"Keindahan Kain Tenun Sumba Barat - Warisan Budaya yang Memukau"
Bahan Pembuatan Tenun
Bahan pembuatan tenun ikat di daerah NTT ini dapat terbagi menjadi dua kategori yaitu :
- Bahan alami. Umumnya, bahan alami di Sumba terbuat dari tanaman kapuk randuyang kapasnya dipintal. Sementara kulit batang kayu randu akan menjadi benang untuk sulaman lawu. Selain itu, ada juga bulu hewan, biji tanaman, serat daun, serat batang pohon, serat akan dan mineral seperti emas dan perak. Semuanya termasuk dalam kategori bahan alami.
- Bahan sintesis. Bahan yang termasuk sintesis adalah benang polyester dan sejenisnya.
Demikian perkenalan kita dengan kain tradisional dari pulau Sumba di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Semoga menambah pengetahuan kita sekaligus meningkatkan rasa bangga pada kekayaan ragam budaya nusantara.
Cerita kain
Alam yang asli, kasar, terasa mistis, keras seperti batu karang yang menghiasi sepanjang jalan membentuk orang Sumba. Adat dan kepercayaan Marapu membuat Sumba unik. Menurut budayawan Sumba dan pemuka agama dari Keuskupan Redemptoris, Pastor Robert Ramone CSsR, kepercayaan Marapu bersifat animistis, mengajarkan keseimbangan hidup manusia dan alam semesta. Di dalamnya manusia mencapai kebahagiaan yang dirindukan.
Semua cerita kehidupan, proses menuju surga yang dirindukan, kejadian di sekitar, tertuang di atas tenun ikat. Kain tenun di Sumba adalah kehidupan itu sendiri. Di coraknya ada cerita asal-usul manusia, lahir, menjadi dewasa, hingga kematian.
Semua cerita kehidupan, proses menuju surga yang dirindukan, kejadian di sekitar, tertuang di atas tenun ikat.
Seperti umumnya masyarakat Nusantara, di Sumba peran kain juga begitu penting. Dalam kehidupan sehari-hari, sebagian perempuan masih memakai tenun. Laki-laki dan perempuan akan memakai kain tenun kebanggaan mereka ketika tiba acara berkumpul bersama, untuk keperluan apa pun. Corak dan warna akan menceritakan karakter dan daerah asal si pemakai.
Begitu pentingnya peran kain dalam masyarakat Sumba, ketika seseorang berpulang, jasadnya harus ditutup tenun. Makin tinggi kedudukan yang meninggal, makin banyak kain dibungkuskan pada jasad.
Menenun menjadi pekerjaan perempuan. Tujuan awal adalah membuat kain untuk suami sebagai tanda hormat dan cinta. Kain tenun itu akan dibawa hingga suami meninggal dunia, dipakai menutup jenazah. Perempuan tentu juga menenun untuk diri sendiri sejak memasuki usia akil balik dengan pengetahuan yang dia terima dari ibu dan nenek-neneknya. Saat menikah, kain-kain terbaik akan dibawa ke rumah suami dan diwariskan kepada anak-anaknya.
”Corak kain menggambarkan karakter pemakai,” ujar pegiat tenun Sumba, Umbu Ignatius Hapu Karanjawa.
Makna Tiap Motif
Motif kain tenun Sumba terinspirasi dari flora, fauna, dan agama. Motif yang tergambar pada kain tenun Sumba pun selalu memiliki makna atau cerita di baliknya. Misalnya, gambar ayam yang menjadi simbol sebagai pengingat waktu. Mengingat jaman dahulu belum ada jam, maka ayamlah yang bertugas sebagai menjadi penanda waktu pagi.
Selain itu ada juga kuda yang melambangkan alat transportasi pada jaman dahulu. Sedangkan motif tombak melambangkan senjata untuk mengusir penjajah. Lalu sayuran pare yang menjadi makanan pada jaman penjajah.
Namun saat ini motif kain tenun Sumba tidak lagi mengikuti pakem tradisional. Hal ini terlihat pada motif mamoli yang banyak muncul untuk kain perempuan. Bahkan ada motif yang tidak memiliki makna apapun dan sekedar hiasan dekoratif. Tetapi hal ini tidak mempengaruhi keindahan kain tenun Sumba bahkan sampai ke seluruh dunia.
Tags: tenun