Seni Ukiran Kayu Suku Asmat - Inspirasi Luar Biasa untuk Kerajinan Sulam dan DIY
Rumah Adat Suku Asmat
Dari berbagai literatur disimpulkan bahwa ada beberapa macam rumah adat suku Asmat yaitu jew, tsyem, dan bivak.
Jew
Jew adalah salah satu rumah adat suku Asmat yang berukuran cukup besar dan berpondasi kayu besi yang kokoh, yang dibangun di antara pohon di pinggir sungai.
Panjang rumah mencapai 25 meter dengan pintu masuk lebih dari satu. Ada pula tangga sederhana yang terletak di depan pintu rumah sebagai jalur masuk ke dalam rumah.
Jew disebut rumah bujang karena menjadi kediaman bagi kaum laki-laki yang belum pernah menikah.
Tidak hanya itu, jew juga dapat digunakan oleh seluruh penduduk suku Asmat, terutama laki-laki, karena mereka merupakan pimpinan keluarga.
Jew juga dapat berfungsi sebagai balai desa yakni tempat untuk melakukan rapat desa atau menentukan strategi perang yang dilakukan oleh para pemuka adat dan pimpinan suku Asmat.
Tsyem
Tsyem adalah rumah adat suku Asmat berupa rumah panggung kecil berukuran (3 x 4 x 5) m. Rumah ini berfungsi sebagai tempat tinggal, tempat menyimpan senjata, tempat menyimpan peralatan untuk berburu, maupun alat bercocok tanam.
Bivak
Bivak adalah rumah adat suku Asmat berukuran besar yang dibangun di hutan dan berfungsi sebagai tempat tinggal sementara.
Pendirian rumah bivak ini tidak terlepas dari pola hidup suku Asmat yang dahulu kerap berpindah-pindah tempat untuk mencari bahan makanan.

Makna Ukiran Suku Asmat [ sunting | sunting sumber ]
Bagi suku Asmat, seni ukir kayu adalah bagian dari kehidupan sehari-hari yang diwariskan dari generasi ke generasi. Mengukir menjadi tradisi kehidupan dan ritual yang terkait erat dengan spiritualitas hidup dan penghormatan terhadap nenek moyang. Ketika Suku Asmat mengukir, mereka tidak sekadar membuat pola dalam kayu tetapi menuangkan nilai spiritualitas dalam hidup. [3]
Keperluan Ritual [ sunting | sunting sumber ]
Ukiran Asmat menjadi media penghubung antara kehidupan di dunia dengan kehidupan dunia arwah. Lewat seni ukir suku Asmat tetap terhubung dengan nenek moyangnya. Segala jenis ukiran dibuat bersama-sama mulai dari dayung, perisai, tifa, busur dan sebagainya yang kemudian diberi nama sesuai dengan orang yang baru meninggal. Pemberian nama itu untuk mengingatkan mereka pada yang meninggal. [3]
Hampir seluruh ukiran Asmat dikerjakan oleh kaum laki-laki. Hasil kerajinan atau ukiran mereka umumnya dipergunakan untuk keperluan ritual tetapi ada juga yang tidak dipergunakan untuk keperluan itu. Setiap pengrajin atau pengukir mempunyai ciri sendiri, khusus mengenai ukiran yang diperlukan untuk keperluan ritual memiliki perbedaan yang sangat jelas. [3]
Motif Rumit dan Bernilai Tinggi [ sunting | sunting sumber ]
Ukiran Asmat memiliki ciri khas yang membedakannya dengan ukiran dari daerah lain. Pengerjaan yang rapih dan detil-detil ukiran yang rumit menjadi alasan mengapa ukiran Asmat tersohor ke seluruh penjuru dunia dan banyak diburu para penggemar seni. [3]
Motif-motif yang berhubungan dengan alam, makhluk hidup dan aktifitas kehidupan sehari-hari banyak ditemui di dalam ukiran Asmat. Pola yang umum ditemui seperti kelelawar, burung cendrawasih, dan ikan. Sedangkan bentuk aktifitas yang biasa dituangkan adalah manusia yang sedang berperang, berburu, atau mencari ikan, tidak jarang juga mereka membuat refleksi aktifitas hidup para leluhur Asmat. Yang pasti, motif maupun bentuk ini tak pernah lepas dari kehidupan suku Asmat sendiri. [3]

Kesenian Suku Asmat
Suku Asmat juga memiliki beragam kesenian yang membuat mereka unik dan menarik di antaranya seni kerajinan dan seni pertunjukan.
1. Seni Kerajinan
Masyarakat suku Asmat memiliki seni kerajinan yang cukup terkenal, yaitu membuat ukiran kayu dalam bentuk patung, topeng, tombak, perisai, tifa, dan penokak sagu.
Salah satu seni ukiran kayu yang paling terkenal dari suku Asmat adalah seni patung atau tiang mBis.
Jenis patung yang dibuat biasanya berupa patung-patung nenek moyang yang dibuat secara bersusun dan disesuaikan dengan silsilah nenek moyang.
Selain mahir membuat patung, masyarakat adat suku Asmat juga pandai membuat peralatan rumah tangga, seperti kapak yang terbuat dari batu.
2. Seni Pertunjukan
Seni pertunjukan masyarakat suku Asmat tidaklah banyak, dalam artian hanya terbatas pada tarian adat yang berkaitan dengan upacara religi atau upacara kemasyarakatan lain.
Misalnya tari perang atau tari pergaulan yang biasa dibawakan oleh sekelompok penari laki-laki dan perempuan secara berpasangan.
Adapun gerakan tarian yang ditampilkan tidaklah rumit. Intinya adalah gerakan kaki dan badan yang dilakukan secara harmonis sesuai dengan iringan musik yang sederhana.

Tags: kayu ukiran