... Panduan Lengkap: Harga Kain Tenun Serat Akar Kayu Cendana untuk Kerajinan Jarum dan DIY

Harga dan Keunikan Kain Tenun Serat Akar Kayu Cendana dalam Dunia Jahitan dan DIY

Pohon Masalah

"Di sini (kayu cendana) dianggap 'pohon masalah', 'kayu bermasalah' atau hau lasi. Anda memotongnya dengan salah, Anda bisa masuk penjara. Atau Anda bisa didenda hanya karena memotongnya."

Itulah yang dikatakan Yohanes Banoet, seorang petani dari desa Kuale'u, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT) ketika ditanya tentang bagaimana rasanya memotong pohon cendana di masa lalu. Trauma yang dibawa oleh 'pohon masalah' masih tertanam dalam ingatan Yohanes dan banyak anggota masyarakat lainnya di NTT. Aroma cendana adalah salah satu daya tarik bagi orang-orang Eropa ke Tanah Cendana (NTT) pada abad ke-15. Saat itu, NTT adalah satu-satunya wilayah di nusantara yang memproduksi cendana dan pohon-pohonnya melimpah.

Cendana menghasilkan minyak wangi yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan dalam industri kosmetik dan ritual berdoa bagi umat Hindu dan Budha. Cendana juga digunakan untuk membuat berbagai kerajinan tangan seperti kipas, manik-manik, rosario, dan alat tulis.

Menurut Elizabeth Lukas, Program Koordinator Kelompok Belajar Tata Kelola Hutan (Forest Governance Learning Group - FGLG), 'tradisi' itu berlanjut dengan pemerintah Indonesia saat ini. Pemilik pohon cendana adalah pemerintah, baik itu yang tumbuh di kawasan hutan maupun lahan masyarakat.

"Ketika NTT didirikan pada tahun 1958, (kayu cendana) dikendalikan oleh negara. Dan masih tetap seperti itu dalam pikiran masyarakat lokal sampai hari ini.", kata Lukas dalam sebuah wawancara di Kupang, NTT awal Desember 2012. Mantan kepala Dinas Kehutanan NTT mengatakan anggota masyarakat yang memotong pohon cendana di tanah mereka sendiri masih dapat dikenakan sanksi pidana dan dituduh mencuri.

Namun, untuk memenuhi kebutuhan hidup, orang sering dipaksa melanggar peraturan dan 'mencuri' kayu cendana di tanah mereka sendiri: “Saya pernah bertanya apa maksud mereka dengan mencuri. Mereka menjawab, 'Jika pemerintah tidak ada di sana, kami mencuri pohon-pohon.' Kasihan sekali bukan?", kata Lukas.

Mengenal Kain Endek, Tenun Ikat Khas Bali

Keindahan dari Pulau Dewata memang tidak ada habisnya, pasalnya pulau ini memiliki berbagai panorama dan keindahan pantainya yang tak bisa dipungkiri lagi. Selain itu, Bali juga memiliki kekayaan arsitektur candi-candi dan menjadi salah satu keagungan dan daya tarik karya seni mereka. Pulau Bali juga turut andil dalam perkembangan kain tenun tradisional Indonesia. Salah satunya yaitu kain Tenun Endek, yang mana kain tenun ini seolah-olah merangkum keindahan alam khas Bali.

Saat ini, produksi kain tenun endek sudah mulai menggunakan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin). Hingga kini kain endek bisa dijumpai di Kabupaten Karangasem, Gianyar, Buleleng, Negara, dan Denpasar.

Nama Endek sendiri berasal dari bahasa setempat dan memiliki arti yang unik. Dimana arti Endek adalah ”gendekan” atau ”ngendek” yang berarti diam atau tetap. Nama tersebut muncul ketika proses pembuatannya, yaitu ketika benang diikat dan dicelup ke pewarna namun warnanya tetap atau tidak mudah berubah. Proses pewarnaan benang tenun ini disebut dengan istilah”ngendek”.

Untuk menghasilkan selembar kain tenun endek dibutuhkan waktu kurang lebih 3-8minggu bahkan bisa lebih, bergantung pada tingkat kerumitan pola dan motif yang ingin dibuat. Namun saat ini sudah bisa menggunakan peralatan yang modern dengan hasil produksi yang bisa lebih banyak dan biaya produksi yang lebih murah.

Kain ini banyak dijumpai di Bali dengan bentuk lembaran, sarung atau selendang. Yang mana kain tenun endek dalam model sarung biasanya digunakan untuk kaum laki-laki, sedangkan untuk lembaran kain panjang digunakan wanita untuk baju kemben.

Penggunaan Kain Tenun Endek Bali

Pengerjaan kain tenun endek sempat mengalami pasang surut karena proses pembuatannya yang sangat lama. Tapi hingga saat ini kain tenun endek masih dilestarikan oleh kaum wanita Bali karena Pemda setempat memberikan apresiasi yang cukup tinggi.

Kain endek ini berbentuk lembaran atau kain panjang, sarung, dan selendang yang disebut dengan istilah anteng. Sarung kain endek umumnya dipakai oleh kaum lelaki Bali dengan ciri khas sambungan di bagian tengah ataupun samping. Sedangkan kaum wanita menggunakan lembaran kain panjang tanpa sambungan.

Kain endek untuk perempuan ini mempunyai ciri khas berupa motif hias ikat di bagian pinggir sedangkan bagian tengahnya tetap berwarna polos. Berbeda dengan kain endek jaman sekarang yang juga dihiasi satu motif di bagian tengahnya. Selain itu berikut beberapa fungsi dari kain endek:

1. Pelengkap acara adat

Awalnya kain endek hanya digunakan untuk melengkapi acara adat atau upacara keagamaan. Tak sedikit masyarakat yang memakai kain ini untuk menghadiri acara-acara besar dan sembahyang ke pura.

2. Seragam sekolah

Pemerintah Bali pun membuat kebijakan sekolah dan kantor sebagai seragam wajibnya sebagai upaya pelestarian tenun endek di provinsi Bali.

3. Kerajinan tangan

Kain endek juga dibuat beragam produk inovasi diantaranya yaitu kipas, tas, hiasan dinding dan berbagai dekorasi rumah lainnya.

4. Simbol ikatan tali persaudaraan

Pada prinsipnya kain endek adalah pakaian yang berfungsi untuk menutupi tubuh, ikatan tali persaudaraan dan cindera mata pada teman ataupun sahabat.

5. Dipercaya sebagai penolak bala

Kain tenun endek juga digunakan sebagai unsur dekoratif di tempat upacara di pura, rumah, atau di pusat desa. Kain endek cepuk dan babali dipercaya mampu menolak hal-hal negatif atau penolak bala. Sementara tenun endek dengan motif gringsing diyakini mampu menangkal wabah penyakit.

Motif-Motif Kain Endek

Kain ini memiliki motif ragam hias yang sangat bervariasi. Beberapa motif kain endek dianggap sakral bagi masyarakat Bali. Motif yang masih dianggap sakral yaitu motif patra dan encak saji, dimana motif ini hanya digunakan untuk kegiatan di pura dan untuk kegiatan keagamaan lainnya. Adapula motif dengan nuansa alam yang dapat digunakan untuk kegiatan-kegiatan sosial. Selain beberapa motif tersebut, ada juga motif endek rang-rang, motif wajik ukir, motif songket dan masih banyak motif-motif lainnya.


Untuk warnanya, kain tenun endek didominasi oleh warna-warna yang cerah seperti merah, oranye, ungu, kuning, biru dan hijau. Warna-warna ini merupakan warna yang cukup mudah dikombinasikan dengan warna-warna dari kebaya atau seragam. Selain itu, sifat dari kain endek adalah lembut, mudah diatur, dan memiliki kesan elegan untuk pakaian formal maupun non formal.

Mengenal Kain Tenun Indonesia

Negara-negara yang banyak memberi pengaruh pada tenunan Indonesia seperti India, Persia, Cina, Eropa, Vietnam, Myanmar, dan Thailand.

Pada prasasti Karang Tengah tahun 847 terdapat tulisan “putih hlai 1 (satu) kalambi”artinya adalah kian putih satu helai dan baju. Pada prasasti Baru tahun 1034 M disebut kata “Pawdikan”artinya pembatik atau penenun.

Pada prasasti Cane tahun 1021 M dan prasasti dari Singosari tahun 929 M terdapat istilah “Makapas”atau“Madagang Kapas”.

Dalam sebuah cerita rakyat Sang Kuriang, disebutkan bahwa seorang tokoh penting yaitu Dayang Sumbi yang pekerjaannya sehari-hari adalah menenun.

Dan petunjuk satu lagi yang memperkuat soal menenun di Indonesia adalah terdapat relief “wanita sedang menenun” di pahatan umpak batu pada abad 14 di daerah Trowulan (Museum Trowulan. Jawa Timur)


Tags: tenun kayu

`Lihat Lagi
@ 2024 - Tenun Indonesia