Harga dan Keunikan Kain Tenun Serat Akar Kayu Cendana dalam Dunia Jahitan dan DIY
Emas hijau
Koenunu mengatakan Kabupaten Timor Tengah Selatan mencoba menarik orang untuk menanam kembali kayu cendana dengan menerbitkan Peraturan Nomor 24 Tahun 2001. Namun, peraturan itu tidak sepenuhnya memberikan hak kepemilikan kepada rakyat. Kebijakan mengharuskan pada saat panen, pemilik kayu cendana harus membayar retribusi sebesar 10% dari harga minimum yang ditentukan oleh bupati.
"Ini seperti melepaskan kepala tetapi masih memegang ekor. Orang-orang masih tidak peduli. Mereka lebih suka mengabaikan cendana, tidak ada yang istimewa dengan pohon-pohon itu.", kata Christian.
"Setiap pohon berusia 20-30 tahun sekarang bernilai 30 juta-40 juta rupiah.", kata Koenunu. Para pembeli kebanyakan berasal dari luar negeri dan membeli langsung dari pemilik tanah. Menurut Elizabeth, cendana yang tumbuh dengan baik di NTT masuk dalam jenis Santalum album, jenis yang menghasilkan minyak cendana terbaik di dunia.
Namun, antusiasme masyarakat untuk menanam dan melestarikan cendana masih terhalang oleh beberapa peraturan. Pasal 25/2011 dari Perda Timor Tengah Selatan dan peraturan lokal di kabupaten lain masih tidak melindungi hak-hak masyarakat. Hal ini dibicarakan saat Organisasi Kayu Tropis Internasional (International Tropical Timber Organization - ITTO) mulai bekerja di NTT melalui program FGLG dengan dukungan penuh dari Kementerian Kehutanan. Empat kabupaten yaitu Flores Timur, Alor, TTS, dan Sumba Timur diidentifikasi sebagai lokasi proyek.
Elizabeth mengatakan bahwa ketika program FGLG dimulai pada tahun 2010, tim segera meninjau peraturan yang ada dan menindaklanjuti dengan diskusi dengan semua pemangku kepentingan mulai dari pemerintah, parlemen, akademisi, hingga masyarakat umum.
Perlahan tapi pasti melalui pendekatan pengaturan, dua kabupaten yaitu Timor Tengah Selatan dan Sumba Timur, kini dalam proses mempersiapkan peraturan baru yang mendukung masyarakat. Peraturan baru di kabupaten Timor Tengah Selatan akan menggantikan Peraturan Nomor 25/2001. Satu titik penting misalnya tidak lagi mengharuskan pemilik membayar 10% dari harga jual minimum kepada bupati.

Motif-Motif Kain Endek
Kain ini memiliki motif ragam hias yang sangat bervariasi. Beberapa motif kain endek dianggap sakral bagi masyarakat Bali. Motif yang masih dianggap sakral yaitu motif patra dan encak saji, dimana motif ini hanya digunakan untuk kegiatan di pura dan untuk kegiatan keagamaan lainnya. Adapula motif dengan nuansa alam yang dapat digunakan untuk kegiatan-kegiatan sosial. Selain beberapa motif tersebut, ada juga motif endek rang-rang, motif wajik ukir, motif songket dan masih banyak motif-motif lainnya.
Untuk warnanya, kain tenun endek didominasi oleh warna-warna yang cerah seperti merah, oranye, ungu, kuning, biru dan hijau. Warna-warna ini merupakan warna yang cukup mudah dikombinasikan dengan warna-warna dari kebaya atau seragam. Selain itu, sifat dari kain endek adalah lembut, mudah diatur, dan memiliki kesan elegan untuk pakaian formal maupun non formal.

Motif kain tenun sumba timur
Salah satu motif Kain Tenun Sumba Timur yang paling terkenal adalah Motif Kuda. Motif kuda dalam kain tenun sumba adalah melambangkan kepahlawanan, keagungan dan kebangsawanan, karena kuda dianggap sebagai simbol harga diri masyarakat Sumba.
Selain itu ada juga motif kain tenun sumba timur berupa motif buaya atau naga menggambarkan kekuatan dan kekuasaan raja, motif ayam melambangkan kehidupan wanita dan motif burung, umumnya kakatua, melambangkan persatuan.
Selain itu, pada kain-kain yang kuno dijumpai pula motif mahang atau singa, rusa, udang, kura-kura, dan hewan lain.
Karena makna mendalam yang terkandung disetiap kain tenun ini yang membuat keunikan tersendiri dibandingkan dengan kain tenun lainnya.
Kain tenun yang dihasilkanpun biasanya sangat indah dan tentunya memiliki arti yang sangat besar bagi masyarakat sumba itu sendiri.
Tahukah kamu bahwa kuda juga hampir disejajarkan dengan arwah nenek moyang.
Kain tenun sumba timur ini tidak hanya dijadikan sebagai keperluan sehari-hari oleh masyarakat sumba, melainkan untuk keperluan penyambutan kelahiran, perayaan pernikahan hingga untuk pengantar orang yang sudah meninggal.
Cara pemakaian kain tenun ini untuk orang yang sudah meninggal yaitu dengan cara dibaluti disekujur tubuhnya dengan kain bermotif udang.
Biasanya orang sumba timur juga menjadikan kain tenun sebagai mata pencahariannya. Dari membuat atau menjual kain tenun, masyarakat sumba dapat menyekolahkan anak-anak dan memberi makan keluarga.

Tags: tenun kayu