Kapan Pembuatan Kain Tenun Pertama Kali Dikenal dalam Konteks Kerajinan Tangan dan DIY?
Jenis Motif Kain Tenun dari NTT
Kain Tenun Jara Nggaja Ende
Kain tenun dari Nusa Tenggara Timur yang satu ini punya motif utama yang berbentuk heewan kuda dan gajah. Dua motif hewan ini punya makna dan filosofi lho.
Motif kuda sendiri melambangkan kendaraan menuju ke alam baka, sedangkan motif gajah melambangkan kendaraan dewa pemberi keadilan dalam kepercayaan masyarakat di Ende.
Ada kepercayaan yang cukup mistis dibalik Kain Tenun Jara Nggaja Ende lho! Konon katanya, pemakaian kain tenun motif ini harus tepat dan benar. Kalau enggak, dipercaya akan membawa penggunanya menuju kematian. Hiii merinding yaa!
Kain Tenun Kelimara Nggela
Kain Tenun Kelimara Nggela melambangkan kehidupan masyarakat di Nggela, NTT yang begitu harmonis dan menyatu dengan alam, terlebih gunung. Hal ini juga sebagai perlambang rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Motif Kelimara yang cantik lahir dari filosofi ini. Kain tenun Kelimara Nggela identik dengan motif segitiga serupa gunung yang menjulang ke atas. Umumnya berwarna coklat tua.
Kain Tenun Jarang Atibalang
Berikutnya ada kain tenun Jarang Atibalang. Kain tenun ini asalnya dari Maumere, Nusa Tenggara Timur. Tenun Jarang Atibalang ini kalau secara bahasa dapat diartikan, “jarang” yaitu kuda dan “atibalang” yakni manusia.
Sama seperti kain tenun Jara Nggaja di Ende, kain tenun Jarang Atibalang juga punya makna filosofis berupa kuda sebagai kendaraan manusia menuju ke alam berikutnya dalam kepercayaan masyarakat setempat.
Kain Tenun Lawo Butu
Motif yang satu ini dikabarkan udah hampir punah atau jarang sekali ditemui. Dapat dikatakan, kain tenun dengan motif Lawo Butu adalah kain tenun paling kompleks diantara kain tenun NTT lainnya!
Kain tenun Lawo Butu juga cukup unik lho! Kain tenun ini biasa dipakai menjelang upacara sakral untuk memanggil hujan. Motif-motif rumit dari kain tenun ini biasanya didominasi oleh motif kuda, sampan, gurita, dan masih banyak motif kompleks lainnya!
Cara Membuat Kain Tenun Nusa Tenggara Timur
Proses pembuatan kain tenun pada tiap daerah di Indonesia tentu aja berbeda ya Sobat Indahnesia! Terkhusus pada pembuatan kain tenun khas Nusa Tenggara Timur sendiri, dibagi menjadi 3 cara.
- Tenun Ikat atau yang biasa disebut Tenun Futus biasanya melalui proses pengikatan benang-benang untuk membentuk sebuah pola atau motif sepanjang kain.
- Tenun Buna, merupakan teknik mewarnai benang yang akan digunakan dalam proses menenun untuk menciptakan pola saat nanti kain tenun sudah rampung dibuat.
- Lalu yang ketiga ada Tenun Lotis atau Sotis, dimana cara pembuatannya mirip dengan Buna, yakni merendam benang terlebih dahulu, namun dipadukan dengan proses menyulam.
Umumnya, di NTT sendiri para penenun memadukan cara membuat kain tenun dengan menyulam sejumlah motif secara bersamaan. Sehingga hasil akhir dari kain tenunnya sendiri terlihat seperti 3 dimensi.
Lebih detailnya, untuk pembuatan kain tenun dimulai dengan proses pemintalan kapas untuk diproses menjadi benang, lalu diikat.
Nah, funfact-nya, Nusa Tenggara Timur juga termasuk provinsi dengan penghasil kapas terbesar di Indonesia lho Sobat Indahnesia! Pantas saja mereka lebih memilih melalui proses pembuatan benang dari kapas terlebih dulu ketimbang menggunakan benang siap pakai.
Untuk pewarna sendiri, para penenun di NTT masih menggunakan bahan-bahan tradisional, seperti warna dari akar-akar pepohonan.
Pembuatan Kain Tapis
Pada tahun 1950, para penenun kain tapis masih menggunakan bahan hasil pengolahan sendiri, khususnya untuk bahan tenun. Biasanya penenun tapis menggunakan metode ikat, berikut beberapa bahan baku:
1. Khambak atau kapas sebagai bahan dasar benang katun
2. Kepompong ulat sutera untuk membuat benang sutera.
3. Pantis atau lilin sarang lebah untuk meregangkan benangAkar serai wangi untuk pengawet benang. Daun sirih untuk membuat warna kain tidak luntur
4. Buah pinang muda, daun pacar, kulit kayu kejal untuk pewarna merah
5. Kulit kayu salam, kulit kayu rambutan untuk pewarna hita
6. Kulit kayu mahoni atau kalit kayu durian untuk pewarna coklat
7. Buah deduku atau daun talom untuk pewarna biru
8. Kunyit dan kapur sirih sebagai pewarna kuning
Proses pembuatan kain tapis Lampung terdiri dari 4 tahapan yaitu pembuatan benang, pewarnaan, perajutan, dan penyulaman motif.
1. Langkah pertama yaitu pemintalan kapas dan kepompong ulat sutera menjadi benang katun serta benang emas.
2. Selanjutnya, benang diawetkan dengan cara merendamnya pada air yang sudah ditambah daun sirih wangi.
3. Tahap ketiga ialah pewarnaan benang menggunakan bahan-bahan alami.
5. Langkah berikutnya yakni pengolahan benang menjadi kain polos lewat mekanisme perajutan.
6. Terakhir, tahapan paling penting adalah pembuatan motif mengandalkan benang-benang warna. Benang emas dan perak disulam menggunakan sistem cucuk hingga membentuk motif.
Perkembangan teknologi mendorong penyulaman kain tapis dengan mesin bordir. Kendati demikian, penyulaman tapis teknik tradisional masih tetap dipertahankan walau butuh waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan lamanya.
So, jangan heran kalau harga kain tapis mencapai ratusan ribu bahkan puluhan juta rupiah, tergantung kerumitan motifnya. Kain tapis dipasarkan dalam bentuk sarung, hiasan dinding, taplak meja, tas, dan masih banyak lagi.
Kerajinan Tenun: Pengertian, Sejarah, dan Jenisnya
Sejumlah perempuan menenun di baawah rumah Desa Gumananon, Kecamatan Mawasangka, Buton Tengah. Sulawesi Tenggara. Desa Gumananon menjadi tempat warisan leluhur turun temurun terkait tenun Kamohu. (Dok. KemenKopUKM)
Oleh: Ani Rachman, Guru SDN No.111/IX Muhajirin, Muaro Jambi, Provinsi Jambi KOMPAS.com - Kerajinan tenun menjadi salah satu kekayaan budaya, berupa kerajinan tangan, yang dimiliki Indonesia. Apa itu kerajinan tenun?
Tags: tenun pertama