Kain Tenun Sumba Timur - Keindahan Budaya dalam Karya Sulam dan Kerajinan Tangan
Fungsi Tenun Sumba
Secara tradisional, fungsi tenun Sumba mempunyai manfaat sebagai berikut :
- Pakaian upacara adat. Laki-laki memakai kain tenun berbentuk persegi panjang di sekitar pinggang sampai setinggi lutut. Sedangkan perempuan memakai sarung berbentuk selongsong yang disebut lau.
- Sebagai alat pertukaran mahar dalam upacara perkawinan. Pihak calon pengantin laki-laki biasanya mempersembahkan emas, perak, dan kuda. Selanjutnya, pihak pengantin perempuan akan membalas dengan memberi kain tenun dan manik-manik. Pertukaran hadiah ini berfungsi untuk membangun hubungan antara dua keluarga.
- Membungkus mayat pada uparara pemakaman. Pada umumnya, banyak pihak yang akan menyumbang kain tenun kepada keluarga yang berduka. Semua kain tenun akan ikut dalam penguburan mayat. Dalam kasus ini, ada kepercayaan bahwa kain tenun akan menjadi bekal pada kehidupan berikutnya di dunia lain. Dunia lain tergambar dengan simbol udang. Udang merupakan hewan yang secara berkala melepaskan kulit kerasnya, kemudian mengganti dengan kulit baru yang lebih lembut. Hal ini menggambarkan konsep bahwa hidup dan mati selalu datang silih berganti untuk memungkinkan adanya kehidupan baru yang berjalan.
Bahan Pembuatan Tenun
Bahan pembuatan tenun ikat di daerah NTT ini dapat terbagi menjadi dua kategori yaitu :
- Bahan alami. Umumnya, bahan alami di Sumba terbuat dari tanaman kapuk randuyang kapasnya dipintal. Sementara kulit batang kayu randu akan menjadi benang untuk sulaman lawu. Selain itu, ada juga bulu hewan, biji tanaman, serat daun, serat batang pohon, serat akan dan mineral seperti emas dan perak. Semuanya termasuk dalam kategori bahan alami.
- Bahan sintesis. Bahan yang termasuk sintesis adalah benang polyester dan sejenisnya.
Demikian perkenalan kita dengan kain tradisional dari pulau Sumba di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Semoga menambah pengetahuan kita sekaligus meningkatkan rasa bangga pada kekayaan ragam budaya nusantara.
Hanya Ada Satu Sumba
S ejauh mata memandang pada musim kemarau seperti sekarang, hanya rumput kuning emas di gundukan bukit-bukit Sumba dari timur ke barat. Keindahan Sumba berbeda dengan banyak daerah lain di Indonesia, bahkan dengan pulau-pulau lain di Nusa Tenggara Timur.
Sabana menjadi lanskap dominan di pulau yang panjangnya hanya 210 kilometer dari timur ke barat dan lebar 50 kilometer saja dari utara ke selatan ini. Pasir pantainya putih lembut, laut biru lazuardi bertemu dengan biru gelap, dan langit biru membentuk kontras surealis.
Salah satu keindahan ada di Bukit Wairinding yang terletak di tepi jalan raya dari timur ke barat Sumba. Dari salah satu puncak bukit terlihat jalan raya berkelok, sesekali saja ada kendaraan melintas. Sisanya adalah bukit-bukit dengan rumput kuning emas.
Sumba juga dikenal karena batu menhir yang menjadi kubur bagi yang meninggal. Batu kubur ada di depan tiap rumah dan ada banyak desa yang terkenal karena batu kubur menhir. Salah satunya di Ratanggero, Sumba Barat Daya.
Lalu, ada Nihi Watu, resor di Sumba Barat, yang disebut sebagai salah satu yang terbaik di dunia. Juga ada perancang busana Biyan Wanaatmadja yang mengangkat kain tenun Sumba dengan kekayaan coraknya dalam rancangan busana, bekerja sama dengan Bank Indonesia.
Jalan mulus mengantar dari Waingapu, ibu kota Kabupaten Sumba Timur, ke Waitabula, ibu kota Kabupaten Sumba Barat Daya. Sepanjang jalan hanya sesekali berpapasan dengan kendaraan roda empat. Lebih sering bertemu ternak kerbau, sapi, kuda, atau kambing di padang rumput menguning daripada berjumpa penduduk. Penduduk Sumba memang hanya 800.000 jiwa pada tahun 2016.
Motif Kain Tenun Sumba
Di Sumba Timur motifnya ramai dan unik serta rumit. Motifnya pun dominan fauna. Sedangkan di Sumba Barat, kain tenunnya lebih mencerminkan kesederhanaan dan berhias garis-garis halus indigo. Permukaannya polos tanpa ornamen dan hanya di sebagian area penuh gambar garis simetris seperti kotak dan segitiga dengan kombinasi menyerupai bunga.
Untuk kain Sumba yang dikenakan pria dan wanita pun berbeda motifnya. Pada kain untuk laki-laki motifnya seringkali berupa garis, titik-titik, dan mamoli di tepinya. Sedangkan pada kain wanita berupa belah ketupat (mata kerbau) dan segitiga (ekor kuda).
Motif tersebut berasal dari dari benda-benda yang pihak lelaki berikan sewaktu meminang seorang gadis. Mamoli yang merefleksikan seksualitas seorang wanita akan tergambar pada kain untuk laki-laki. Sementara mata kerbau dan ekor kuda yang ada pada kain tenun untuk wanita, merupakan simbol maskulin. Pada acara adat, kedua kain ini selalu hadir berpasangan.
Tags: tenun