Seni Ukiran Kayu Papua - Keajaiban Kerajinan Jarum dan Proyek DIY
Keunikan Ukiran Suku Asmat Papua
Ukiran Suku Asmat dianggap sebagai salah satu bentuk seni rupa terbaik di Indonesia, dan prestisinya tinggi di pasar seni internasional. Motif yang kerap muncul dalam ukiran ini meliputi kehidupan sehari-hari, mitos, legenda, dan keyakinan mendalam Suku Asmat.
Karya seni ini sering kali diwujudkan dalam bentuk patung-patung kayu yang mencerminkan keberagaman budaya Suku Asmat, seperti patung perang, patung pemujaan, patung keluarga, dan karya lain yang terkait dengan aspek kehidupan mereka.
Ukiran Suku Asmat memiliki makna simbolik yang kuat, terkait erat dengan kepercayaan dan mitos suku tersebut. Patung perang, misalnya, melambangkan keberanian dan kekuatan, sementara patung pemujaan merefleksikan keagungan dan kebesaran Tuhan.
Contohnya, ukiran yang menggambarkan wajah nenek moyang, berbagai binatang yang akrab dengan kehidupan sehari-hari seperti kasuari dan buaya, serta motif-motif antropomorfik, semuanya menjadi bagian dari kekayaan artistik Suku Asmat. Dengan memahami makna di balik setiap ukiran, kita dapat menghargai warisan budaya yang kaya dan mendalam dari Suku Asmat Papua.
Motif Ukiran Asmat
Bagaimana motif ukiran yang dihasilkan suku Asmat ? Pola yang biasa dibuat biasanya menyerupai bentuk hewan seperti kelelawar, burung cendrawasih, dan ikan. Motif ukiran Asmat biasanya terinspirasi dari kehidupan sehari-hari suku Asmat, mitos, legenda, dan kepercayaan suku tersebut.
Beberapa motif yang biasa ditemui dalam ukiran Asmat meliputi:
- Motif perang: Motif ini biasanya terdapat pada patung-patung perang dan menggambarkan keberanian dan kekuatan suku Asmat.
- Motif pemujaan: Motif ini biasanya terdapat pada patung-patung pemujaan dan menggambarkan keagungan dan kebesaran Tuhan yang diyakini oleh suku Asmat.
- Motif keluarga: Motif ini biasanya terdapat pada patung-patung keluarga yang menggambarkan keberagaman dan keharmonisan dalam keluarga suku Asmat.
- Motif hewan: Motif hewan juga sering ditemui dalam ukiran Asmat, seperti motif burung, ular, dan singa, yang masing-masing memiliki makna simbolik yang berbeda.
- Motif geometris: Motif geometris juga sering ditemui dalam ukiran Asmat, seperti garis-garis, lingkaran, dan segitiga, yang masing-masing memiliki makna simbolik yang berbeda.
Makna Ukiran Suku Asmat [ sunting | sunting sumber ]
Bagi suku Asmat, seni ukir kayu adalah bagian dari kehidupan sehari-hari yang diwariskan dari generasi ke generasi. Mengukir menjadi tradisi kehidupan dan ritual yang terkait erat dengan spiritualitas hidup dan penghormatan terhadap nenek moyang. Ketika Suku Asmat mengukir, mereka tidak sekadar membuat pola dalam kayu tetapi menuangkan nilai spiritualitas dalam hidup. [3]
Keperluan Ritual [ sunting | sunting sumber ]
Ukiran Asmat menjadi media penghubung antara kehidupan di dunia dengan kehidupan dunia arwah. Lewat seni ukir suku Asmat tetap terhubung dengan nenek moyangnya. Segala jenis ukiran dibuat bersama-sama mulai dari dayung, perisai, tifa, busur dan sebagainya yang kemudian diberi nama sesuai dengan orang yang baru meninggal. Pemberian nama itu untuk mengingatkan mereka pada yang meninggal. [3]
Hampir seluruh ukiran Asmat dikerjakan oleh kaum laki-laki. Hasil kerajinan atau ukiran mereka umumnya dipergunakan untuk keperluan ritual tetapi ada juga yang tidak dipergunakan untuk keperluan itu. Setiap pengrajin atau pengukir mempunyai ciri sendiri, khusus mengenai ukiran yang diperlukan untuk keperluan ritual memiliki perbedaan yang sangat jelas. [3]
Motif Rumit dan Bernilai Tinggi [ sunting | sunting sumber ]
Ukiran Asmat memiliki ciri khas yang membedakannya dengan ukiran dari daerah lain. Pengerjaan yang rapih dan detil-detil ukiran yang rumit menjadi alasan mengapa ukiran Asmat tersohor ke seluruh penjuru dunia dan banyak diburu para penggemar seni. [3]
Motif-motif yang berhubungan dengan alam, makhluk hidup dan aktifitas kehidupan sehari-hari banyak ditemui di dalam ukiran Asmat. Pola yang umum ditemui seperti kelelawar, burung cendrawasih, dan ikan. Sedangkan bentuk aktifitas yang biasa dituangkan adalah manusia yang sedang berperang, berburu, atau mencari ikan, tidak jarang juga mereka membuat refleksi aktifitas hidup para leluhur Asmat. Yang pasti, motif maupun bentuk ini tak pernah lepas dari kehidupan suku Asmat sendiri. [3]
Proses Pembuatan Kerajinan Ukiran Kayu Asmat Papua
Ada beberapa tahapan yang mesti dilalui para pengrajin untuk menghasilan ukiran kayu suku Asmat yang indah. Pertama, ukiran akan diawali dengan memahat sepotong kayu untuk dibentuk.
Kemudian dilanjutkan dengan memberikan pewarnaan. Dalam pemilihan warna itu sendiri suku Asmat memiliki persepsi yang berbeda, dimana warna merah itu melambangkan daging, warna putih berarti tulang, sedangkan hitam akan melambangkan warna kulit dari suku Asmat.
Mengukir sendiri bagi suku asmat papua merupakan sebuah tradisi kehidupan dan ritual yangsangat terkait erat dengan spiritualitas hidup dan bentuk penghormatan terhadap leluhur. Ketika pengrajin Suku Asmat mengukir, mereka tidak hanya sekedar membuat pola ukiran dalam kayu tetapi juga mengalirkan sebuah spiritualitas hidup.
Walaupun seni ukir merupakan seni yang umum dimiliki oleh suku Asmat, namun tidak semua orang Asmat dapat menjadi pengukir. Mengukir adalah kemampuan yang diturunkan antar generasi dan umumnya hanya dilakukan oleh kaum pria.
Mereka biasanya mengukir sembari para wanita bekerja di ladang. Karena mengukir adalah sebuah warisan, maka bagi keluarga yang tidak memiliki darah pengukir biasanya juga tidak akan memiliki kemampuan ini.
Namun, bagi masyarakat Asmat modern kemampuan ini dapat dipelajari secara khusus. Banyak pria-pria Asmat yang secara khusus mempelajari cara mengukir, apalagi menjadi seorang pengukir kini dapat dijadikan mata pencaharian.
Jenis-jenis motif ukir
Di Indonesia banyak sekali daerah-daerah yang menghasilkan kerajinan seni ukir dan masing-masing daerah memiliki motif ukiran khas. Berikut motif ukiran serta asal daerahnya di Indonesia: Baca juga: Langkah-Langkah Membuat Ukiran
KOMPAS.com / ANDREAS LUKAS ALTOBELI Yatiman seniman seni ukir relief 3 dimensi asal Jepara saat menyelesaikan hasil karyanya di Tangerang, Banten, Rabu (17/01/2017). Yatiman menjadi seorang seniman ukir kayu sejak umur 19 tahun di Jepara Jawa Tengah.
Kota yang terkenal sebagai Kota ukiran di pulau Jawa adalah kota. Biasanya bahan yang digunakan sebagai media ukir adalah kayu. Sebagian besar masyarakatnya mempunyai usaha ukiran kayu. Sehingga, di kota tersebut banyak dijumpai tokoh-tokoh yang menyediakan berbagai macam ukiran. Dari perabotan rumah tangga berukuran besar hingga hiasan dengan ukuran yang paling kecil.
Tags: kayu ukiran