Kain Tenun Sulawesi - Keindahan Tradisi dan Keterampilan DIY dalam Kerajinan Sulam1 / 2
Motif Kain Tenun Sumba
Di Sumba Timur motifnya ramai dan unik serta rumit. Motifnya pun dominan fauna. Sedangkan di Sumba Barat, kain tenunnya lebih mencerminkan kesederhanaan dan berhias garis-garis halus indigo. Permukaannya polos tanpa ornamen dan hanya di sebagian area penuh gambar garis simetris seperti kotak dan segitiga dengan kombinasi menyerupai bunga.
Untuk kain Sumba yang dikenakan pria dan wanita pun berbeda motifnya. Pada kain untuk laki-laki motifnya seringkali berupa garis, titik-titik, dan mamoli di tepinya. Sedangkan pada kain wanita berupa belah ketupat (mata kerbau) dan segitiga (ekor kuda).
Motif tersebut berasal dari dari benda-benda yang pihak lelaki berikan sewaktu meminang seorang gadis. Mamoli yang merefleksikan seksualitas seorang wanita akan tergambar pada kain untuk laki-laki. Sementara mata kerbau dan ekor kuda yang ada pada kain tenun untuk wanita, merupakan simbol maskulin. Pada acara adat, kedua kain ini selalu hadir berpasangan.

Tradisi dan Kain Tenun Donggala
Suku Donggala sering memakai kain tenun ini untuk keperluan perlengkapan pakaian adat Suku Pamona dan Suku Kaili. Konon, tenun ikat Donggala terlebih dulu ada sebelum Suku Bugis bermigrasi ke Donggala.
Menurut legenda tradisi Donggala zaman dahulu, kain tenun ini adalah hasil kerajinan dari wanita asli Donggala yang mendapat keahlian dari Dewa Tomanurun. Menurut legenda Dewa Tomanurun turun dari langit ke bumi dan mulai mengajarkan beberapa kepandaian – kepandaian yang potensial seperti halnya menenun kain.
Kegiatan menenun ini dilakukan banyak kaum wanita di suku Donggala sebagai selingan saja. Disamping itu juga melakukan kegiatan lain seperti mengasuh anak dan juga mengelola rumah. Para suami mereka melakukan kegiatan melaut dalam jangka waktu yang cukup lama, istri sibuk dengan kegiatan menenun. Aktifitas ini dapat menjadi kegiatan mengisi waktu luang istri yang ditinggal melaut oleh suami mereka.
Dalam tradisi Donggala, kain tenun ini memiliki makna yang mendalam. Karena melalui kegiatan menenun inilah para istri mencurahkan isi hatinya dan emosi mereka selama suami mereka
berlayar. Inilah sebabnya banyak tenun di berbagai daerah yang erat kaintannya dengan kondisi dan situasi tata kehidupan masyarakat setempat.
Penulis : Nur Aziz

Kain Tenun Berkualitas
Donggala memang terkenal sebagai penghasil kain tenun yang berkualitas dan bercorak indah. Karena tenun daerah ini berbahan dasar kain sutra yang diberikan tenunan – tenunan benang perak dan emas. Selembar sarung tenun Donggala asli dibuat dari benang yang halus dan berwarna – warni bak pelangi.
Satu lagi keunikan dari kain ikat Donggala adalah kain tenunnya memiliki motif yang umum atau bersifat universal. Jadi siapa saja baik dari kalangan atas maupun bawah bisa menggunakan kain tenun ikat ini. Jadi dari sini kain Donggala memiliki makna persamaan derajat yang tersimpan. Tidak ada perbedaan atau diskriminasi dari kalangan bawah dan kalangan atas, semua memiliki derajat yang sama di mata Tuhan.
Hal ini sangatlah berbeda dengan kain tenun yang berasal dari daerah lain di Indonesia. Seperti halnya kain ulos atau kain tenun yang berasal dari pulau Nusa Tenggara. Di sana, ada motif kain tenun yang dikhususkan untuk para bangsawan atau pembesar suku.
Baca Juga : Tenun Aceh
Perbedaan yang mendasar ada dari sisi pemakai. Tenun ikat Donggala yang dibuat untuk kaum tua biasanya memiliki motif – motif dengan warna dasar yang cenderung gelap. Sedangkan gambar tenun Donggala untuk kaum muda memiliki motif dengan warna dasar cerah.

Pola Motif yang Khas
Ciri pertama dari kain tenun Sulawesi yang asli adalah pola motif yang khas dan unik. Setiap daerah di Sulawesi memiliki pola dan desain yang berbeda-beda, mencerminkan keberagaman etnis dan budaya. Misalnya, kain tenun Toraja dapat dikenali melalui motif geometris dan binatang-bintang yang menggambarkan mitologi setempat. Ciri ini menunjukkan bahwa setiap kain tenun Sulawesi memiliki identitasnya sendiri, membedakan satu daerah dari yang lain.
Setiap suku atau daerah memiliki pola dan motif khas dalam kain tenunnya. Berikut adalah beberapa contoh pola dan motif yang sering dijumpai di beberapa daerah di Sulawesi:
1. Toraja
Motif Binatang: Kain tenun Toraja sering dihiasi dengan motif binatang, seperti burung, kuda, atau babi. Binatang-binatang ini sering memiliki makna simbolis dan terkait dengan mitologi setempat.
Motif Geometris: Pola geometris, seperti garis-garis dan segitiga, juga sering muncul dalam kain tenun Toraja. Motif ini mencerminkan keindahan alam dan tanah tinggi Toraja.
2. Bugis-Makassar
Motif Ikat Celup: Kain tenun dari suku Bugis-Makassar sering menggunakan teknik ikat celup. Dari motif yang dihasilkan dari teknik ini bisa sangat beragam, termasuk motif bunga, daun, atau bahkan pola abstrak yang kompleks.
Motif Lalang: Motif lalang atau rumput laut adalah motif yang sering dijumpai. Lalang dianggap sebagai simbol keberuntungan dan keharmonisan dalam budaya Bugis-Makassar.
3. Bajo (Sulawesi Selatan)
Motif Kapal Lepa: Suku Bajo, yang banyak bermukim di pesisir Sulawesi Selatan, sering menggunakan motif kapal lepa dalam kain tenun mereka. Kapal lepa adalah kapal tradisional suku Bajo dan dianggap sebagai simbol keberanian dan petualangan.
4. Mamasa (Sulawesi Barat)
Motif Etnik Mamasa: Kain tenun dari daerah Mamasa sering dihiasi dengan motif etnik yang kaya warna dan detail. Motif ini mencerminkan sejarah dan identitas etnis Mamasa.

Tags: tenun ciri lawe