Seni Tenun - Eksplorasi Keindahan Daerah Penghasil Tenun dalam Kerajinan Tangan dan DIY
Upaya berbagai pihak dalam optimalisasi aset kerajinan kain dan tenun
Sebagai bentuk apresiasi serta mengoptimalkan aset yang dimiliki dalam konteks kekayaan budaya melalui kain tenun, upaya ekspansi kain tenun pun terus ditingkatkan.
Dikutip dari halaman resmi Kementerian Perindustrian bahwa target ekspor produk kain tenun dan batik pada tahun 2019 mampu menembus angka 58,6 juta dolar AS atau naik 10 persen dibanding capaian tahun 2018 sebesar 53,3 juta dolar AS.
Tercatat, ekspor kain tenun dan batik Indonesia mayoritas dikapalkan ke negara maju seperti Jepang, Belanda dan Amerika Serikat.
“Tenun dan batik merupakan high fashion yang nilai tambahnya tinggi, bukan sebagai komoditas. Maka itu, ekspor untuk industri ini terus kami dorong. Apalagi, sekarang Wastra Nusantara semakin beragam dan diminati konsumen global. Bahkan, tadi kami melihat ada substitusi sutra dari pabrik yang di Sukoharjo, Jawa Tengah,” ucap Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto saat pembukaan Pameran Adiwastra 2019 lalu.
Ditetapkannya Hari Tenun Nasional pada 7 September berkaitan dengan sejarah diresmikannya Sekolah Tenun pertama di Indonesia yakni pada 7 September tahun 1929 oleh dr. Soetomo di Surabaya.
Penetapan Hari Tenun Nasional, menjadi momentum untuk menggerakkan kegiatan tenun tradisional dan industri tenun juga secara otomatis, sekaligus mengembangkan tenun tradisional di seluruh Indonesia.
Harapannya, jika Hari Tenun Nasional sudah diresmikan pemerintah, kedepannya dapat diikuti dengan gerakan, wajib menggunakan busana tenun di hari kerja, mulai dari instansi pemerintah maupun swasta, seluruh sekolah negeri maupun swasta.
"Tenun layak diperlakukan seperti kita mengenakan dan memposisikan batik. Kita perlu terus mendukung perkembangan pembinaan perajin tenun Indonesia agar berkembang lebih banyak sekaligus dapat meningkatkan produksi,” kata Anna selaku pendiri Komunitas Tekstil Tradisional Indonesia (KTTI) bersama Yayasan Cinta Budaya Kain Nusantara dan Asosiasi Pengrajin Tenun Indonesia.

5 Desa Tenun Penghasil Kain Tercantik di Indonesia, Pernah ke Sini?
Desa Prailiu (instagram.com/egirova)
Liburan gak melulu harus mengunjungi wisata alam. Kita juga bisa mengunjungi desa-desa unik yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Beberapa di antaranya justru terkenal sebagai desa tenun.
Masing-masing desa memiliki keunikan dan daya tariknya sendiri. Selain batik, kain tenun juga merupakan kain khas yang mencerminkan budaya Indonesia.
Kamu bisa melihat proses pembuatan bahkan belajar membuat kain tenun sendiri di desa-desa ini. Berikut beberapa desa tenun di bawah ini bisa masuk ke daftar liburanmu.

Keindahan Motif Tenun Jepara
Penggunaan ATBM dalam proses pembuatan tenun memang sangat berpengaruh pada penampilan fisik dan motif. Itulah kenapa motif-motif yang terlihat pada kain tenun Jepara sangat menarik dan unik. Beragamnya jenis dan motif tenun yang ada menunjukkan kreatifitas pengrajin tenun di daerah kelahiran RA Kartini tersebut.
Beberapa jenis motif yang biasa kita temukan pada tenun Jepara adalah jenis misris, blanket, rangrang dan baron. Motif-motif tersebut sangat khas dan tidak kita temukan pada setiap daerah penghasil tenun. Semua dapat di temuan di sentra Tenun Troso dengan proses pembuatan kerajinan yang masih tradisional.
Tidak heran jika tenun daerah ini sudah terkenal di berbagai daerah di Indonesia, seperti di Bali, Lombok, Jakarta. Toko tenun Jepara dapat kita temukan di daerah tersebut. Selain itu toko tenun online juga banyak yang menyediakan kain blanket, rangrang, misris CSM dan baron dari daerah yang juga penghasil ukir kayu ini. Anda dapat menemukan pengrajin yang jual kain tenun di marketplace online Shopee, Tokopedia, atau Bukalapak dengan mudah.

UMK kain dan tenun masih terpusat di Pulau Jawa
Produksi kain tenun dengan identitas khas suatu daerah menjadi potensi tersendiri bagi daerah tersebut. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa produksi kain tenun di Indonesia didominasi oleh industri kecil dan menengah yang berada di desa/kelurahan sebagai pusat produksi kain tenun daerah.
Dalam data potensi desa (Podes) berdasarkan keberadaan jenis dan industri kecil mikro, per tahun 2018 terdapat 19.063 desa yang memiliki produsen kain dan tenun di dalamnya.
Di level provinsi, jumlah desa yang memiliki Usaha Kerja Mikro (UMK) kain dan tenun terbanyak berada di Pulau Jawa dengan urutan pertama adalah Jawa Tengah, yang memiliki 3.800 desa dengan perajin kain dan tenun di dalamnya.
Sementara itu, Jawa Timur berada di urutan ke-2 dengan 2.777 desa perajin kain dan tenun dan Jawa Barat berada di urutan ke-3 dengan 2.496 desa perajin kain dan tenun.
Sebaran desa dengan pengrajin kain dan tenun di dalamnya. | Infografis: GoodStats
Jumlah UMK kain dan tenun terbanyak masih terpusat di Pulau Jawa dengan 125.722 unit per tahun 2018. Jumlah tersebut meningkat sekitar 4 persen dibandingkan data yang tercatat sebelumnya di tahun 2014 sebanyak 107.381 unit.
Namun, di saat UMK kain dan tenun masih terpusat di Pulau Jawa, daerah Maluku beserta kepulauan di sekitarnya justru menjadi daerah dengan persentase peningkatan tertinggi.
Pada tahun 2014, hanya terdapat 81 UMK kain dan tenun di wilayah Maluku. Sementara itu, pada tahun 2018 jumlah UMK kain dan tenun di Maluku meningkat tajam, sebesar 49,6 persen atau menjadi 406 unit.
Meningkatnya jumlah UMK kain dan tenun di Maluku tentu saja disebabkan permintaan pasar terhadap kain dan tenun khas Maluku meningkat sehingga unit produksi kian bertambah.
Selain itu, penyebab lain meningkatnya jumlah UMK perajin kain dan tenun di Maluku adalah kerja sama antara pihak-pihak dalam memasarkan kain dan tenun khas Maluku.
Minangkabau – Sumatera Barat
Satu lagi daerah di Sumatera yang terkenal sebagai daerah penghasil kain tenun. Minangkabau terkenal dengan tenun Pandai Sikek nya. Kain songket Pandai Sikek memang banyak terpengaruh dari kain songket Palembang. Tak hanya benang emas yang digunakan, fungsi kain songket Pandai Sikek pun hampir sama dengan kain songket Palembang.
Batak mungkin salah satu kota di Sumatera yang tidak terpengaruh oleh kain songket dari palembang. Batak mempunyai jenis kain sendiri yang disebut Ulos. Ulos adalah kain tenun khas Batak yang berbentuk selendang. Kain yang biasanya ditenun dengan benang berwarna emas dan perak ini didominasi oleh warna merah, hitam, dan putih.
Kain Ulos ini tidak boleh diberikan dari yang rendah kedudukannya kepada yang lebih tinggi, seperti dari anak ke orang tua. Jenis Ulos yang diberikan juga harus disesuaikan dengan ketentuan adat, karena setiap Ulos berbeda arti dan fungsinya.
Tags: tenun hasil