Peluang Bisnis Kerajinan Batu Alam dalam Dunia Rajutan dan DIY di Indonesia
Minat Wisatawan Seluruh Dunia untuk Pariwisata Berbasis Komunitas Indonesia
Baru-baru ini, sebuah snapshot dari Google Trends mengungkapkan data menarik tentang popularitas atau ketertarikan turis global terhadap pariwisata berbasis komunitas. Di puncak daftar, kita temukan Sri Lanka dengan skor sempurna, diikuti oleh Filipina dan Kenya berbagi posisi dengan skor yang mengesankan.
Indonesia berdiri tidak kalah jauh. Data terbaru menunjukkan bahwa negara kita mengisi posisi keempat paling populer untuk dikunjungi dalam hal pariwisata berbasis komunitas, sejajar dengan Malaysia.
Minat ini mencerminkan dinamika sosial dan budaya yang kaya, serta keingintahuan wisatawan yang mendalam terhadap masyarakat Indonesia. Namun, apa yang sebenarnya menarik perhatian wisatawan global? Ini menandakan adanya sebuah narasi yang lebih besar, sebuah cerita tentang perlunya inovasi pada pariwisata berbasis komunitas di Indonesia.
Meski begitu, minat publik terhadap pariwisata berbasis komunitas juga mengalami pasang surut. Grafik Google Trends menunjukkan pada Mei 2023, kita melihat adanya peningkatan minat yang signifikan, mencapai puncaknya. Ini mungkin menandakan sebuah liburan musim panas yang sangat ditunggu-tunggu.
Menjelang September 2023, ada sedikit lonjakan kembali, mungkin karena adanya banyak yang mencari info liburan musim dingin. Ketika kita memasuki akhir Desember 2023, ada penurunan tajam. Mungkin ini disebabkan oleh pergeseran fokus publik ke kegiatan liburan dan perayaan bersama keluarga dan teman-teman.
Artinya, tidak ada yang konstan dalam minat pariwisata berbasis komunitas. Namun, jika ditarik rata-rata, minat wisatawan dunia terhadap program ini selalu ada. Karenanya, penting untuk terus memantau dan memahami dinamika ini agar kita dapat tetap relevan dan menyesuaikan strategi kita.
Dampak Pandemi dan Peluang Pertumbuhan
Pandemi COVID-19 memberikan berbagai dampak bagi seluruh lapisan masyarakat. Industri kerajinan juga terdampak akibat penyakit menular lewat tetesan ini. Dampaknya banyak terasa pada biaya logistijk yang meningkat.
Contohnya adalah hambatan proses pengurusan sertifikat layak fungsi, masih berlakunya sistem verifikasi legalitas kayu yang meningkatkan biaya, stabilitas harga dan pasokan kayu, kelangkaan bahan baku rotan, dan masalah bahan-bahan penunjang produk kerajinan seperti mur, baut, dan juga kain tekstil.
Pelaku UKM mebel dan angkota HIMKI menyebutkan bahwa terjadinya peningkatan biaya muat barang sebesar 500% pada 2020. Di mana sebelum pandemic, biaya muat berkisar 2.800 dolar AS unuk mengirim barang ke Jerman. Sedangkan saat pandemic ini, harganya naik menjadi 12.800 dolar AS untuk mengirimkan barang ke Jerman dan membutuhkan sekitar 20.000 dolar AS untuk mengirimkan barang ke Amerika Serikat.
Ketua Presidium Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia menyatakan bahwa tetap optimis dengan kondisi pemulihan sekarang ini. Ia menuturkan bahwa industry ini masih memiliki peluang yang besar dan akan terus mengalami pertumbuhan.
Ia juga percaya bahwa dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam yang melimpah selagi memperbaiki dan meningkatkan kualitas dari sumber daya manusia dapat menjadikan Indonesia sebagai pemimpin pasar untuk industri kerajinan di Asia Tenggara.
Peluang ini juga sejalan dengan hasil penelitian Research And Markets yang menyebutkan bahwa infusti furnitur dan kerjinan global akan tumbuh sebesar 18,9% atau menjadi 671,07 miliar dolar AS yang sebelumnya sebesar 564,17 miliar dolar AS.
Tags: kerajinan usaha indonesia bisnis