Keindahan dan Kerajinan Kain Tenun Sambas
Pelestarian Tenun Sambas, Jadi Magnet Peningkatan Ekonomi Desa
Desa Sumber Harapan, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat menjadi salah satu desa yang masih mempertahankan budaya tenun Sambas. Pelestarian budaya tenun juga dapat menarik pengunjung untuk datang, sehingga ekonomi masyarakat meningkat.
Kolomdesa.com, Sambas – Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat merupakan salah satu daerah penghasil kain tenun di Indonesia. Tradisi tenun-menenun sudah ada sejak dahulu kala dan masih eksis hingga saat ini. Salah satu Desa yang masih menjaga budaya bertenun adalah Desa Sumber Harapan.
Desa Sumber Harapan merupakan desa yang terletak di bagian timur laut Kecamatan Sambas dengan luas wilayah 22,56 km2. Desa ini terdiri dari tiga dusun yakni Dusun Semberang 1, Dusun Semberang II dan Dusun Sulur Medan.
Perjalanan menuju desa ini dapat ditempuh melalui jalan darat maupun jalur sungai dengan menggunakan perahu maupun motor air. Untuk menuju ibukota kecamatan, dapat menempuh jarak 9 km melalui perjalanan darat. Desa ini memiliki lanskap yang unik karena pemukimannya dibelah oleh Sungai Sambas Kecil.
Desa yang pernah memecahkan rekor kain songket terpanjang se-Indonesia ini sudah lama dikenal sebagai sentra kerajinan tenun dan desa wisata budaya di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Branding ini juga membawa kain tenun Desa Sambas menjadi warisan tak benda, penetapan ini berlangsung pada tahun 2010 silam.
Kain Sambas memiliki ciri khas yang bergaya Melayu. Gaya Melayu ini dilambangkan dengan adanya benang emas di dalam tenunan kainnya.
Selain itu, yang membedakan kain tenun Sambas dengan kain lainnya adalah pinggiran kainnya yang berwarna putih polos dan tak terkena tenunan. Juga terdapat 3-5 jalur benang lungsin dan pakan benang vertikal putih di kiri dan kanannya.
Motif khas dari kain Sambas ini biasanya didominasi oleh motif bunga-bungaan, misalnya bunga ketunjung, mawar, kembang tanjung sampai bunga manggar kelapa.

Kain Tenun NTT
Proses pembuatan kain tenun NTT diawali dengan pemintalan kapas menjadi benang dan diikat. Kemudian, benang dicelupkan dalam pewarna Tahap selanjutnya adalah pencelupan benang pada pewarna yang terbuat dari akar pepohonan.
Menurut proses produksinya, kain tenun NTT dibagi dalam beberapa jenis, yaitu tenun buna, tenun ikat, dan tenun lotis atau sotis atau songket. Tenun ikat adalah kain tenun yang proses pembuatan motif dilakukan dengan cara pengikatan benang. Dalam tenun NTT, benang lungsi yang akan diikat untuk menghasilkan motif tertentu. Benang lungsi adalah benang yang memanjang ke arah kain, sedangkan benang pakan adalah benang yang melintang ke arah lebar kain. Tenun buna adalah menenun untuk membuat corak atau motif pada kain dengan menggunakan benang yang sudah diwarnai terlebih dahulu, sehingga menghasilkan motif yang indah.
Tenun lotis atau yang kerap disebut songket, proses pembuatannya mirip dengan tenun buna, namun identik dengan warna dasar gelap, seperti cokelat, hitam, biru tua, dan merah hati.
Umumnya para pengrajin menggunakan pewarna alami dari kunyit, mengkudu, tauk, dan tanaman lainnya. Namun saat ini, banyak pengrajin yang menggunakan pewarna kimia, karena mempercepat proses pengerjaan, tahan luntur, tahan gosok, dan warnanya beragam. Baca juga: Kain Tenun Donggala: Latar Belakang, Motif, dan Warna

Sejarah Tenun Sambas
Dikutip dari warisanbudayatakbenda.kemdikbud.go.id, masyarakat Melayu Sambas mulai mengenal dan melakukan praktik menenun secara tradisional (baik teknik ikat maupun teknik songket) pada masa pemerintahan Raden Bima (sultan Sambas yang ke-2, memerintah tahun 1668-1708) yang bergelas Sultan Muhammad Tajudin menggantikan ayahandanya Raden Sulaiman bin Raja Tengah. Sejak masa itulah, menenun menjadi seni kerajinan dan diwariskan secara turun-temurun sampai sekarang.
Di masa Hindia Belanda, gairah menenun dan jumlah kain tenun yang dihasilkan cukup menggembirakan, hampir di setiap kampung ada perajin dan memiliki alat tenun sendiri. Pada saat itu, Raja Sambas mendapat hadiah berupa seperangkat alat mesin tenun dari Kesultanan Brunei, sehingga menginginkan masyarakatnya belajar menenun.
Di momen itu, proses menenun diajarkan kepada masyarakat yang berada di sekitar keratin. Dan, hingga saat ini tenunan Sambas ini banyak dilakukan oleh masyarakat yang bermukim di sekitar keratin Sambas.

Tags: tenun