"Keajaiban Kain Tenun Sumba Barat Daya"
Komersialisasi tenun
Ketika kini tenun Sumba semakin populer ke luar batas geografis pulau, mulai muncul kesadaran untuk tetap menjaga makna awal kehadiran kain. Para ibu boleh menenun untuk tujuan ekonomi, tetapi nilai budaya dan makna filosofis di dalam kain tidak boleh luntur dan tetap terwariskan.
Robert Ramone, pemimpin Rumah Budaya Sumba di Weetabula sebagai sumber pengetahuan tentang Sumba, bekerja sama dengan Yayasan Rumah Asuh yang diketuai arsitek Yori Antar, yang juga membangun rumah tenun selain rumah-rumah adat. Dana pembangunan berasal dari individu atau lembaga yang tergerak membangun ekonomi rakyat. ”Dana kami salurkan langsung kepada masyarakat, kami mengawasi pembangunannya,” ucap Robert.
Yori bertekad membangun delapan rumah tenun di seluruh Sumba, bekerja sama dengan donatur dan warga setempat. Sasarannya, meningkatkan perekonomian masyarakat melalui kerja perempuan. Di rumah tenun itu, para penenun dapat berkumpul membahas banyak hal, termasuk memamerkan kain-kain mereka.
Tangan para penenun yang juga mewarnai kain. Tenun Kanatang, Sumba Timur, terkenal dengan warna biru alami yang berasal dari pohon tarum.
Salah satu rumah tenun sekaligus museum kain Sumba, Atma Hondu, di kompleks Rumah Budaya Sumba di Langgalero, Weetabula, Sumba Barat Daya, diresmikan pada Rabu (29/8/2018) oleh perancang busana Biyan Wanaatmadja. Selain itu, diresmikan juga rumah tenun Atma La Kanatang di Kampung Kanatang, Sumba Timur, Kamis, 30 September. Kampung ini dikenal dengan pewarnaan biru yang berasal dari daun nila. Dana pembangunan rumah tenun itu berasal dari para donatur yang menghadiri pergelaran karya busana Biyan.
”Kenapa membangun rumah tenun, karena di tengah kemajuan teknologi digital yang semuanya serba mesin dan maya, orang akan merindukan segala sesuatu yang bersentuhan dengan tangan dan melibatkan emosi manusia,” ujar Biyan. Pada tenun Sumba terekam sejarah dan pengalaman masyarakatnya yang menurut Biyan seyogianya diteruskan kepada generasi selanjutnya.
Cerita kain
Alam yang asli, kasar, terasa mistis, keras seperti batu karang yang menghiasi sepanjang jalan membentuk orang Sumba. Adat dan kepercayaan Marapu membuat Sumba unik. Menurut budayawan Sumba dan pemuka agama dari Keuskupan Redemptoris, Pastor Robert Ramone CSsR, kepercayaan Marapu bersifat animistis, mengajarkan keseimbangan hidup manusia dan alam semesta. Di dalamnya manusia mencapai kebahagiaan yang dirindukan.
Semua cerita kehidupan, proses menuju surga yang dirindukan, kejadian di sekitar, tertuang di atas tenun ikat. Kain tenun di Sumba adalah kehidupan itu sendiri. Di coraknya ada cerita asal-usul manusia, lahir, menjadi dewasa, hingga kematian.
Semua cerita kehidupan, proses menuju surga yang dirindukan, kejadian di sekitar, tertuang di atas tenun ikat.
Seperti umumnya masyarakat Nusantara, di Sumba peran kain juga begitu penting. Dalam kehidupan sehari-hari, sebagian perempuan masih memakai tenun. Laki-laki dan perempuan akan memakai kain tenun kebanggaan mereka ketika tiba acara berkumpul bersama, untuk keperluan apa pun. Corak dan warna akan menceritakan karakter dan daerah asal si pemakai.
Begitu pentingnya peran kain dalam masyarakat Sumba, ketika seseorang berpulang, jasadnya harus ditutup tenun. Makin tinggi kedudukan yang meninggal, makin banyak kain dibungkuskan pada jasad.
Menenun menjadi pekerjaan perempuan. Tujuan awal adalah membuat kain untuk suami sebagai tanda hormat dan cinta. Kain tenun itu akan dibawa hingga suami meninggal dunia, dipakai menutup jenazah. Perempuan tentu juga menenun untuk diri sendiri sejak memasuki usia akil balik dengan pengetahuan yang dia terima dari ibu dan nenek-neneknya. Saat menikah, kain-kain terbaik akan dibawa ke rumah suami dan diwariskan kepada anak-anaknya.
”Corak kain menggambarkan karakter pemakai,” ujar pegiat tenun Sumba, Umbu Ignatius Hapu Karanjawa.
Makna Tiap Motif
Motif kain tenun Sumba terinspirasi dari flora, fauna, dan agama. Motif yang tergambar pada kain tenun Sumba pun selalu memiliki makna atau cerita di baliknya. Misalnya, gambar ayam yang menjadi simbol sebagai pengingat waktu. Mengingat jaman dahulu belum ada jam, maka ayamlah yang bertugas sebagai menjadi penanda waktu pagi.
Selain itu ada juga kuda yang melambangkan alat transportasi pada jaman dahulu. Sedangkan motif tombak melambangkan senjata untuk mengusir penjajah. Lalu sayuran pare yang menjadi makanan pada jaman penjajah.
Namun saat ini motif kain tenun Sumba tidak lagi mengikuti pakem tradisional. Hal ini terlihat pada motif mamoli yang banyak muncul untuk kain perempuan. Bahkan ada motif yang tidak memiliki makna apapun dan sekedar hiasan dekoratif. Tetapi hal ini tidak mempengaruhi keindahan kain tenun Sumba bahkan sampai ke seluruh dunia.
7 Motif Kain Tenun Sumba
Nah untuk tahu lebih lanjut tentang jenis dan makna dari kain tenun Sumba, simak penjelasannya di bawah ini ya!
1. Kain Sumba Motif Ayam
Kain khas Sumba motif ayam (source: wangapuantikstore)
Motif ayam di kain satu ini berasal dari Kabupaten Sumba Timur.
Motif ayam yang lebih tepatnya ayam jantan ini memiliki makna kesadaran (karena ayam selalu berkokok setiap pagi untuk membangunkan manusia), kehidupan, serta pemimpin yang bersifat melindungi.
Biasanya kain tenun motif ayam ini dapat kalian temui di pasar tradisional Sumba Timur dengan harga sekitar 1,6 juta Rupiah.
2. Kain Sumba Motif Kuda
Kain khas Sumba motif Kuda (source: gpwisataindonesia)
Kain motif kuda berasal dari Kabupaten Sumba Timur yang melambangkan kejantanan, kebesaran, keberanian, ketangkasan, kebanggan, dan status sosial.
Motif satu ini jadi salah satu yang paling banyak diminati karena kuda jadi salah satu hewan yang paling sering dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai kendaraan.
Kain tenun motif kuda ini juga bisa kalian dapatkan di pasar tradisional di Sumba dengan harga sekitar 5 juta Rupiah.
3. Kain Sumba Motif Rusa
Kain Sumba motif rusa (source: Kementerian LHK)
Berasal dari Kabupaten Sumba Timur, kemegahan tanduk rusa dalam motif ini melambangkan kebijaksanaan pemimpin yang memperhatikan kehidupan masyarakat yang dipimpinnya.
Rusa yang melepaskan diri dari kepungan manusia melambangkan keberanian pemimpin untuk bertindak dan bijaksana dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi masyarakat.
Tags: tenun