Kain Tenun Sumba Timur - Keindahan Budaya dalam Karya Sulam dan Kerajinan Tangan
Bahan Pembuatan Tenun
Bahan pembuatan tenun ikat di daerah NTT ini dapat terbagi menjadi dua kategori yaitu :
- Bahan alami. Umumnya, bahan alami di Sumba terbuat dari tanaman kapuk randuyang kapasnya dipintal. Sementara kulit batang kayu randu akan menjadi benang untuk sulaman lawu. Selain itu, ada juga bulu hewan, biji tanaman, serat daun, serat batang pohon, serat akan dan mineral seperti emas dan perak. Semuanya termasuk dalam kategori bahan alami.
- Bahan sintesis. Bahan yang termasuk sintesis adalah benang polyester dan sejenisnya.
Demikian perkenalan kita dengan kain tradisional dari pulau Sumba di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Semoga menambah pengetahuan kita sekaligus meningkatkan rasa bangga pada kekayaan ragam budaya nusantara.
7 Motif Kain Tenun Sumba
Nah untuk tahu lebih lanjut tentang jenis dan makna dari kain tenun Sumba, simak penjelasannya di bawah ini ya!
1. Kain Sumba Motif Ayam
Kain khas Sumba motif ayam (source: wangapuantikstore)
Motif ayam di kain satu ini berasal dari Kabupaten Sumba Timur.
Motif ayam yang lebih tepatnya ayam jantan ini memiliki makna kesadaran (karena ayam selalu berkokok setiap pagi untuk membangunkan manusia), kehidupan, serta pemimpin yang bersifat melindungi.
Biasanya kain tenun motif ayam ini dapat kalian temui di pasar tradisional Sumba Timur dengan harga sekitar 1,6 juta Rupiah.
2. Kain Sumba Motif Kuda
Kain khas Sumba motif Kuda (source: gpwisataindonesia)
Kain motif kuda berasal dari Kabupaten Sumba Timur yang melambangkan kejantanan, kebesaran, keberanian, ketangkasan, kebanggan, dan status sosial.
Motif satu ini jadi salah satu yang paling banyak diminati karena kuda jadi salah satu hewan yang paling sering dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai kendaraan.
Kain tenun motif kuda ini juga bisa kalian dapatkan di pasar tradisional di Sumba dengan harga sekitar 5 juta Rupiah.
3. Kain Sumba Motif Rusa
Kain Sumba motif rusa (source: Kementerian LHK)
Berasal dari Kabupaten Sumba Timur, kemegahan tanduk rusa dalam motif ini melambangkan kebijaksanaan pemimpin yang memperhatikan kehidupan masyarakat yang dipimpinnya.
Rusa yang melepaskan diri dari kepungan manusia melambangkan keberanian pemimpin untuk bertindak dan bijaksana dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi masyarakat.
Cerita kain
Alam yang asli, kasar, terasa mistis, keras seperti batu karang yang menghiasi sepanjang jalan membentuk orang Sumba. Adat dan kepercayaan Marapu membuat Sumba unik. Menurut budayawan Sumba dan pemuka agama dari Keuskupan Redemptoris, Pastor Robert Ramone CSsR, kepercayaan Marapu bersifat animistis, mengajarkan keseimbangan hidup manusia dan alam semesta. Di dalamnya manusia mencapai kebahagiaan yang dirindukan.
Semua cerita kehidupan, proses menuju surga yang dirindukan, kejadian di sekitar, tertuang di atas tenun ikat. Kain tenun di Sumba adalah kehidupan itu sendiri. Di coraknya ada cerita asal-usul manusia, lahir, menjadi dewasa, hingga kematian.
Semua cerita kehidupan, proses menuju surga yang dirindukan, kejadian di sekitar, tertuang di atas tenun ikat.
Seperti umumnya masyarakat Nusantara, di Sumba peran kain juga begitu penting. Dalam kehidupan sehari-hari, sebagian perempuan masih memakai tenun. Laki-laki dan perempuan akan memakai kain tenun kebanggaan mereka ketika tiba acara berkumpul bersama, untuk keperluan apa pun. Corak dan warna akan menceritakan karakter dan daerah asal si pemakai.
Begitu pentingnya peran kain dalam masyarakat Sumba, ketika seseorang berpulang, jasadnya harus ditutup tenun. Makin tinggi kedudukan yang meninggal, makin banyak kain dibungkuskan pada jasad.
Menenun menjadi pekerjaan perempuan. Tujuan awal adalah membuat kain untuk suami sebagai tanda hormat dan cinta. Kain tenun itu akan dibawa hingga suami meninggal dunia, dipakai menutup jenazah. Perempuan tentu juga menenun untuk diri sendiri sejak memasuki usia akil balik dengan pengetahuan yang dia terima dari ibu dan nenek-neneknya. Saat menikah, kain-kain terbaik akan dibawa ke rumah suami dan diwariskan kepada anak-anaknya.
”Corak kain menggambarkan karakter pemakai,” ujar pegiat tenun Sumba, Umbu Ignatius Hapu Karanjawa.
Tags: tenun