Keindahan dan Kreativitas dalam Kain Tenun Flores - Panduan dan Inspirasi DIY
Motif Kain Tenun Sumba, NTT
Bagi masyarakat Sumba, kain tenun memiliki multi fungsi. Kain tenun dapat berfungsi sebagai alat tukar, hadiah, mas kawin, harta benda, membungkus bayi yang baru lahir maupun membungkus jenazah.
Marie Jeanne Adams penulis buku ‘Decorative Arts of Sumba’ mengemukakan, bahwa secara umum, motif dan ragam hias kain tenun Sumba cenderung berukuran besar-besar. Meskipun begitu, terdapat perbedaan motif yang cukup signifikan pada kain tenun Sumba Barat dan Sumba Timur.
Kain tenun Sumba Timur mencerminkan kemeriahan, kaya dan beragam dengan ornamen dekoratif margasatwa yang tampak realistis. Sedangkan kain tenun Sumba Barat mencerminkan kesederhanaan yang dihiasi dengan garis-garis halus indigo. Permukaannya polos tanpa ornamen, hanya di bagian bawah dan atas terdapat hiasan simetris atau figur hewan.
Di Sumba Timur, sentra kain tenun diantaranya terdapat di Waingapu, Kanatang, Kambera, Rindi. Sementara di Sumba Barat, sentra tenun antara lain terdapat di Kodi, Waikabubak, Wanokaka dan Lamboya.
Berikut beberapa motif kain tenun dari Sumba:
Motif Kaliuda
Motif Andungu
Motif Kurangu
Motif Mamuli
4. Tarian dan Musik
Kesenian tari dan musik juga menjadi bagian integral dari budaya orang Ende.
Tarian tradisional biasanya dilakukan dalam upacara adat atau peristiwa khusus dan sering disertai dengan musik yang dimainkan menggunakan alat musik tradisional seperti gong dan kemenyan.
Salah satu Tari tradisional suku Ende adalah Tari GAWI merupakan kekayaan nenek moyang suku Lio Ende yang mengungkapkan rasa syukur atas kemenangan dalam peperangan perebutan wilayah kekuasaan.
Namun seiring dengan perjalanan perang antar suku sudah hilang, saat ini tari GAWI mengalami perkembangan dan biasanya dipertunjukkan pada saat upacara adat Joka Ju ataui Tolak Bala.
Bahkan untuk upacara pernikahan dan upacara syukuran.
Ciri-ciri Seni Tenun Ende
Berikut ini adalah ciri khas Tenun Ende di Pulau Flores yang membedakan dengan tenun lainnya di NTT.
Pola dan Motif
Kain tenun Ende memiliki pola dan motif yang sangat khas dan rumit. Motif-motif ini mencerminkan kekayaan budaya dan
identitas suku-suku yang tinggal di daerah tersebut. Motif-motif tersebut sering kali terinspirasi dari alam, binatang, tanaman, dan aspek kehidupan sehari-hari.
Warna Tenun
Kain tenun Ende umumnya memiliki ragam warna cerah dan menarik.
Teknik Tenun
Proses pembuatan kain tenun Ende membutuhkan keahlian khusus dari para perempuan yang melakukannya.
Teknik tradisional ini biasanya dilakukan dengan menggunakan alat tenun sederhana seperti alat tenun punggung.
Fungsi Tenun
Kain tenun Ende digunakan dalam berbagai kesempatan dan upacara adat.
Kain ini sering digunakan sebagai pakaian adat pada upacara pernikahan, pesta adat, dan acara penting lainnya.
Seni tenun Ende bukan hanya sekadar karya seni, tetapi juga memiliki nilai sosial dan budaya yang tinggi bagi masyarakat Ende.
Ragam Motif Kain Tenun Songke
Kain tenun songke memiliki motif dan corak yang beraneka ragam. Warna hitam digunakan sebagai warna dasar yang kemudian diwarnai oleh ragam corak dan motif. Tidak sembarang corak dapat digunakan, sebab kain ini sebagai bentuk penghormatan terhadap kebudayaan memiliki simbol yang memiliki arti dan filosofi tersendiri.
Adapun beberapa motif tersebut ialah:
- Motif Su'i. Motif Su'i yang diwarnai corak garis-garis ini diartikan sebagai bahwa kehidupan masyarakat Manggarai dibatasi oleh peraturan dan hukum adat yang tidak boleh dilanggar.
- Motif Mata Manuk. Motif Mata Manuk ini memiliki kaitan yang erat dengan Tuhan sebagai maha melihat yang mengetahui segala perbuatan yang dilakukan oleh hambanya. Mata Manuk juga disimbolkan sebagai sarana persembahan kepada sang pencipta saat teing hang (pemberian makan leluhur), wuat wa'i (pengumpulan dana pendidikan), penti (pesta adat sykuran atas hasil panen), kelas (upacara penghormatan bagi orang yang sudah meninggal), dan segala ritus adat yang ada di wilayah Manggarai.
- Motif Wela Ngkaweng. Wela diartikan sebagai bunga, sementara ngakweng merupakan jenis tanaman herbal yang dijadikan sebagai obat khusus untuk hewan ternak. Motif Wela Ngkaweng ini memiliki makna simbolik sebagai bentuk perwujudan kehidupan manusia yang tidak lepas dari alam semesta sepanjang manusia itu hidup.
- Motif Wela Runu. Motif Wela Runu digambarkan sebagai motif jenis bunga runu berukuran kecil yang mengandung arti bahwa setiap kehidupan yang dijalani oleh manusia memiliki pasti memiliki manfaat dan keindahannya tersendiri.
- Motif Ranggong atau laba-laba. Bagi masyarakat Manggarai, laba-laba dianggap sebagai hewan yang ulet dan pekerja keras. Laba-laba juga dinilai memiliki kejujuran yang membuatnya disenangi dan dimuliakan oleh disekitar.
- Motif Natala. Motif Natala diartikan sebagai bintang yang memiliki makna bahwa ketika menjalani kehidupan, masyarakat khususnya di wilayah Manggarai diharapkan dapat memiliki harapan setinggi bintang di langit.
Tags: tenun