Seni Tenun Pringgasela - Keindahan dalam Ketrampilan Tangan dan Kreativitas DIY
Rekonstruksi
Dari kepingan-kepingan sejarah itu, pemuda desa di Pringgasela Selatan mencoba untuk merekonstruksi lagi kekayaan lampau mereka. Dibantu dengan rekan-rekan daya warga, Nizar bertemu dengan para sesepuh, mengumpulkan berbagai data, dari internet hingga buku.
Dari proses pencarian itu, mereka menemukan musik sejenis gamelan yang dikenal dengan nama klenang nunggal. Klenang adalah alat musik pukul mirip kenong di Jawa, tetapi hanya satu bilah. Jumlahnya yang tunggal membuat alat musik ini mudah dibawa berkeliling. Untuk memainkan sebuah gending setidaknya butuh 12 bilah.
Taufiq, pengurus Desa Pringgasela Selatan yang sekarang bermain sebagai pemain klenang nunggal, mengatakan, saat ditemukan, bilah-bilah itu tertumpuk dalam satu karung di dalam sebuah gudang mushala Kampung Pancor Kopong. Kondisinya berdebu tetapi tak berkarat.
Kuningan yang dipakai masih sangat baik walau tak terawat. โSaat saya coba ketuk, suaranya masih nyaring. Kami jajarkan dan mulai memainkan nada dan ternyata masing-masing punya nada berbeda,โ katanya.
Dengan berbekal ingatan masa kecil, Amak Maisur dan sesepuh lainnya pun merangkai melodi menjadi alunan gending dari 23 klenang yang berhasil ditemukan. โTiga lagu bisa dimainkan, saya hanya ingat pernah mendengarnya,โ kata Amak Maisur.
Pemainnya adalah warga desa. Sebagian dari mereka adalah orang lama yang masih mengingat lagi-lagu yang sering didendangkan oleh Ina atau ibu mereka agar mereka terlelap. Kini alunan klenang itu sudah bisa dinikmati dalam pertunjukan musik di desa dengan nama Mahapati, sebuah grup kesenian baru dari Pringgasela Selatan.
Parade 1350 Penenun Tradisional dan Kita Semua yang Berbahagia
sumber: Sareh Erwin
Ya terus inti tulisan ini apa? Saya pribadi sih memang mau mengabadikannya menjadi postingan blog sebagai tanda salutnya saya sama usaha anak-anak muda di Pringgasela yang sudah mau repot-repot ngadain pagelaran keren seperti ini setiap tahunnya. Tapi setidaknya ada beberapa poin penting yang bisa kita ambil dari gelaran Parade 1350 Penenun Tradisional di Alunan Budaya Desa 3 Pringgasela tersebut, yaitu:
- Para pemuda di Pringgasela sudah melakukan usahanya dengan baik dengan mengadakan Alunan Budaya Desa hingga tahun ketiganya. Dimana tahun ini dititikberatkan pada event yang berkaitan dengan kain tenun.
- Terkait parade 1.350 penenun yang gagal tercatat di Museum Rekor Indonesia (MuRI) tentu bukanlah masalah besar. Toh gagalnya bukan karena jumlah penenun yang tidak tercapai, melainkan lebih kepada pendanaan. Mencintai dan melestarikan budaya menenun hingga ke anak cucu kita itulah yang utama.
- Harapan saya, dan mungkin juga harapan para pemuda serta masyarakat di Pringgasela, agar pada pelaksanaan event selanjutnya para pemerintah terkait (baik kabupaten maupun provinsi) dapat ikut andil mempromosikan dan mendukung kegiatan seperti ini, sehingga Pringgasela pun dapat dikenal luas baik oleh warga Lombok sendiri, maupun wisatawan di luar sana.
- Yang terakhir, saran saya buat kalian yang mau berwisata ke Lombok, jangan sampai gak ke Pringgasela. Guidenya gak nganter kemarih? Minta dianterin! Ini tempat keren banget lho ๐
Oke, udah yaa.. ini postingan kok jadinya panjang benar. Pokoknya sukses terus buat anak-anak muda Pringgasela!
andyhardiyanti
25 Comments
Dita Indrihapsari 13 September 2017 at 12:47 am Whoaah keren banget mba acaranya.. Suka banget aku liat foto penenun lagi aktivitas bareng. Ini yang gagas anak muda di sana aja, enggak sama pemerintah desanya ya? Aku belum pernah ke Lombok.. Semoga nanti bisa ada rezeki dan kesempatan ke sana.. ๐ Reply
Mengulik Kain Tenun Pringgasela, Lombok Timur
Kita sering mendengar ungkapan pepatah yang mengatakan tak kenal maka tak sayang. Namun seringkali kita membatasi makna ungkapan ini hanya pada saat berkenalan dengan orang yang baru kita temui atau sekedar sebagai kalimat basa basi disaat momen-momen tertentu. Jika kita menilai lebih jauh, sungguh makna ungkapan ini sangat mendalam dan berlaku hampir pada semua hal. Sebagai contoh cerita ikan koi yang dijual kepada ibu-ibu yang hanya berani membeli dengan harga 5 ribu hingga 10 ribu, karena memandang ikan tersebut untuk dimasak. Lebih jauh lagi karena melihat keindahan ikannya orang awam mungkin akan menjadikannya ikan hias dan berani membeli dengan harga 50 sampai 100 ribu saja. Berbeda jika kita tawarkan kepada kolektor dan ahlinya ikan koi dengan meneliti jenis ikannya dan keistimewaan yang dimiliki mau membeli dengan harga 50 juta bahkan lebih tinggi lagi.
Pada artikel kali ini penulis akan mengulik lebih jauh tentang sejarah, bahan dan alat, proses pembuatan motif serta harga kain tenun yang ada di pulau Lombok khususnya kain tenun yang menjadi ciri khas Desa Pringgasela di Lombok Timur. Jika anda berkunjung sempatkan pula membeli sovenir untuk menjadi oleh-oleh khas lombok untuk keluarga dan teman-teman.
| Posisi Desa Pringgasela pada Peta Pulau Lombok (Sumber:Google map) |
Ketika Pringgasela Selatan Bangkit dari Tidur
Desa Pringgasela Selatan memiliki sejarah dan tradisi yang kuat. Desa yang berbaris agraris ini sejatinya memiliki nenek moyang prajurit yang merupakan penjaga tanah mereka.
Pringgasela Selatan berada di kaki Gunung Rinjani yang bertanah subur. Mata air mengalir jernih tak pernah putus. Masyarakatnya mayoritas adalah petani dengan hasil panen tiga kali setahun. Tempat ini juga menjadi penghasil ikan air tawar terbaik. Hasil kebun beraneka ragam mulai dari durian, manggis, nangka, kelapa, hingga rambutan. Kekayaan yang melimpah itu cukup bagi warga untuk hidup sejahtera.
Namun, ternyata desa yang berada di Kecamatan Pringgasela, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, itu lebih kaya dari itu. Desa yang dihuni oleh tiga trah besar, yakni Tanaq Gadang, Sumbawa atau Rempung dan Masbage, ini memiliki sejarah dan tradisi yang kuat. Desa yang berbaris agraris ini sejatinya memiliki nenek moyang prajurit yang merupakan penjaga tanah mereka.
Nizar Azhari (39), pemuda asli Pringgasela Selatan yang mengenyam pendidikan di Yogyakarta, menemukan kisah ini saat menggali kembali kekayaan lokal desanya. Nizar adalah seorang daya desa atau pendamping kebudayaan desa. Ia dan kawan-kawannya dari daya warga dengan dukungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi mencoba menggali kisah lalu Pringgasela Selatan.
Motif Tenun Songket
Diantara beberapa motif tenun yang ada, motif pasung bayan, Ragi Berincik dan Ragi Genil merupakan motif warisan leluhur yang berusia diatas 70 tahun dan disimpan secara turun menurun. Motif jenis ini memiliki kecenderungan bermotif kotak dan warna gelap seperti biru tua atau hitam dengan menggunakan teknik pewarnaan yang lebih lama dan lebih rumit.
| Ragam motif kain songket Pringgasela dengan pewarna alam (sumber: media.nelitidotcom) |
Tags: tenun