Seni Merajut Sejarah - Gambar Fatmawati dan Kecantikan dalam Menjahit Bendera
Kesulitan mendapatkan kain berwarna merah dan putih
Namun untuk mendapatkan bahan berwarna merah dan putih tidaklah mudah. Berkat bantuan Shimizu, orang yang ditunjuk oleh Pemerintah Jepang sebagai perantara dalam perundingan Jepang-Indonesia, Fatmawati akhirnya mendapatkan kain merah putih.
Seperti yang dikutip dari berbagai sumber, Ibu Fatmawati menjelaskan kepada Shimizu bahwa bendera Merah Putih yang pertama kali dikibarkan di Gedung Pegangsaan Timur kainnya berasal dari Shimizu. Dan satu-satunya kain Merah Putih yang diberikan Shimizu kepada Ibu Fatmawati adalah bendera yang berasal dari Gedung Pintu Air itu," tulis Chaerul.
Fatmawati, 17 Agustus, dan Kain Bendera
Brainies, kalau kamu ingat, perjuangan bangsa Indonesia untuk merdeka tidaklah mudah. Bahkan, sempat terjadi perdebatan antara golongan muda dengan golongan tua yang menimbulkan peristiwa Rengasdengklok pada 15 Agustus 1945. Golongan muda mendesak Soekarno dkk untuk segera menyatakan kemerdekaan.
Berkat bantuan Hitoshi Shimizu lewat perantara Chairul Basri, kain itu sampai di tangan Fatmawati dari sebuah gudang Jepang di kawasan Pintu Air, Jakarta Pusat. Hanya itu satu-satunya kain yang bisa dijahit untuk bendera. Sambil menitikkan air mata, Fatmawati menjahit kain tersebut menggunakan mesin jahit tangan. Sebab, ia tak diizinkan menggunakan mesin jahit kaki lantaran tengah hamil tua.
Teman-teman, pernahkah kamu berkunjung ke daerah Jakarta Selatan? Ada salah satu rumah sakit bersejarah yang terletak di Cilandak. Ya, benar! Namanya Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati. Kira-kira apa sih hubungan rumah sakit ini dengan Sang Ibu Negara?
Teringat ayahandanya, H. Hassan yang mengidap asma, Bu Fatmawati prihatin dengan kondisi anak-anak yang terserang penyakit TBC di kawasan pemukiman padat penduduk. Ia bersikeras untuk membantu pengobatan anak-anak tersebut dengan mendirikan sanotarium (rumah sakit untuk penyakit jangka panjang) khusus anak.
RSUP Fatmawati di Cilandak (sumber: metrosindonews.com)
Gagasan ini disambut baik oleh kolega dan masyarakat. Dana dikumpulkan dari hasil lelang peci dan pakaian sang suami, Ir. Soekarno, hingga terkumpul 28 juta rupiah. Psstt, pada saat itu, uang 28 juta rupiah masih banyak ya, teman-teman, sehingga cukup untuk modal awal membangun Yayasan Rumah Sakit Ibu Soekarno.
Dipilihlah Cilandak karena masih asri dan luas untuk menampung pasien. Tanggal 24 Oktober 1954, peletakkan batu pertama rumah sakit pun dimulai dan rampung pada tahun 1958. Tanggal 20 Mei 1967, Rumah Sakit Ibu Soekarno berganti nama menjadi RSUP Fatmawati. Pergantian ini diusulkan oleh Direktur Rumah Sakit yang menjabat kala itu, yakni Soehasim, serta diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin atas persetujuan masyarakat.
Pernah dirobek menjadi dua bagian
Bendera Pusaka pernah dirobek menjadi dua bagian yang berbeda, yakni berwarna merah dan berwarna putih. Hal ini dilakukan untuk mengamankan bendera pertama itu dari sitaan Belanda.
5. Bendera Pusaka disimpan di Istana Merdeka
Bendera Pusaka tidak lagi digunakan sejak 1968. Namun, selalu diikutsertakan pada upacara kemerdekaan setiap tahun yang diadakan di Istana Negara.
Bendera Pusaka disimpan dalam ruangan khusus bernama Ruang Bendera Pusaka di Istana Merdeka. Suhu dan kelembapan ruangan penyimpanan ini diatur sedemikian rupa agar Bendera Pusaka tetap awet dan tidak rusak.
6. Tidak hanya Indonesia yang memakai bendera merah putih
Ada beberapa negara di dunia yang memakai warna bendera merah dan putih, tetapi hanya ada satu negara yang benderanya persis dengan Indonesia. Negara tersebut adalah Monako di Eropa Barat.
Dulunya Monako sempat protes agar Indonesia mengganti warna bendera. Namun, karena hasil riwayat sejarah yang panjang dan simbol perjuangan, Indonesia tetap kukuh mempertahankan warna merah putih. Akhirnya disepakati agar rasionya saja yang dibedakan. Bendera Indonesia memiliki rasio 2:3, sementara Monako dengan rasio 4:5.
Anggota TNI Brigif Badik Sakti, dan Brimob B Pelopor, membentangkan Bendera Merah Putih berukuran 5 x 77 meter, di Puncak Gunung Lanyer, Parepare, Sulawesi Selatan, pada Selasa (16/08) kemarin.
Tags: jahit gambar fatmawati ende