... 10 Inspiratif Cara Menggunakan Gelang Kain Tenun dalam Kerajinan Tangan dan DIY

Seni dan Kreativitas - Memahami Keindahan Gelang Kain Tenun dalam Kerajinan Tangan dan DIY

Ragam Motif Tenun Insana

Dari segi desain ataupun motifnya kain tenun insana kebanyakan lebih banyak menggunakan motif-motif geometris. Masing-masing motif pada kain tenun inipun merupakan perwakilan dari suku-suku yang mendiami wilayah kerajaan dalam tatanan struktur adat setempat.

Untuk jenisnya tenun insana dapat dibedakan ke dalam dua macam kategori yakni berupa sotis dan buna.

Berikut ini adalah ragam motif kain tenun insana khas NTT yang perlu anda ketahui :

1. Motif Sotis

Tenun sotis banyak menerapkan konsep garis lurus dan konsep pencerminan pada motif tenunannya. Kain tenun motif lotis memiliki ciri kain yang memiliki banyak warna terang ataupun warna cerah.

Benang yang digunakan merupakan benang yang sudah diberi warna sebelumnya sehingga benang satu dengan benang lainnya nanti akan menciptakan suatu motif tertentu. Ciri lain dari kain tenun motif lotis adalah memiliki permukaan kain yang rata.

2. Motif Buna

Tenun buna banyak menerapkan konsep geometris seperti segi empat, garis lurus dan konsep pencerminan. Sama seperti dengan kain tenun motif sotis, kain tenun buna ini juga menggunakan warna-warna cerah.

Selain itu, tenun buna memiliki ciri permukaan kain yang tidak rata, ada bagian yang lebih tinggi seperti kain yang dibordir. Permukaan kain tenun buna bagian luar dan dalam hampir sama.

1. Pakaian Adat suku Rote

Suku Rote di Nusa Tenggara Timur mendiami Pulau dengan nama yang sama dengan nama sukunya yaitu Pulau Rote. Pakaian yang mereka kenakan merupakan hasil tenunan sendiri yang menggunakan bahan serat gewang. Mereka juga menggunakan pewarna alami untuk bahan kain tenunnya.

Para pria di suku Rote biasanya mengenakan pakain kemeja putih yang dipadukan dengan sarung tenun sebatas betis. Lalu menggunakan selempang dari kain tenun dan hafa berupa kain tenun yang dililit di pinggang. Tak lupa akesoris berupa topi ti’ilangga, habas berupa kalung, dan juga golok.

Sedangkan para kaum wanita mengenakan kain tenun yang dipakai seperti kemben dan bagian bawah menggunakan tenun ikat. Pada bahu kiri dilempangkan kain tenun, lalu pendi berupa ikat pinggang terbuat dari perak atau emas. Lalu hiasan kepala bulak moti atau bulan baru dan habas berupa kalung.

Proses Pembuatan Tenun Gringsing

Jangan kaget. Proses pembuatan Kain Tenun Gringsing amatlah sangat sulit dan membutuhkan ketekunan yang luar biasa. Bahkan dimulai sejak dari awal prosesnya, yaitu pemilihan Buah Kemiri. Buah kemiri, Aleurites moluccana, yang diambil langsung dari Hutan Tenganan sebagai bahan pembuat kain gringsing haruslah dipilih yang benar-benar matang dan sudah jatuh dari pohonnya.

Hal ini disesuaikan dengan awig-awig atau aturan adat setempat yang menyatakan bahwa beberapa jenis pohon tertentu seperti: kemiri, keluak, tehep, dan durian, yang tumbuh di atas tanah milik individu tidak boleh dipetik oleh pemiliknya sampai matang di pohon dan kemudian jatuh dengan sendirinya.

Dalam proses pembuatannya, Kain Tenun Gringsing dikerjakan dengan tangan dari awal hingga akhir proses. Benang yang digunakan merupakan hasil memintal dengan tangan menggunakan alat pintal tradisional. Sama sekali tidak menggunakan mesin.

Kemudian benang dipintal menjadi sehelai kain yang memiliki panjang (sisi pakan) dan lebar (sisi lungsi) tertentu. Saat merapatkan hasil tenunan, benang akan didorong menggunakan tulang kelelawar. Kain yang sudah jadi akan diikat mengikuti pola tertentu yang sudah ditentukan oleh juru ikat.

Proses pengikatannya menggunakan tali rafia dengan dua warna, yaitu merah muda dan hijau muda. Setiap ikatan akan dibuka sesuai proses pencelupan warna untuk menghasilkan motif dan pewarnaan yang sudah disesuaikan.

Pemanfaatan Tenun Insana

Dengan tampilannya yang sangat khas yakni berwarna cerah dan memiliki motif yang sangat menawan, kain tenun insana secara pada prinsipnya dapat dimanfaatkan untuk banyak keperluan. Berikut beberapa fungsi kain tenun insana jika dilihat dari sudut pandang budaya.

  • Kain tenun insana dapat difungsikan sebagai sarung, selimut dan selendang.
  • Sebagai pakaian untuk pesta dalam ritual-ritual adat seperti acara kematian, acara adat kawin-mawin dan penjumputan tamu.
  • Sebagai alat penghargaan dan pemberian perkawinan (mas kawin).
  • Sebagai mitos, lambang suku yang dijaga kelestariannya dan dihormati karena menurut kepercayaan suku tertentu.
  • Kain tenun insana dipercaya dapat melindungi pemakainya dari gangguaan alam, bencana, roh jahat dan lain-lain.
  • Untuk keperluan lain yang lebih luas kain tenun insana dengan warna yang colorfull sangat cocok dijadikan sebagai tas tenun, baju tenun atau aneka sovenir lainnya.

Mengenal Suku Dawan

Sebelum membahas lebih lanjut bagaimana keunikan tenun ikat amarasi, yuk kenalan terlebih dahulu dengan Suku Dawan. Sebab suku pemilik pakaian adat amarasi ini begitu menarik untuk dibahas. Mereka merupakan penduduk lokal yang mendiami Kecamatan Amarasi, Kabupaten Kupang, NTT, sehingga disebut pula sebagai suku amarasi.

Suku dawan sendiri sampai sekarang menempati seluruh wilayah Timor Barat, dan termasuk sebagai suku terbesar di Pulau Timor. Mereka memiliki budaya yang masih kental dengan nilai nilai moral warisan leluhur. Yang mana hingga saat ini masih diturunkan kepada anak dan cucu meski mulai tergerus seiring perjalanan waktu.

Suku yang memiliki nama pakaian daerah NTT amarasi tersebut juga dikenal dengan nama Suku Atoni Meto. Berasal dari dua kata atoni yang berarti manusia, dan meto yang berarti tanah kering. Masyarakat biasa menyebutkan ‘Atoni pah meto’ yang artinya orang orang dari tanah kering.


Tags: tenun

`Lihat Lagi
@ 2024 - Tenun Indonesia