... Panduan Lengkap Membuat Kain Tenun Tolaki: Teknik dan Tips DIY untuk Pecinta Kerajinan Tangan

Mengenal Kain Tenun Tolaki dalam Dunia Kerajinan Tangan

Nilai dan sejarah Kain Tenun Palue

Ilustrasi seorang penenun dari Sikka, Nusa Tenggara Timur (Sumber gambar: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)

Tenun adat Palue merupakan seni yang diturunkan oleh nenek moyang Masyarakat Palue yang digunakan sebagai kain adat dan juga sumber mata pencaharian. Masyarakat pulau ini meyakini bahwa dalam menenun seorang penenun dilarang untuk mengeluarkan kata-kata kotor.

Dijelaskan oleh Natalia, motif yang diciptakan dalam kain menjadi informasi dan juga nilai dari tatanan hidup masyarakat Palue. Salah satu contoh motif yang memiliki nilai yang besar adalah motif gambar kaki ayam. Motif ini menunjukan budaya setempat yang menggunakan ayam sebagai hewan kurban ketika akan membuka sebuah kebun baru.

Tidak hanya itu, motif lain yang digunakan adalah motif kenari sebagai simbol kesuburan dari pulau Palue, motif busur yang menjadi simbol keperkasaan laki-laki Palue, motif kepiting, yang menggambarkan kehidupan kekal, serta motif segitiga yang memberi gambaran terkait gunung sebagai simbol yang tertinggi yakini Tuhan dan leluhur.

"Biasanya kami sebagai penenun sering menggunakan kekayaan alam yang ada di sekitar kami sebagai motifnya", tutur Natalia.

Terinspirasi dari letak geografisnya yang terletak di tengah lautan lepas, masyarakat Palue juga membuat motif dari kapal, motif lautan atau ombak, dan juga motif daratan. Motif-motif ini dijelaskan oleh natalia sebagai gambaran kehidupan baik sosial maupun keadaan alam di Pulau Palue.

Selain nilai dari motifnya, kain adat Palue juga menjadi salah satu faktor untuk menilai seorang perempuan. Hal ini dikarenakan, kain-kain tenun ini dibuat oleh perempuan Palue akan menjadi simbol kehormatan dari seorang wanita dengan menghasilkan tenunan sendiri.

Nama Pakaian Adat Sulawesi Tenggara

Seperti pakaian adat yang berasal dari berbagai daerah, pakaian adat Sulawesi Tenggara juga memiliki keanekaragaman jenis pakaian. Berdasarkan suku yang mendiami tanah Sulawesi Tenggara, pakaian tradisional Sulawesi Tenggara ini dibedakan menjadi 3 jenis.

Ketiga jenis pakaian tradisional tersebut diantaranya adalah pakaian adat suku Tolaki, pakaian adat suku Muna, dan pakaian adat suku Buton. Adapun penjelasan lengkap mengenai ketiga jenis pakaian adat tersebut dapat disimak di bawah ini.

">No">Macam Macam Pakaian Adat Sulawesi Tenggara
">1">Pakaian Adat Suku Tolaki
">2">Pakaian Adat Suku Muna
">3">Pakaian Adat Suku Buton

1. Pakaian Adat Suku Tolaki

Pakaian adat Sulawesi Tenggara yang pertama adalah pakaian adat suku Tolaki. Suku Tolaki merupakan salah satu kelompok etnis di Sulawesi Tenggara yang mendiami beberapa wilayah seperti,

Pada zaman dahulu pakaian adat ini biasa dikenakan oleh para bangsawan, saudagar, dan beberapa tokoh adat dan sekelompok orang dengan status sosial yang terpandang. Akan tetapi dewasa ini baju adat Tolaki bisa dipakai oleh semua kalangan masyarakat suku Tolaki.

Pakaian Adat Tolaki untuk Perempuan

Pakaian adat Tolaki untuk perempuan disebut Babu Nggawi. Baju tradisional ini terdiri atas dua potong, yaitu atasan yang disebut Lipa Hinoru dan bawahan berupa rok yang disebut Roo Mendaa. Rok yang dipakai memiliki panjang hingga mata kaki, tak lupa dihiasi manik-manik emas pada bagian depan.

Dalam rok tersebut terdapat sebuah motif yang merupakan khas Suku Tolaki. Motif yang dimaksud adalah motif pinetobo, pineburu mblaku, dan pinesewu. Pakaian adat Tolaki yang dipakai oleh perempuan dalam berbagai kesempatan, salah satunya pernikahan, dilengkapi dengan perhiasan dan aksesori.

Anda akan melihat mereka mengenakan anting atau dalam bahasa setempat disebut andi-andi, kalung eno-eno, gelang tangan atau disebut bolosu dan alas kaki atau solop. Bagian kepala pun tidak luput dari hiasan, yakni sanggul berbentuk bunga di bagian atas yang berwarna emas dan tampak mewah.

Suku Tolaki sendiri memiliki sub-suku, yaitu Tolaki Mekongga atau disebut Suku Kolaka. Suku Kolaka juga punya pakaian khasnya sendiri. Hal paling cantik dan membuat baju tradisional Suku Kolaka tampil menawan adalah bentuk mahkota menyerupai burung yang seperti sedang mengepakkan sayapnya.

Motif-Motif pada Kain Tenun Palue Terbaru

1. Mudhu atau Gunung

Motif mudhu merupakan simbol dari gunung Rokatenda, satu-satunya gunung berapi di Pulau Palue. Pada 2013, Gunung Rokatenda meletus yang membuat sebagian besar warga berbondong-bondong pindah dari pulau tersebut. Oleh karena peristiwa meletusnya Gunung Rokatenda tersebut, masyarakat mengabadikan momennya melalui motif kain tenun mudhu ini.

2. Watu No’o Tana atau Batu dan Tanah

Masih terinspirasi dari letusan Gunung Rokatenda, masyarakat menggunakan kerikil dan batu yang bertebaran sebagai simbol dari terpisah-pisahnya masyarakat saat itu dan kemudian membentuk berbagai kelompok di tempat pengungsian yang baru.

Salah satunya adalah para pengungsi Palue yang tinggal di Desa Hewuli, Maumere dan membentuk kelompok tenun yang dinamakan Mbola So atau Terima Kasih. Salah satu anggota yang tergabung dalam kelompok tenun Mbola So adalah Natalia.

3. Pou atau Perahu

Para penenun termasuk Natalia seringkali menggunakan motif pou atau perahu. Desain perahu diciptakan untuk mengingatkan kepada masyarakat saat proses mengungsi dari Palue menuju Desa Hewuli.

Selain itu, bagi masyarakat juga perahu digunakan sebagai alat untuk menangkap ikan atau mencari sumber kehidupan lainnya. Simbol perahu juga dimaknai oleh para pengrajin untuk melambangkan ikat tenun dengan warna alam sebagai pegangan hidup para penenun.

4. Kunda atau Kalung Adat

Selain terinspirasi dari keadaan alam, para penenun juga menggunakan salah satu warisan budaya berupa kalung adat untuk dijadikan motif. Kunda merupakan benda sakral yang disimpan secara baik dan diwariskan kepada generasi berikutnya. Kunda terbuat dari manik-manik yang disatukan menggunakan tali. Kunda menjadi simbol bagi para anggota kelompok tenun Mbola So yang terikat satu sama lainnya.


Tags: tenun tolaki

`Lihat Lagi
@ 2024 - Tenun Indonesia