Kain Tenun Cepuk Rangrang - Keindahan dan Warisan Budaya dalam Seni Menjahit Tradisional
Ukiran Jepara (Jepara)
Sejak abad ke-19, Jepara sudah dikenal sebagai penghasil kerajinan tangan ukiran yang berkualitas. Ada berbagai bentuk seni ukiran yang ada di Jepara, yaitu patung, relief, gebyok, dan almari.
Ukiran Jepara umumnya memiliki motif yang terinspirasi bentuk-bentuk tanaman yang menjalar. Jenis motif ukiran Jepara umumnya ada tiga, yaitu: Tangkai Relung, Trubusan, dan Jumbai (Ujung Relung).
Semakin berjalannya waktu, motif pada ukiran Jepara kian beragam mengikuti perkembangan jaman. Hal inilah yang membuat ukiran Jepara banyak diminati. Tidak hanya dipasarkan di dalam negeri, kerajinan tangan khas Jepara ini juga sudah diekspor ke berbagai negara, salah satunya Amerika Serikat yang merupakan negara tujuan ekspor terbesar kerajinan tangan ini.
Sejarah dari Penamaan “Cepuk Rangrang”
Menurut masyarakat setempat, penamaan dari Kain Cepuk Rangrang ini diambil dari kata “Cepuk” dan “Rangrang”.
Di dalam Bahasa Sansekerta, Kata “Cepuk” ini bisa diartikan sebagai “Kayu Canging” yaitu salah satu jenis kayu yang dipakai sebagai bahan dasar untuk pewarnaan kain tenun ini.
Dan sedangkan, kata “Rangrang” ini bisa diartikan “Bolong-Bolong” atau lubang-lubang kecil yang bisa ditemukan pada tampilan pola motif dari lembaran kain.
Pola “Bolong-bolong” atau lubang-lubang ini tersebut dibuat untuk mesimbolkan sifat transparansi “jujur dan terbuka” di dalam kehidupan masyarakat setempat.
Dulunya, kain ini tidak dipergunakan secara sembarangan, masing-masing jenisnya memiliki fungsi tersediri, sebagai dibawah ini.
Dipakai oleh masyrakat yang hendak melakukan ritual pembersihkan diri atau melukat.
Biasanya dikenakan oleh para laki-laki dalam mengikuti upacara potong gigi (Manusa Yadnya).
Biasanya dikenakan oleh dipakai oleh para perempuan dalam mengikuti upacara potong gigi.
Hanya dikenakan untuk menghadiri upacara-upacara Pitra Yadnya seperti: Upacara Ngaben atau Kremasi Mayat.
Kain yang paling dominan dipakai oleh masyarakat pada hari-hari biasa.
Tags: dari tenun cepuk