Seni Tenun Ulos - Mengungkap Kecantikan dan Makna Tradisi di Balik Kain Tenun Ulos
Selanjutnya
Ulos Mangiring
Di wilayah Samosir, ulos ini diberikan kepada wanita yang sedang hamil 7 bulan. Diharapkan dapat melancarkan proses kelahiran dan kelahiran anak diiringi dengan anak selanjutnya.
Sementara, di daerah lain diberikan kepada anak pertama pada suatu keluarga baru (anak berumur minimal 2 minggu).
Bentuk dari ulos mangiring ini digambarkan secara beriringan untuk melambangkan kesepakatan bersama. Terutama dalam membentuk keluarga.
Ulos Suri-suri/Suri (Surina Ganjang)
Ulos ini merupakan ulos yang diwariskan turun temurun kepada anak cucu dalam keluarga Batak. Pada zaman dahulu dipakai oleh raja-raja atau tua-tua adat dalam acara tertentu. Disilangkan di dada dan ada juga menyelimuti dada.
Ulos ini harus memiliki 33 garis. Arti motif pada ulos ini sendiri mengartikan ciri khas orang Batak yang teguh dalam satu pendirian dan selalu menurun kepada anak cucunya.
Ulos Sibolang/Tujung/Saput
Ulos ini diberikan pada saat upacara dukacita. Orang dewasa yang meninggal tetapi belum punya cucu ketika diberikan dinamakan Ulos Saput. Laki-laki yang ditinggal istri maupun perempuan yang ditinggal suami ketika diberikan dinamakan Ulos Tujung. Pemberian itu dilakukan agar sabar.menghadapi kesulitan.
Masyarakat Batak sangat memegang teguh landasan Dalihan Na Tolu, di dalamnya keluarga merupakan hal utama.
Sehingga ketika seseorang ditinggalkan, orang tersebut akan merasakan kesedihan yang mendalam tetapi orang Batak akan tetap kuat dan sabar dalam menghadapi dukanya.
Mitologi Batak
Alkisah, nenek moyang Batak adalah seorang putri surga bernama Siboru Daek Parujar. Oleh Debata Mulajadi Nabolon dikawinkan dengan raja Odapodap, juga berasal dari surga. Dari perkawinan mereka lahir anak kembar bernama raja Ihat Manisia dan Boru Ihat Manisia (perempuan).
Kemudian berdua menikah dan melahirkan Raja Miok-miok, Patundal na begu dan Siaji lapas-lapas. Eng Banua mempunyai tiga anak bernama Si Raja Bonangbonang, Si Raja Atseh, dan Si Raja Jau.
Orang Batak adalah keturunan dewa. Hal itu bersumber dari mitologi Batak tentang Mulajadi Na Bolon adalah dewa sebagai pencipta orang Batak mula-mula, yang berpusat di desa mula-mula orang Batak bernama si Anjur mula-mula, terletak di kaki Gunung Pusuk Buhit (puncak bukit) di bagian barat Pulau Samosir.
Dari anak si Raja Bonang-bonang bernama Guru Tantan Debata, lahir anaknya bernama si Raja Batak, yang menjadi cikal bakal keturunan orang Batak. Anak si Raja Batak ada dua orang yaitu, Guru Tateabulan dan si Raja Isumbaon.
Dari kedua keturunan itu lahir marga-marga di tanah Batak sampai sekarang. Keturunan Guru Tateabulan muncul marga Lontung. Keturunan Raja Isumbaon muncul marga Sumba. Kedua kelompok merupakan induk marga Batak.
Selain itu, ada juga penciptaan orang Batak ibarat menenun ulos. Penjelasan ini menafsirkan bahwa asal mula orang Batak sama dengan ulos.
Kisah asal mula orang Batak yaitu, seorang pemintal menciptakan bumi. Ia membantu pemintal itu adalah Dewa Maha Tinggi, Asal mula dari segala asal mula, Mula Jadi na Bolon. Pemintalan benang memainkan peran kunci dalam penciptaan dan bumi bagaikan kain selesai ditenun.
Bagian-bagian dari Ulos, Kain Khas Batak Toba
Foto: kain ulos (simarmata.or.id)
Kalau melihat dari sejarah, dulunya kain ulos adalah pakaian sehari-hari suku Batak. Setiap bagiannya ternyata memiliki nama yang berbeda-beda, lho, Moms.
Kain ulos yang dipakai oleh laki-laki, bagian atasnya disebut “hande-hande”.
Sementara itu, bagian bawahnya disebut “singkot”. Ada juga bagian penutup kepala, disebut dengan “tali-tali” atau “detar”.
Kain tenun ulos yang dipakai oleh perempuan, bagian bawah hingga batas dada disebut “haen”.
Bagian penutup punggungnya disebut “hoba-hoba”. Jika memakai ulos berupa selendang disebut dengan “ampe-ampe”. Bagian penutup kepalanya disebut sebagai “saong”.
Sebutan untuk kain ulos yang dipakai wanita saat menggendong anak, disebut “hohop-hohop”.
Sementara itu, alat untuk menggendong disebut dengan “parompa”.
Apabila seorang wanita sedang menggendong anak, penutup punggung disebut “hohop-hohop” sedang alat untuk menggendong disebut’ “parompa”.
Tags: tenun ulos