Seni Tenun Gedogan - Keindahan Tradisional dalam Kerajinan Jarum dan DIY
Catatan kaki [ sunting | sunting sumber ]
- ^ ab Rujukan kosong (bantuan)
- ^ Islami, Cantika Nur (2019-07-25). "Mempelajari Perbedaan Alat Tenun Gedog dan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM)". Indonesian Craft (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-02-26 . Diakses tanggal 2020-04-01 .
- ^ Ariani, Novi (2020-03-05). "Sejarah Tenun Ikat di Indonesia". Indonesian Handwoven (dalam bahasa Inggris) . Diakses tanggal 2020-07-11 .
- ^"Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM)/ Kasuksak – LPK ANUGRAH – PENGRAJIN SONGKET TENUNAN" . Diakses tanggal 2020-04-01 .
Artikel bertopik tekstil ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.
Permasalahan Alat Tenun Bukan Mesin Saat Ini
Kapasitas ATBM hanya mampu menghasilkan kain tenun sebanyak 60 meter selama 3-4 hari yang dikerjakan oleh 3 orang operator. Akhir akhir ini banyak tenaga kerja dari industri pengrajin ATBM yang mulai enggan menenun lagi, karena kebanyakan usia penenun ini sudah tua dan produktivitas yang menurun.
Karena seperti yang kita tahudibutuhkan tenaga yang kuat terutama tangan dan kaki. Alat tenun bukan mesin (ATBM) yang selama ini dimiliki pengrajin masih bersifat manual dalam pengoperasiannya.
Alat Tenun Mesin Sebagai Solusi Dalam Memenuhi Permintaan Pasar
Melihat banyaknya permintaan pasar akan kain tenun, tentu saja membuat pengerjaan kain tenun menggunakan ATBM dirasa kurang efisien. Sehingga muncul apa yang kita kenal sebagai alat tenun mesin. Alat tenun mesin memiliki kelebihan dalam segi hal efisiensi waktu dan biaya produksi, karena pengerjaannya sepenuhnya menggunakan mesin.
Namun, keberadaan alat tenun mesin ini tentu dapat mengancam keberadaan penenun tradisional yang masih menggunakan alat tenun gedogan atau alat tenun bukan mesin.
Itulah sebabnya perlunya peran aktif dari berbagai pihak termasuk pemerintah untuk ikiut melestarikan kebudayaan menenun dengan cara tradisional. Penting untuk mengenalkan dan mengajarkan generasi muda agar mereka memiliki minat dalam mengembangkan kain tenun di Indonesia.
Detail alat tenun ATBM
Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) | Ahmad Saifulloh/Shutterstock
Berbeda dengan alat gedog yang sudah ada sejak zaman leluhur, ATBM merupakan alat yang dihadirkan sebagai solusi untuk memenuhi industri tekstil rumahan yang sudah berjalan sebelum Indonesia merdeka.
ATBM sendiri merupakan pengembangan dari alat tenun model TIB, yaitu Textile Inrichting Bandung, sebuah lembaga yang sudah lebih dulu menghadirkan alat tenun dengan sistem yang lebih modern pada tahun 1912.
ATBM pertama kali digunakan di Kabupaten Wajo pada tahun 1950-an, di mana pada awalnya hanya digunakan untuk memproduksi kain sarung Samarinda. Baru pada tahun 1980-an mulai digunakan untuk memproduksi sarung sutra dengan motif balo tettong.
Jika melihat dari segi bagian tentu komponen yang dimiliki dari ATBM lebih kompleks, namun sebenarnya ada beberapa bagian yang memiliki fungsi sama seperti pada alat tenun gedog, hanya saja penamaannya berbeda.
Yang paling mencolok, ATBM memiliki injakan atau pedal berupa dua buah kayu panjang yang terletak di bagian bawah alat tenun, injakan tersebut akan digerakkan dengan kaki dan berfungsi untuk mengatur naik turunnya benang lungsi pada saat melalui proses keluar masuk rangkaian benang pakan dalam proses menenun.
Karena itu selain kain yang diproduksi oleh mesin, sebagian besar kain tenun yang selama ini banyak beredar di pasaran sebenarnya merupakan buatan ATBM, yang harganya terbilang jauh lebih murah dibanding kain hasil alat tenun gedog
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
Tags: tenun alat