Keajaiban Desa Tenun Sukarara - Tradisi dan Keindahan di Dunia Rajutan
Keterampilan warisan
Tenun Sukarara diwariskan turun-temurun di kalangan warga Desa Sukarara, terutama perempuan. Amin mengenal tenun sedari lahir karena ibunya yang warga Sukarara juga menenun. Begitu pula saudara-saudara perempuannya.
”Semua perempuan di Sukarara ini menenun. Mereka sementara berhenti menenun kalau tiba masa tanam dan panen padi. Di masa ini, sebagian besar penenun mengutamakan pekerjaan di sawah,” tutur Amin.
Awalnya, kain yang diproduksi digunakan sendiri. Sampai kini, kain-kain untuk upacara adat, seperti pernikahan, juga mereka tenun sendiri. Begitu pula dengan kain kafan juga ditenun di desa ini, bahkan menggunakan benang yang dipintal sendiri dari kapas.
Sukarara mulai kedatangan tamu yang hendak membeli kain tenun sekitar tahun 1980. Saat itu, menurut Amin, sudah ada warga Sukarara yang menjadi pengepul kain tenun dan dicari oleh tamu.
Amin melihat peluang yang belum tergarap, yakni mewujudkan ruang pamer yang lebih layak untuk memajang karya warga Sukarara. Apalagi, saat itu belum ada jalan bypass penghubung bandara dan Kota Mataram sehingga posisi Sukarara ”di belakang” desa lain yang kemudian lebih dikenal sebagai penghasil tenun.
Tahun 2002, Amin bersama teman-temannya meminta izin kepala desa untuk memanfaatkan balai karya desa untuk ruang pamer kain tenun warga. ”Waktu itu, tujuan kami ingin memudahkan tamu yang ingin mencari kain tenun Sukarara agar mereka tidak perlu keliling kampung untuk mencari kain tenun,” katanya.
Amin, yang sebelumnya bekerja sebagai pemandu wisata lokal di Lombok, juga sering mendapatkan informasi bila ada tamu atau pejabat yang akan berkunjung ke Sukarara. Ia lantas membagikan informasi itu kepada warga sekitar. Warga pun segera membawa kain tenun ke balai karya dengan harapan kain bisa terjual.
Jenis-jenis Motif Kain Tenun Songket Sukarara, Nusa Tenggara Barat
Oleh: Ani Rachman, Guru SDN No.111/IX Muhajirin, Muaro Jambi, Provinsi Jambi KOMPAS.com - Kain tenun songket sukarara merupakan salah satu kerajinan khas Nusa Tenggara Barat. Sukarara adalah nama sebuah desa yang cukup dikenal karena kegiatan masyarakatnya yang sangat menonjol di bidang penyediaan barang-barang cinderamata, terutama kain tenunnya. Kain dengan warna cerah menjadi ciri khas songket Desa Sukarara. Selain warna yang cerah, motif-motif pada kain tenun songket sukarasa juga menambah keindahan kain songket sukarara. Ada beberapa motif kain tenun songket sukarara yang terkenal. Jenis-jenis motif kain tenun songket sukarara adalah subahnale, komak, ragi genep, tapo kemalo, dan taman rengganis.
2. Motif Subahnale
Prinsip pola dimana – mana juga digunakan untuk membuat permukaan kain terisi seragam. Prinsip pola penyusuna berlawanan juga diterapkan dengan cara berlawanan dalam pengulangan warna. Di bagian bawah atau samping kain songket, terdapat beberapa gabungan motif geometris yang dijadikan sebagai pembatas tepi kain. Bentuk geometris gabungan tersebut menyerupai bentuk segitiga dan belah ketupat. Warna dasar yang digunakan dalam membuat songket motif subahnale ini adalah hitam dan merah marun.
Masyarakat Desa Sukarara percaya nama songket subahnale diangkat dari sebuah cerita yang sangat terkenal. Konon ada sebuah kisah yang menceritakan tentang seorang gadis penenun yang sedang membuat songket subahnale ini. Ketika proses menenun, gadis itu sangat lelah dan harus bersabar menunggu ketika kain songket ini selesai. Karena kerumitan motifnya, kain songket ini butuh waktu yang cukup lama dalam penyelesaiannya. Ketika proses menenun selesai, gadis itu terheran melihat keindahan kain yang dibuatnya sehingga mengucapkan kata subhanallah atau subahnale sebagai ungkapan pujian atas kekuasaan Allah Swt. Cerita inilah yang dipercaya masyarakat luas tentang sejarah awal mula kain songket subahnale.
3. Motif Keker atau Merak
Bentuk motif keker atau merak ini meyerupai bentuk sepasang burung merak yang sedang bertengger di sebuah pohon. Seperti halnya motif yang lain, warna dasar yang biasa digunakan ialah warna warna gelap seperti biru tua atau hitam. Sedangkan warna motifnya sendiri akan menggunakan warna yang kontras dengan warna dasar seperti warna kuning cerah atau emas. Motif keker atau merak ini biasanya menutupi sebagian dari kain utama. Pola yang digunakan adalah pola berangkai dimana motif saling terhubung berarah horizontal. Prinsip pola yang diterapkan adalah prinsip pengulangan linier dimana motif mengalami pengulangan dari garis yang pasti. Isian juga ditambahkan di beberapa bagian kain dengan motif geometris untuk mengisi area kain. Motif isian tersebut merupakan gabungan motif geometris yang menyerupai bunga. Motif geometris juga terdapat pada pinggiran kain yang digunakan sebagai hiasan pinggir kain songket. Motif yang digunakan adalah motif geometris bentuk meander dan pilin serta gabungan bentuk garis yang membentuk segi tiga. Terkadang penenun akan menempatkan motif hiasan pinggir di bagian bawah atau pun samping kain.
Merak merupakan salah satu jenis burung yang sangat indah. Keindahan burung merak bisa dilihat ketika ekor burung merak sedang mekar. Hal ini akan terjadi ketika burung merak akan memasuki masa kawin. Keindahan bentuk dan warna burung merak sangat indah dengan sebuah mahkota diatas kepalanya menjadikan burung merak terlihat seperti seorang putri atau pangeran dengan gaun yang menawan. Keindahan burung merak menginspirasi masayarakat Desa Sukarara membuat songket motif keker atau merak.
Motif keker atau merak juga sering disebut sebagai motif bulan madu karena motif ini merupakan motif yang melambangkan cinta suci yang abadi. Perlambangan cinta yang abadi bagi masyarakat Desa Sukarara diungkapkan dengan motif sepasang burung merak yang sedang memadu kasih. Kain songket keker atau merak ini biasa digunakan masyarakat saat pergi ke pesta. Sebagian besar masyarakat juga percaya jika pasangan pengantin menggunakan kain ini saat prosesi adat perkawinan akan membuat hubungan cinta mereka abadi selamanya.
Daya Tarik Desa Adat Sukarara
Kerajinan Tenun Lombok
Desa Adat Sukarara memiliki daya tarik tersendiri dikalangan wisatawan, desa yang satu ini dikenal sebagai destinasi wisata yang menghasilkan kain tenun. Kain tenun yang dibuat di desa ini ditenun secara langsung oleh perempuan yang ada di desa ini.
Proses pembuatan kain tenun ditempat ini dilakukan secara tradisional dengan bahan pewarna yang juga alami. Sehingga kain yang dihasilkan sangat cantik dan indah.
Kain tenun yang diproduksi kebanyakan adalah songket. Songket yang dihasilkan pun sudah banyak dipasarkan secara internasional.
Wisatawan yang berkunjung pun bisa langsung mencoba untuk belajar menenun. Ada banyak perempuan di desa ini yang mendemonstrasikan keterampilan dalam menenun motif yang berbeda-beda.
Proses belajar pun dilakukan secara perlahan, mulai dari memasukkan benang, membuat motif, hingga menjahitnya.
Rumah Adat Suku Sasak
Di Desa Adat Sukarara wisatawan juga dapat melihat-lihat bentuk bangunan rumah adat suku Sasak yang biasanya disebut dengan sade. Rumah adat suku sasak ini memiliki arsitektur bangunan yang terbuat dari bahan-bahan tradisional seperti kayu dan ilalang.
Bangunan rumah ada suku Sasak ini terdapat pada bagian depan Desa Sukarara yang terdiri dari dua bangunan. Wisatawan bisa berfoto dan melihat ke bagian dalam rumah adat tersebut.
Menggunakan Pakaian Suku Sasak
Wisatawan yang datang berkunjung ke Desa Adat Sukarara bisa berkeliling-keliling dengan menggunakan baju adat tradisional Suku Sasak.
Pakaian adat untuk perempuan disebut dengan lambung dan songket, sedangkan pakaian untuk laki-laki disebut dengan pegon. Pakaian adat ini biasanya berwarna hitam dengan sedikit hiasan.
Tags: tenun