... Desa Tenun Sukarara: Tempat Terbaik untuk Belajar Kerajinan Jarum dan DIY

Keajaiban Desa Tenun Sukarara - Tradisi dan Keindahan di Dunia Rajutan

2. Motif Subahnale

Prinsip pola dimana – mana juga digunakan untuk membuat permukaan kain terisi seragam. Prinsip pola penyusuna berlawanan juga diterapkan dengan cara berlawanan dalam pengulangan warna. Di bagian bawah atau samping kain songket, terdapat beberapa gabungan motif geometris yang dijadikan sebagai pembatas tepi kain. Bentuk geometris gabungan tersebut menyerupai bentuk segitiga dan belah ketupat. Warna dasar yang digunakan dalam membuat songket motif subahnale ini adalah hitam dan merah marun.

Masyarakat Desa Sukarara percaya nama songket subahnale diangkat dari sebuah cerita yang sangat terkenal. Konon ada sebuah kisah yang menceritakan tentang seorang gadis penenun yang sedang membuat songket subahnale ini. Ketika proses menenun, gadis itu sangat lelah dan harus bersabar menunggu ketika kain songket ini selesai. Karena kerumitan motifnya, kain songket ini butuh waktu yang cukup lama dalam penyelesaiannya. Ketika proses menenun selesai, gadis itu terheran melihat keindahan kain yang dibuatnya sehingga mengucapkan kata subhanallah atau subahnale sebagai ungkapan pujian atas kekuasaan Allah Swt. Cerita inilah yang dipercaya masyarakat luas tentang sejarah awal mula kain songket subahnale.

Desa Adat Sukarara, Mengenal Adat dan Tradisi Lombok

Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Jam Buka :

Pukul 08.00 – 19.00 WITA setiap hari Senin – Minggu.

Tiket Masuk :

Peta :

Galeri :

Di Pulau Lombok selain ada destinasi wisata alam yang begitu memukau terdapat juga pesona desa adat yang juga sering dikunjungi wisatawan. Desa Adat Sukarara dikenal menjadi salah satu destinasi berlibur yang harus banget untuk dikunjungi.

Desa Adat Sukarara Lombok menjadi salah satu desa yang menghasilkan karya kain tenun Lombok. Sebagian besar masyarakat Desa Sukarara merupakan penghasil kerajinan tenun songket khas Pulau Lombok yang sangat terkenal.

Ada satu hal yang unik dari desa adat yang satu ini, dimana perempuan-perempuan Sukarara yang diharuskan bisa menenun. Keharusan tersebut dianggap sebagai cara menjaga budaya nenek moyang dengan membuat suatu peraturan kepada seluruh masyarakat yang bernuansa kearifan lokal.

Keunikan Desa Sukarara

tenunsengkang.com

Selain keunikan kerajinan tangan dari Desa Sukarara Lombok, terdapat keunikan lain dari warga Desa Sukarara itu sendiri. Diketahui bahwa menenun merupakan salah satu syarat wajib bagi mereka yang ingin menikah. Hal ini sebenarnya bermaksud untuk melestarikan kerajinan tenun songket.

Selanjutnya, terdapat keunikan lainnya, yakni hasil tenunan yang unik terasa halus dan cocok untuk dipadukan dengan pakaian Anda sehari-hari, kain tenun yang dibuat langsung dari warga sekitar, menenun menjadi sebuah tradisi, dan terdapat rumah tradisional suku sasak.

Keterampilan warisan

Tenun Sukarara diwariskan turun-temurun di kalangan warga Desa Sukarara, terutama perempuan. Amin mengenal tenun sedari lahir karena ibunya yang warga Sukarara juga menenun. Begitu pula saudara-saudara perempuannya.

”Semua perempuan di Sukarara ini menenun. Mereka sementara berhenti menenun kalau tiba masa tanam dan panen padi. Di masa ini, sebagian besar penenun mengutamakan pekerjaan di sawah,” tutur Amin.

Awalnya, kain yang diproduksi digunakan sendiri. Sampai kini, kain-kain untuk upacara adat, seperti pernikahan, juga mereka tenun sendiri. Begitu pula dengan kain kafan juga ditenun di desa ini, bahkan menggunakan benang yang dipintal sendiri dari kapas.

Sukarara mulai kedatangan tamu yang hendak membeli kain tenun sekitar tahun 1980. Saat itu, menurut Amin, sudah ada warga Sukarara yang menjadi pengepul kain tenun dan dicari oleh tamu.

Amin melihat peluang yang belum tergarap, yakni mewujudkan ruang pamer yang lebih layak untuk memajang karya warga Sukarara. Apalagi, saat itu belum ada jalan bypass penghubung bandara dan Kota Mataram sehingga posisi Sukarara ”di belakang” desa lain yang kemudian lebih dikenal sebagai penghasil tenun.

Tahun 2002, Amin bersama teman-temannya meminta izin kepala desa untuk memanfaatkan balai karya desa untuk ruang pamer kain tenun warga. ”Waktu itu, tujuan kami ingin memudahkan tamu yang ingin mencari kain tenun Sukarara agar mereka tidak perlu keliling kampung untuk mencari kain tenun,” katanya.

Amin, yang sebelumnya bekerja sebagai pemandu wisata lokal di Lombok, juga sering mendapatkan informasi bila ada tamu atau pejabat yang akan berkunjung ke Sukarara. Ia lantas membagikan informasi itu kepada warga sekitar. Warga pun segera membawa kain tenun ke balai karya dengan harapan kain bisa terjual.


Tags: tenun

`Lihat Lagi
@ 2024 - Tenun Indonesia