... 10 Ide Kain Tenun Pringgasela untuk Proyek Kerajinan Tangan DIY Anda

Seni Tenun Pringgasela - Keindahan dalam Ketrampilan Tangan dan Kreativitas DIY

Tenun penjaga

Berbeda dengan klenang nunggal yang kembali hidup, tenun Pringgasela tetap terawetkan hingga kini. Tenun ini terjaga oleh usaha regenerasi para penenunnya lewat sekolah tenun Nina (Perempuan) Penenun. Nina Penenun yang diinisiasi oleh Sri Hartini (45) menjadi tempat belajar sekaligus wadah bagi para penenun untuk mendapatkan hasil yang lebih baik lagi.

Hingga kini masih ada 600-700 penenun di Desa Pringgasela Selatan. Jumlah itu belum termasuk anak-anak yang kini masih belajar menenun.

Pada garis besarnya motif tenun dari Pringgasela menarik garis hubungan antara manusia dan Tuhan, manusia dan manusia, serta manusia dn alam. Motif manusia dengan Tuhan adalah motif kuno yang saat ini jarang sekali dipakai dan ditenun.

Motif ini harus menggunakan bahan khusus, di antaranya pintalan kapas, yang kini sangat sulit didapat. Pembuatannya pun memakan waktu berbulan-bulan. Kain tenun itu pun disimpan khusus dan dipakai pada saat-saat tertentu dan diwariskan turun-temurun.

Adapun motif yang menggambarkan manusia dengan alam dan manusia dengan manusia biasanya digunakan sehari-hari. Tenun ragi atau motif Sri menanti adalah salah satunya. Sri menanti konon berasal dari kisah seorang putri yang menanti kekasihnya. Selama dalam penantian ia pun menciptakan motif garis-garis yang melambangkan kerinduan. Karena itu, motif itu diberi nama Sri Menanti.

Mengulik Kain Tenun Pringgasela, Lombok Timur

Kita sering mendengar ungkapan pepatah yang mengatakan tak kenal maka tak sayang. Namun seringkali kita membatasi makna ungkapan ini hanya pada saat berkenalan dengan orang yang baru kita temui atau sekedar sebagai kalimat basa basi disaat momen-momen tertentu. Jika kita menilai lebih jauh, sungguh makna ungkapan ini sangat mendalam dan berlaku hampir pada semua hal. Sebagai contoh cerita ikan koi yang dijual kepada ibu-ibu yang hanya berani membeli dengan harga 5 ribu hingga 10 ribu, karena memandang ikan tersebut untuk dimasak. Lebih jauh lagi karena melihat keindahan ikannya orang awam mungkin akan menjadikannya ikan hias dan berani membeli dengan harga 50 sampai 100 ribu saja. Berbeda jika kita tawarkan kepada kolektor dan ahlinya ikan koi dengan meneliti jenis ikannya dan keistimewaan yang dimiliki mau membeli dengan harga 50 juta bahkan lebih tinggi lagi.

Pada artikel kali ini penulis akan mengulik lebih jauh tentang sejarah, bahan dan alat, proses pembuatan motif serta harga kain tenun yang ada di pulau Lombok khususnya kain tenun yang menjadi ciri khas Desa Pringgasela di Lombok Timur. Jika anda berkunjung sempatkan pula membeli sovenir untuk menjadi oleh-oleh khas lombok untuk keluarga dan teman-teman.

Posisi Desa Pringgasela pada Peta Pulau Lombok (Sumber:Google map)

Kain Tenun Desa Pringgasela

Uniknya, kegiatan menenun di Desa Pringgasela sudah menjadi profesi sebagian besar warganya. Sehingga bisa dibilang, ada ataupun tidak ada wisatawan yang berkunjung melihat mereka, warganya ya tetap menenun. Hal unik lainnya dari kain tenun yang dihasilkan di Pringgasela yaitu ciri khasnya yang menggunakan pewarna alami, seperti dari akar, dedaunan dan masih banyak lagi. Penasaran seperti apa cantiknya kain tenun di Desa Pringgasela? Disimak yuk tulisan berikut ini.

Sudah 6 tahun saya tinggal di Lombok, tapi baru belakangan ini saya mengetahui bahwa Pringgasela adalah desanya para penenun. Berawal dari undangan yang kami para blogger terima dari Jejak Black Barry Adventure beberapa waktu yang lalu, dimana selain bermain river tubing, menikmati aneka menu rumahan khas Lombok, kami pula diajak berkeliling ke rumah-rumah warga untuk melihat langsung aktivitas menenun di sana. Barry Perdana Putra, pendiri Jejak Black Barry Adventure, menjelaskan kalau dirinya tidak menjamin saat kami berkunjung nanti akan melihat langsung proses menenun tersebut. Sebab memang tidak pernah dipersiapkan untuk dilihat wisatawan, para penenun melakukan kegiatannya seperti saat melakukan aktivitas pada umumnya. Jika mereka lelah, mereka akan beristirahat. Mereka menenun sesuka hati, bisa di teras, bisa pula di dalam kamar, yang tentu saja ada kalanya kita bisa melihatnya langsung serta tidak jarang juga hanya bisa mendengar suara hentakan kayu peralatan tenunnya. Meskipun demikian, Barry dan para pemuda lainnya di sana meyakinkan kami, bahwa sebagian besar warga Pringgasela adalah penenun.

Ternyata benar juga apa yang mereka katakan, selama berkeliling ke rumah warga, terlihat peralatan menenun di sejumlah teras rumah. Bunyi kletak kletak pun terdengar sahut-sahutan. Selain para penenun, kami juga melihat langsung mereka yang sedang memintal benang, merebus akar/batang dan menjemur dedaunan yang akan dijadikan bahan pewarna alami, melihat proses benang yang direndam dengan air beras ketan agar lebih kuat dan lainnya. Kalian yang berencana ke Lombok, jangan sampai lupa untuk berkunjung ke Desa Pringgasela!

Rekonstruksi

Dari kepingan-kepingan sejarah itu, pemuda desa di Pringgasela Selatan mencoba untuk merekonstruksi lagi kekayaan lampau mereka. Dibantu dengan rekan-rekan daya warga, Nizar bertemu dengan para sesepuh, mengumpulkan berbagai data, dari internet hingga buku.

Dari proses pencarian itu, mereka menemukan musik sejenis gamelan yang dikenal dengan nama klenang nunggal. Klenang adalah alat musik pukul mirip kenong di Jawa, tetapi hanya satu bilah. Jumlahnya yang tunggal membuat alat musik ini mudah dibawa berkeliling. Untuk memainkan sebuah gending setidaknya butuh 12 bilah.

Taufiq, pengurus Desa Pringgasela Selatan yang sekarang bermain sebagai pemain klenang nunggal, mengatakan, saat ditemukan, bilah-bilah itu tertumpuk dalam satu karung di dalam sebuah gudang mushala Kampung Pancor Kopong. Kondisinya berdebu tetapi tak berkarat.

Kuningan yang dipakai masih sangat baik walau tak terawat. ”Saat saya coba ketuk, suaranya masih nyaring. Kami jajarkan dan mulai memainkan nada dan ternyata masing-masing punya nada berbeda,” katanya.

Dengan berbekal ingatan masa kecil, Amak Maisur dan sesepuh lainnya pun merangkai melodi menjadi alunan gending dari 23 klenang yang berhasil ditemukan. “Tiga lagu bisa dimainkan, saya hanya ingat pernah mendengarnya,” kata Amak Maisur.

Pemainnya adalah warga desa. Sebagian dari mereka adalah orang lama yang masih mengingat lagi-lagu yang sering didendangkan oleh Ina atau ibu mereka agar mereka terlelap. Kini alunan klenang itu sudah bisa dinikmati dalam pertunjukan musik di desa dengan nama Mahapati, sebuah grup kesenian baru dari Pringgasela Selatan.


Tags: tenun

`Lihat Lagi
@ 2024 - Tenun Indonesia