... Benang Lawe: Panduan Komprehensif untuk Seni Jahit dan Kerajinan DIY

Seni Memintal yang Memukau - Mengenal Benang Lawe dalam Kerajinan dan DIY

TATA CARA PELAKSANAAN

1. Acara mitoni didahului dengan sungkeman calon ibu dan calon ayah kepada eyang putri dan eyang kakung dari pihak calon ibu (CI), dilanjutkan eyang putri dan eyang kakung pihak calon ayah (CA).

2. Sungkeman CI dan CA kepada eyang-eyang dan sesepuh berjumlah tujuh (7) orang.

  1. Suami
  2. Eyang putri CI
  3. Eyang kakung CI
  4. Eyang putri CA (eyang kakung dari pihak saumi/ Calon Ayah (CA) tidak melakukan siraman karena bukan mahrom.
  5. Eyang sesepuh 7 orang

5. Calon ayah (CA) membelah kelapa cengkir sampai air kelapa keluar.

CA harus membelah dengan sekali ayun dan sekali tebas, hal ini diharapkan kelak CI tidak mengalami banyak kesulitan ketika melahirkan sang anak.

Pada acara adat mitoni, prosesi ini sering dikaitkan dengan jenis kelamin si jabang bayi. Jika air kelapa memancar keluar, pertanda bayinya laki-laki. Jika air kelapa hanya merembes, pertanda bayi tersebut perempuan.

Sekarang ini acara mitoni dan prosesi tersebut hanya sebagai simbol dan doa keselamatan bagi si jabang bagi seiring kemajuan jaman yang bisa memperkirakan jenis kelamin janin dengan bantuan teknologi.

6. CA membuka tali janur pada kain CI dengan sekali potong dengan menggunakan pisau yang sudah diberi doa-doa, sebagai simbol membuka jalan lahir, agar dimudahkan proses persalinannya kelak.

7. Brojolan (Simulasi melahirkan).

Dalam acara adat mitoni, diadakan rangkaian acara brojolan yang merupakan simbol dan doa serta simulasi proses melahirkan.

Cengkir dimasukkan melalui bagian dalam kain CI oleh eyang putri CI, lalu eyang putri CA bertugas untuk menangkap di bawahnya. Ketika cengkir itu berhasil ditangkap, CI akan mendoakan, yang artinya : lelaki atau perempuan tak masalah. Kalau lelaki hendaknya tampan seperti kumojoyo, dan jika perempuan semoga cantik layaknya kumoratih.

Lalu, layaknya bayi sungguhan, cengkir akan digendong oleh eyang putri CA dan dibawa lalu ditidurkan di kamar.

Asal Usul Mantra Jaran Goyang

Jaran goyang merupakan ajian pelet tingkat tinggi yang hampir dikenal oleh seluruh pelosok Indonesia. Asal usul jaran goyang adalah karya dari seorang spiritualitas terkenal pada zamannya yaitu mpu bernama Ki Buyut Mangun Tapa.

Ki Buyut Mangun Tapa adalah seorang ahli spiritualitas yang menciptakan karya-karya spiritual, salah satunya yaitu mantra pelet. Beliau menyusun sebuah kitab Kejawen berisi tentang berbagai rahasia tentang berbagai rahasia ilmu percintaan. Kitab tersebut diberi nama Mantra Asmara, menurut kepercayaan kitab ini sempat direbut oleh Nini Pelet dan digunakan untuk perbuatan jahat.

Baca Juga: Doa Kejawen Keselamatan Paling Ampuh dan Terlengkap

1. Lagu Jaran Goyang

“Apa salah dan dosaku, sayang. Cinta suciku kau buang-buang. Lihat jurus yang kan kuberikan. Jaran goyang, jaran goyag

Masyarakat Jawa hanya mempercayai ilmu hitam untuk menyakiti dan ilmu putih untuk menyembuhkan, tetapi masyarakat osing mempercayai adanya 4 ilmu hitam yaitu ilmu merah, ilmu putih, ilmu kuning, dan ilmu hitam. Ilmu merah berkaitan dengan perasaan cinta, ilmu hitam untuk menyakiti, ilmu kuning untuk sebuah jabatan, dan ilmu putih untuk menyembuhkan.

Di mana santet sendiri bukanlah ilmu untuk menyakiti atau membunuh, akan tetapi merupakan akronim dari mesisan gantet yang artinya sekalian bersatu atau bisa juga mesisan bantet atau sekalian rusak. Hal tersebut merujuk dari fungsi sosial mantra santet jaran goyang untuk menyatukan dua orang agar bisa menikah atau memisahkan kedua orang yang mencintai, supaya dapat menikah dengan pasangan pilihan keluarganya.

2. Tarian Jaran Goyang

Tarian jaran goyang yaitu tari yang menceritakan seorang pria mencintai seorang wanita tetapi ditolak. Kemudian, seorang pria tersebut merapalkan mantra jaran goyang lalu melemparkan buna kepada sang gadis hingga gadis tersebut jatuh cinta dan tergila-gila pada sang pria.

Curug Lawe, Mitos Cinta Segitiga Di Kaki Gunung Ungaran

Curug Lawe bisa jadi salah-satu opsi tempat wisata Semarang saat liburan tiba. Suasananya nyaman, tenang, sejuk, serta jalur trekkingnya tidak terjal.

Selain itu, kunjungan wisata ke Curug Lawe layaknya sekali mendayung, dua pulau terlampaui. Karena di kawasan tersebut terdapat curug, atau air terjun lainnya yang bernama Curug Benowo.

Ke dua curug tersebut merupakan curug yang tidak bisa dipisahkan dari balutan cerita mitos, atau legenda, di balik pesona keindahannya.

Lokasi wisata yang satu ini pun diberi nama CLBK yang merupakan akronim dari Curug Lawe Benowo Kalisidi. Berikut ulasan lengkapnya:

MITONI ATAU TINGKEPAN, SERBA-SERBI DAN TATA CARA

Upacara adat MITONI adalah salah satu acara adat Jawa yang masih sering dilaksanakan hingga sekarang.


MITONI diartikan juga sebagai syukuran kehamilan anak pertama saat kehamilan mencapai usia 7 bulan. Mitoni sendiri berasal dari kata Pitu (7) yang artinya tujuh batau tujuh bulan.

Mitoni, acara adat jawa yang hingga kini masih terus dilestarikan
dalam balutan yang lebih modern

Tags: benang adalah lawe

`Lihat Lagi
@ 2024 - Tenun Indonesia