Keajaiban Kain Tenun Baduy - Seni Jarum dan Kerajinan DIY
Mengenal Perbedaan Pakaian Adat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar di Banten
LEBAK, KOMPAS.com - Pakaian tradisonal masyarakat adat Baduy sempat menarik perhatian saat dipakai oleh Presiden Joko Widodo pada Agustus 2021. Jokowi saat itu memakai busana berwarna hitam. Busana yang dikenakan oleh Jokowi adalah salah satu jenis warna pakaian masyarakat Baduy, penduduk yang mendiami kawasan Pegunungan Kendeng di Kabupaten Lebak, Banten. Baca juga: Baju Adatnya Dipakai Presiden Jokowi, Orang Baduy Pernah Dikira Berasal dari Timur Tengah
Selain warna hitam, ada juga pakaian adat Suku Baduy yang berwarna putih. Pada dasarnya, masyarakat Baduy memiliki keseragaman dalam berpakaian.
Baca juga: Kisah Mulyono, Belasan Tahun Ajari Anak-anak Baduy Membaca, Jadi Segelintir Warga Kanekes yang Kuliah Namun, ada perbedaan pakaian adat yang dikenakan antara masyarakat Baduy Dalam dan Baduy Luar. Baduy Luar identik dengan warna hitam dan biru, sementara Baduy Dalam memiliki ciri khas warna putih dan hitam.
KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Warga Baduy Luar menunggu antrian untuk di vaksin Covid-19 di desa Kanekes, Lebak, Banten, Jumat (15/10/2021). sebanyak 200 peserta yang merupakan masyarakat Suku Baduy dalam dan luar diprioritaskan untuk mendapatkan suntikan vaksinasi Covid-19.
1. Pakaian Adat Kaum Laki-Laki Suku Baduy Dalam
Foto: Factsofindonesia.com/baduy-tribe
Kaum laki-laki suku Baduy Dalam memakai baju lengan panjang berwarna serba putih.
Karena warnanya putih dan cara memakainya hanya disangsangkan atau dilekatkan di badan, sehingga baju ini disebut jamang sangsang.
Desainnya sangat sederhana, hanya dilubangi pada bagian leher sampai dada, tidak memakai kerah, tidak memakai kancing, dan tidak dilengkapi kantong baju.
Dalam pembuatannya pun wajib menggunakan tangan, tidak boleh dijahit dengan mesin, serta bahan dasarnya harus terbuat dari kapas asli yang ditenun.
Bagian bawah memakai kain serupa sarung berwarna biru kehitam-hitaman yang hanya dililitkan pada pinggang.
Agar kuat dan tidak melorot, sarung diikat dengan selembar kain. Mereka tidak memakai celana, karena dianggap barang tabu.
Kaum laki-laki Baduy dalam mengenakan ikat kepala berwarna putih yang berfungsi sebagai penutup rambut yang panjang.
Selain itu, dilengkapi dengan selendang yang dikenakan pada leher.
Warna pakaian Baduy Dalam yang serba putih melambangkan kehidupan mereka yang masih suci dan belum terpengaruh budaya luar.
Motif Kain Tenun Baduy
Untuk motif kain tenun Baduy, didasari dengan pola geometris yang sudah berlangsung sejak zaman nenek moyang dahulu. Dari situ kemudian dikembangkan menjadi beberapa pola cantik seperti garis berbentuk kait, spiral atau pilin, garis lurus, segitiga, segi empat, bulatan, dan masih banyak lainnya.
Disebutkan jika masing-masing motif tersebut memiliki makna mendalam tentang kehidupan sosial masyarakat Baduy terkait ketuhanan, yakni nilai kepercayaan, keberadaan, keagungan, dan kebesaran (Tuhan) sebagai pencipta kehidupan.
Warna pakem dari kain tenun buatan masyarakat Baduy, yakni putih dan hitam dengan kombinasi biru, dengan garis-garis kecil warna biru terang, atau motif kotak-kotak tipis atau hanya bermotif polos.
Kerajinan Tenun Suku Baduy, Warisan dari Leluhur
ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas
Keberagaman suku dan budaya yang ada di Indonesia dapat dilihat, salah satunya melalui kerajinan yang diproduksi oleh suku-suku tersebut. Salah satu kerajinan yang banyak dijumpai di setiap suku di Tanah Air adalah tenun.
Nah, di provinsi Banten, ternyata ada kain tenun yang terbilang populer yakni kain tenun Baduy. Kain tenun Baduy merupakan kerajinan yang dibuat oleh masyarakat Kanekes tepatnya berada di Pegunungan Kendeng, Desa Kanekes.
Berikut ulasan tenun Suku Baduy, seperti yang disarikan dari berbagai sumber:
Tags: tenun