warangka keris.

Gunung Sepikul
Khusus untuk Anda yang hobi trekking atau pun ingin menikmati indahnya pemandangan alam Kab. Sukoharjo dari atas ketinggian, Anda dapat berkunjung ke tempat wisata di Sukoharjo yang satu ini.
Namanya adalah Gunung Sepikul dan lokasinya ada di Daerah Tiyaran, Bulu, Kab. Sukoharjo, Jawa Tengah.
Di sini Anda dapat menikmati indahnya pemandangan alam dan udara sejuk khas daerah dataran tinggi.
Walaupun berstatus sebagai “gunung”, namun sejatinya tempat ini lebih mirip seperti sebuah bukit. Lama proses pendakiannya pun juga terbilang sebentar yaitu kurang dari 1 jam perjalanan (untuk pemula) dengan medan pendakian ringan (level pemula).
Bagi Anda yang hobi berkemah, Gunung Sepikul juga sangat pas untuk dijadikan sebagai spot untuk mendirikan tenda kemah lho! Terutama jika Anda ingin menikmati indahnya panorama sunrise di pagi hari (jika ingin berkemah Anda harus minta ijin ke pihak pengelola).
Dibuka setiap hari dari mulai pukul 5 pagi sampai dengan pukul 6 sore, Gunung Sepikul bisa dimasuki dengan membayar uang tiket masuk sebesar 2 ribu rupiah untuk sepeda motor dan 5 ribu rupiah untuk mobil.
Satu hal yang harus Anda ingat, kendaraan bermotor hanya bisa digunakan sampai ke titik awal pendakian gunung saja.

Dunia Air Pandawa
“Ancolnya Sukoharjo”, mungkin itulah julukan yang tepat untuk tempat wisata hits di Sukoharjo yang satu ini.
Pasalnya objek wisata ini menawarkan berbagai macam wahana permainan air yang mirip seperti wahana permainan air di Taman Wisata Jaya Ancol. Dari mulai seluncuran sampai dengan ombak buatan, semuanya bisa ditemui di sini.
Hal unik lain yang mungkin hanya bisa ditemui di Dunia Air Pandawa adalah keberadaan patung wajah Pandawa yang berukuran sangat besar.
Kalau datang ke sini jangan lupa untuk berfoto dengan latar belakang patung tersebut ya!
Lokasi objek wisata Dunia Air Pandawa ada di Komplek Pandawa, Jl. Cemara Raya, Gedangan, Grogol, Kab. Sukoharjo, Jawa Tengah.
Di hari kerja objek wisata ini beroperasi dari mulai pukul 12 siang sampai dengan pukul 6 sore, sedangkan di hari libur dan akhir pekan jam operasionalnya dimulai dari pukul 8 pagi sampai dengan pukul 6 sore.
Untuk tiket masuknya sendiri di hari kerja ditetapkan sebesar 80 ribu rupiah. Saat liburan dan akhir pekan akan dinaikkan 20 ribu rupiah menjadi 100 ribu rupiah per orang.

Kelebihan mesin jahit portable
Kelebihan Mesin Portable
Kelebihan mesin jahit portable adalah selain desainnya menarik, juga memiliki fungsi yang lengkap. Desainnya terlihat lebih modern dibandingkan dengan mesin yang manual. Hanya dengan satu mesin, pengguna bisa mendapatkan banyak pola jahitan paling sederhana terdiri dari 6 sampai 8 pola jahit, bahkan ada yang lebih sekitar 400 pola(singer digital).
Selain itu cara menggunakannya sangat mudah dibandingkan dengan mesin jahit manual dengan cara dikayuh atau dinamo luar karna sangat berbahaya.
Mesin jahit ini umumnya dibekali sejumlah kemampuan khusus, seperti:
a. Membuat lubang kancing,
b. Semi obras,
c. Menjahit zigzag
d. Membuat bordir manual
e. Pasang kancing
f. Menjahit resleting
Karena ringan sekitar 7kg - 10 kg, mesin ini mudah dibawa dan dipindahkan kemanapun.
Kelebihan lainnya adalah dari segi listrik yang kecil 70w, lampu LED yang ramah lingkungan,bahan fiber yang tahan banting. Bahkan mesin jahit ini bisa dipindahkan dengan mudah tanpa repot. Jadi tidak heran jika mesin portable dianggap sebagai mesin untuk menjahit yang simple, efektif dan efisien digunakan untuk industry kecil dan kebutuhan rumah tangga.
Cocok digunakan oleh para pemula bahkan anak-anak Smp,Sma dan mahasiswa, karena mudah dioperasikan dan digunakan dengan praktis dan bisa dijadikan peralatan untuk belajar menjahit.
Info : 0821 3824 8228 / 0857 2643 1415

Sejarah [ sunting | sunting sumber ]
Pasca Perang Jawa (1825-1830), pemerintah Hindia Belanda makin memperketat keamanan untuk mencegah terulangnya pemberontakan. Kondisi masyarakat Jawa yang semakin miskin mendorong terjadinya tindak kejahatan (pidana) di berbagai tempat. Menghadapi hal itu pemerintah kolonial menekan raja Surakarta dan Yogyakarta agar menerapkan hukum secara tegas. Salah satunya dengan membentuk lembaga hukum yang dilengkapi dengan berbagai pendukung. Di Kasunanan Surakarta dibentuk lembaga Pradata Gedhe, yakni pengadilan kerajaan yang menjadi pusat penyelesaian semua perkara. Lembaga ini dipimpin oleh Raden Adipati (Patih) di bawah pengawasan Residen Surakarta. Dalam pelaksanaannya, Pradata Gedhe mengalami kesulitan karena volume perkara yang sangat besar. Sunan Pakubuwono dan Residen Surakarta memandang perlu melimpahkan sebagian perkara kepada pemerintah daerah. Mereka sepakat membentuk pengadilan di tingkat kabupaten yang diberi nama Pradata Kabupaten. [butuh rujukan]
Pada tanggal 16 Februari 1874, Sunan Pakubuwono IX dan Residen Surakarta, Keucheneus, membuat perjanjian pembentukan Pradata Kabupaten untuk wilayah Klaten, Boyolali, Ampel, Kartasura, Sragen dan Larangan. Surat perjanjian tersebut disahkan pada hari Kamis tanggal 7 Mei 1874, Staatsblad nomor 209. Pada Bab I surat perjanjian, tertulis sebagai berikut:
Ing Kabupaten Klaten, Ampel, Boyolali, Kartasura lan Sragen, apadene ing Kawedanan Larangan kadodokan pangadilan ingaranan Pradata Kabupaten. Kawedanan Larangan saikiki kadadekake kabupaten ingaranan Kabupaten Sukoharjo. (Di Kabupaten Klaten, Ampel, Boyolali, Kartasura dan Sragen, dan juga Kawedanan Larangan dibentuk pengadilan yang disebut Pradata Kabupaten. Kawedanan Larangan sekarang dijadikan kabupaten dengan nama Kabupaten Sukoharjo).
Berdasarkan surat perjanjian tersebut sekarang ditetapkan bahwa Kamis, 7 Mei 1874 menjadi tanggal berdirinya Kabupaten Sukoharjo, yang sebelum itu bernama Kawedanan Larangan. Pada era kemerdekaan atau Pemerintahan Hari Lahir Kabupaten Sukoharjo dengan adanya Penetapan Pemerintah No.16/SD, tepatnya pada hari / tanggal Senin Pon, 15 Juli 1946 dan juga adanya pembentukan Pemerintah Daerah di karesidenan Surakarta, pada Minggu Wage, 16 Juni 1946.

Tags: jahit mesin toko portable singer jawa solo